1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikGlobal

Sekjen PBB Sebut Invasi Rusia sebagai Penghinaan

23 Februari 2023

Kecaman Sekjen PBB Antonio Guterres atas invasi Rusia disampaikan saat berpidato di Sidang Umum PBB pada Rabu (22/02). Dalam sidang tersebut, Kyiv mendorong sebuah resolusi untuk "perdamaian abadi" di Ukraina.

https://p.dw.com/p/4NrxS
Suasana Sidang Majelis Umum PBB pada Rabu (22/02).
Foto: Timothy A. Clary/AFP/Getty Images

Saat berpidato di Sidang Majelis Umum PBB pada Rabu (22/02), Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Tidak hanya menggambarkan invasi tersebut sebagai "penghinaan terhadap hati nurani kolektif kita”, Guterres juga mengatakan bahwa invasi tersebut merupakan pelanggaran terhadap piagam PBB dan hukum internasional.

"Seperti yang saya katakan sejak hari pertama, serangan Rusia ke Ukraina menantang prinsip dan nilai dari sistem multilateral kita,” katanya.

Guterres juga menyinggung tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Rusia.

"Kami telah mendengar ada ancaman implisit terkait penggunaan senjata nuklir. Apa yang disebut sebagai penggunaan senjata nuklir taktis sama sekali tidak dapat diterima. Sekarang waktu yang tepat untuk mundur dari tindakan tersebut,” tambahnya.

Menanti sikap PBB tentang invasi Rusia

Pidato Guterres tersebut disampaikan menjelang pemungutan suara atas resolusi yang didukung Kyiv terkait seruan "perdamaian adil dan abadi” di Ukraina.

Draf resolusi tersebut menegaskan kembali "komitmen PBB atas kedaulatan, kemerdekaan, persatuan, dan integritas wilayah Ukraina.” Draf resolusi itu juga menuntut Rusia untuk "segera, sepenuhnya, dan tanpa syarat menarik semua pasukan militernya dari wilayah Ukraina.”

Pemungutan suara atas resolusi tersebut kemungkinan besar berlangsung pada Kamis (23/02).

Apa respons Rusia?

Rusia telah menyampaikan penolakan atas draf resolusi tersebut. Mereka menyebut resolusi itu "tidak seimbang dan anti-Rusia,” dan mendesak Majelis Umum PBB untuk memilih tidak dalam pemungutan suara.

Dalam argumennya, Moskow mengatakan bahwa mereka tengah melawan sesuatu yang mereka sebut sebagai "perang proksi” dengan Barat, mengacu pada negara-negara Barat yang menyuplai senjata untuk Ukraina dan menjatuhkan sanksi atas Rusia.

"Barat telah… dengan berani mengabaikan kekhawatiran kami dan terus mendekatkan insfrastruktur militer NATO ke perbatasan kami,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzya di hadapan Majelis Umum PBB.

"Mereka siap menjerumuskan seluruh dunia ke jurang perang,” tambah Nebenzya.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzya saat berpidato di Sidang Umum PBB, Rabu (22/02).
Perwakilan utama Rusia di PBB menuduh Barat bersiap "untuk menjerumuskan seluruh dunia ke dalam jurang perang".Foto: Timothy A. Clary/AFP/Getty Images

Nebenzya mengaku bahwa Rusia "tidak punya pilihan lain” selain meluncurkan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus” di Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.

Seruan pengadilan khusus untuk kejahatan agresi Rusia

Menjelang Sidang Majelis Umum PBB pada Kamis (23/02), ibu negara Ukraina Olena Zelenska, juga menyerukan adanya sebuah pengadilan internasional untuk mengadili Rusia.

Hal tersebut ia sampaikan melalui sebuah video di hadapan para diplomat top global.

Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska.
Ibu negara Ukraina Olena Zelenska meminta PBB untuk membentuk pengadilan untuk mengadili Rusia.Foto: James Manning/AP Photo/picture alliance

Warga Ukraina telah terbunuh selama setahun penuh di depan mata dunia, "di kota, desa, apartemen, rumah sakit, dan gedung teater,” katanya dalam video tersebut.

"Saya rasa Anda akan setuju … terlepas dari apa negara dan kebangsaan kami, kami berhak untuk tidak dibunuh di rumah kami sendiri,” tambahnya.

Zelenska meminta PBB untuk membentuk sebuah pengadilan khusus atas kejahatan agresi Rusia.

gtp/ (AFP, Reuters)