Sekjen PBB Kecam Politik Israel
21 Maret 2010Di Jalur Gaza, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon menyerukan agar Israel mencabut blokade atas wilayah Palestina tersebut. Kebijakan tersebut menyebabkan penderitaan besar bagi warga Palestina yang tidak dapat ditolerir, demikian dikatakan Ban Ki Moon di Chan Yunis. Hal itu telah beberapa kali dinyatakannya kepada Pemerintah Israel.
Ban Ki Moon menambahkan, "Politik ini tidak produktif. Politik ini mencegah berlangsungnya perdagangan yang normal dan mendorong penyelundupan. Di samping itu, blokade ini tidak mendukung pihak-pihak yang moderat, melainkan membesarkan semangat warga yang ekstrimis."
Solidaritas dengan Rakyat
Dengan kunjungannya ke Jalur Gaza, Ban Ki Moon mengaku ingin menunjukkan "solidaritas" dengan rakyat Palestina. Dalam konferensi pers di Chan Yunis Ban Ki Moon, yang terakhir kali mengunjungi Jalur Gaza dua bulan setelah perang Gaza berakhir awal tahun lalu, berupaya meyakinkan semua pihak bahwa Kuartet Timur Tengah mendukung sepenuhnya upaya Palestina untuk memiliki negara yang berdaulat.
Sekretaris Jenderal PBB juga menyambut baik kesediaan Israel untuk membuka blokade, bagi truk-truk yang membawa bahan bangunan bagi sejumlah proyek pembangunan kembali oleh PBB di Jalur Gaza. Misalnya untuk pembangunan kembali satu-satunya penggilingan gandum di Jalur Gaza yang hancur dalam perang. Juga untuk proyek saluran pembuangan dan pembangunan 150 tempat tinggal.
Ban Ki Moon menambahkan, "Walaupun saya percaya, bahwa langkah ini positif dan patut disambut, saya pikir kita masih membutuhkan lebih banyak lagi. Ini ibaratnya hanya setetes air dalam belanga penuh air." Pada kesempatan itu Ban Ki Moon mengutuk serangan terakhir roket Kassam yang dilancarkan kelompok-kelompok ekstrimis Palestina dan menekankan, semua bentuk kekerasan tidak dapat ditolerir.
Israel Pertahankan Proyek Pemukiman
PM Israel Benjamin Netanjahu mengadakan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB itu dan dengan utusan khusus AS untuk urusan Timur Tengah, George Mitchell hari Minggu. Dalam pertemuan itu George Mitchell menyerahkan undangan resmi kepada Netanjahu untuk bertemu dengan Presiden AS di Washington Selasa, 23 Maret mendatang.
Sebelumnya, kepada anggota pemerintahan koalisinya yang berhaluan kanan Netanjahu menyatakan secara terbuka, tidak akan tunduk pada tuntutan AS untuk menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di Yerusalem bagian timur, yang mayoritas penduduknya orang Arab.
Netanjahu mengatakan, "Politik Yerusalem kita sesuai dengan politik pemerintah Israel dalam 42 tahun terakhir. Ini tidak berubah. Bagi kami pembangunan yang diadakan di Yerusalem tidak berbeda dengan pembangunan di Tel Aviv. Hal ini telah kami jelaskan kepada pemerintah AS." Netanjahu menambahkan, pihaknya juga telah menjelaskan, bahwa dalam pembicaraan tidak langsung dengan wakil Palestina kedua belah pihak dapat memaparkan posisinya. Jalan keluar yang sesungguhnya antara Israel dan Palestina hanya dapat tercapai melalui pembicaraan damai secara langsung.
Sekretaris Jenderal PBB menekankan Sabtu, 20 Maret lalu kepada Presiden Shimon Peres, bahwa pelaksanaan pembangunan pemukiman Yahudi di daerah-daerah Palestina yang diduduki, termasuk Yerusalem, ilegal.
Bentrokan antara Israel dan Palestina
Sementara itu, bentorkan yang telah berlangsung beberapa hari di Tepi Barat Yordan antara aparat keamanan Israel dan remaja Palestina telah menyebabkan empat orang tewas. Hari Minggu, 21 Maret tentara Israel menewaskan dua pemuda Palestina di dekat kota Nablus. Keduanya ditembak di sebuah pos pemeriksaan ketika berusaha menyerang tentara dengan senjata tajam.
Sehari sebelumnya polisi perbatasan Israel melukai seorang warga Palestina, karena melempari aparat keamanan dengan batu. Remaja berusia 16 tahun itu kemudian meninggal akibat luka-lukanya. Seorang pemuda Palestina lainnya yang berusia 19 tahun juga meninggal akibat luka tembak hari Minggu pagi.
Clemens Verenkotte / Marjory Linardy
Editor: Rizki Nugraha