1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sejumlah Demonstran Ditangkap di Rusia

15 Desember 2008

Polisi Rusia menangkap sekitar 150 penentang pemerintah yang melakukan unjuk rasa di Moskow dan St. Petersburg. Jumlah yang ditangkap ini mencapai hampir seperempat peserta unjuk rasa, yang tak sampai 800 orang.

https://p.dw.com/p/GGxu
Seorang demonstran yang ditangkap di St. PetersburgFoto: AP

Polisi Rusia menangkap sedikitnya 150 penentang pemerintah yang melakukan unjuk rasa di dua kota besar, Moskow dan St. Petersburg. Jumlah yang ditangkap ini mencapai hampir seperempat peserta unjuk rasa, yang tak sampai 800 orang. Di Moskow, pesertanya kurang dari 300 orang, di St. Petersburg kurang dari 500 orang.

Dalam apa yang disebut unjuk rasa Para Penentang itu, berbagai kelompok oposisi bergabung. Mulai dari kaum komunis hingga kaum liberal. Mereka menggabungkan diri dalam apa yang mereka sebut sebagai unjuk rasa kaum pembangkang. Unjuk rasa digalang oleh pemimpin oposisi dari Partai Rusia Lain, Garry Kasparov, yang juga bekas juara dunia catur, serta Eduard Limonov, sasatrawan yang juga pemimpin Partai Nasional Bolshevik yang terlarang.

Para pengunjuk rasa gagal menjalankan aksinya lebih jauh dan lebih besar, karena polisi Rusia menghadang mereka dengan kekuatan penuh. Jumlah polisi anti huru hara yang diturunkan hampir sama dengan jumlah pengunjuk rasa yang muncul.

Di ibu kota Moskow, polisi memblokade dua lapangan besar yang akan digunakan sebagai tempat dimulainya arak-arakan para anggota Partai Rusia Lain. Pemimpin Partai Bolshevik, Eduard Limonov, diciduk di Lapangan Triumfalnaya bersama sejumlah orang lain. Di lapangan Pushkinskaya, polisi menangkap puluhan pengunjuk rasa yang terdiri dari para orang tua pensiunan perwira militer. Di St. Petersburg, polisi menghadang 100-an demonstran yang hendak menjalankan aksi jalan kaki sepanjang jalan utama menuju lapangan Shernyshevsky, satu-satunya lokasi unjuk rasa yang diperbolehkan.

Sebagian pengunjuk rasa memang merupakan kaum sepuh yang tidak puas atas kebijakan pemerintah Rusia, yang cenderung membungkam kebebasan rakyatnya. Yang menjadi sasaran protes adalah Vladimir Putin, perdana menteri dan bekas presiden yang diyakini sebagai manusia paling berkuasa di Rusia.

Seorang pengunjuk rasa menyatakan, di bawah kekuasaan Putin dan bonekanya, presiden sekarang Dmitri Medvedev, kaum elit politik dan kelas menengah diistimewakan sementara kaum miskin dipinggirkan.

"Saya ikut aksi ini, agar rakyat di negeri kamu bisa hidup secara bebas. Agar semua orang, dari perdana menteri hingga kaum gelandangan, sama kedudukannya di muka hukum, dan setara martabatnya sebagai manusia." Demikian ungkap seorang demonstran.

Salah satu hal utama yang disuarakan para demonstran adalah penolakan terhadap amandemen konstitusi yang diajukan Presiden Dimitri Medvedev, yang hendak memperpanjang masa jabatan kepresidenamn dari 4 menjadi 6 tahun. Oposisi dan kaum pro demokrasi meyakini, perubahan ini diarahkan untuk mendudukan kembali orang kuat Rusia Vladimir Putin ke kursi kepresidenan setelah Medvedev berakhir masa jabatannya.

Selama lima belas tahun terakhir, gerakan oposisi Rusia yang ditindas ekstra keras mendapat liputan luas pers dunia. Namun di dalam negeri pendukungnya terbatas. Terutama karena sejak Putin berkuasa, Rusia menikmati pemasukan berlimpah dari minyak dan gas, yang harganya gila-gilaan. Belakangan, harga minyak dan gas jatuh, ekonomi Rusia juga terguncang, ditambah lesunya krisis sektor keuangan global. Oposisi yakin rakyat Rusia lebih sadar akan hak-hak mereka yang ditindas dan bergabung dalam penentangan terhadap pemerintah.

Seorang demonstran lain berkata: "Setiap orang harus bebas mengungkapkan pendapatnya. Di manapun dan kapanpun. Sepanjang tidak menggunakan kekerasan."

Masalah lain yang digaris bawahi oposisi adalah korupsi dan kecurangan pemilu, serta penindasan terhadap kebebasan hak-hak demokratis lain. Penangkapan dan pembunuhan politik juga merajalela. Antara lain pembunuhan terhadap wartawan Anna Politskovskaya dan penangkapan terhadap pengusaha anti pemerintah Mikhail Khodorovski. (gg)