1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seberapa Patriotiskah Jerman Boleh Bersikap?

Ben Knight
7 Juni 2023

Partai oposisi konservatif CDU menganggap Jerman perlu patriotisme lebih kuat untuk mengatasi polarisasi politik dan membuat warga Jerman di bagian timur merasa lebih dilibatkan.

https://p.dw.com/p/4SFmJ
Pendukung timnas Jerman mengibarkan bendera Jerman hitam-merah-emas
Pendukung timnas Jerman mengibarkan bendera Jerman hitam-merah-emasFoto: Daniel Reinhardt/dpa/picture alliance

Partai konservatif Jerman yang beroposisi, Uni Demokrat Kristen CDU, tengah mengajukan proposal ke parlemen yang sekarang menjadi diskusi besar, karena menyangkut hal sensitif yang berkaitan dengan sejarah Jerman pada Perang Dunia Kedua.

Jerman, kata CDU, sudah saatnya membangkitkan kebanggaan lagi pada tanah airnya, dengan mengadakan hari peringatan nasional pada 23 Mei, hari peresmian konstitusi Jerman, Grundgesetz, pada tahun 1949, yang menandai berdirinya Republik Federal Jerman. Agenda "kebangkitan patriotisme" CDU mencakup:

  • Meningkatkan "visibilitas sepanjang tahun" simbol-simboll nasional, khususnya bendera nasional Jerman di ruang publik.
  • Menyanyikan lagu kebangsaan lebih sering pada acara-acara publik.
  • Mengadakan lebih banyak upacara publik dan apel terbuka militer Jerman Bundeswehr "untuk menekankan ikatan antara angkatan bersenjata dan masyarakat sipil dan untuk mengembangkan potensi patriotik dari hubungan ini."

CDU mengatakan, yang ingin mereka wujudkan adalah "patriotisme modern", sambil mengundang komunitas imigran di Jerman untuk memahami dan mengikuti nilai-nilai yang ditetapkan dalam konstitusi. CDU menyebutnya "potensi patriotisme" yang perlu diaktifkan dan tidak boleh diabaikan begitu saja.

Agenda patriotisme CDU mengingatkan pada slogan-slogan yang sering didengungkan partai ultra kanan dan anti Islam, AfD.

Pendukung partai ultra kanan AfD paling sering menggunakan sentimen nasionalisme
Pendukung partai ultra kanan AfD paling sering menggunakan sentimen nasionalismeFoto: Patrick Pleul/dpa/picture alliance

Budaya kebanggaan dan budaya malu

Masalah Jerman dengan patriotisme memang berasal dari sejarah kelam mereka selama era Nazi-Hitler dan secara psikologis berkaitan dengan harga diri bangsa yang hancur akibat Perang Dunia II.

Jajak pendapat yang dilakukan pada tahun 2021 oleh lembaga survei pendapat publik INSA menunjukkan bahwa 61% orang Jerman menganggap sekolah seharusnya bisa membina hubungan yang "lebih positif" di kalangan anak-anak terhadap "ke-Jerman-an”. Apa arti pandangan itu sebenarnya masih tidak jelas. Namun, sejarah Jerman dan sentimen patriotisme akan selalu bermasalah.

"Siapa yang bisa, secara tidak reflektif dan tanpa hambatan, menyatakan kaitan mereka dengan nasionalisme Jerman?" tanya Martin Sabrow, Profesor emeritus Universitas Humboldt di Berlin. "Ada Holocaust Memorial di kawasan pemerintahan (di Berlin) dengan prasasti yang memperingati enam juta orang Yahudi yang terbunuh dan jutaan orang lain yang terbunuh dalam perang. Akan aneh jika kita tidak memiliki rasa mual terhadap (istilah) nasionalisme."

CDU dan 'patriotisme konstitusional'

CDU sekarang berusaha untuk mengembalikan lagi "kebanggaan nasional”, tetapi menurut analis politik Uwe Jun dari Universitas Trier, partai konservatif itu mencoba mengembangkan kembali tradisi "patriotisme konstitusional", yaitu patriotisme yang tidak berakar pada identitas nasional, tapi bergerak dalam nilai-nilai yang ditetapkan dalam Grundgesetzt. "Mereka mengatakan: Grundgesetz telah menciptakan demokrasi yang stabil di Jerman dan harus ada kesempatan untuk merayakannya," katanya kepada DW.

Namun, Uwe Jun kurang yakin apakah yang dimaksud CDU sekadar mengibarkan bendera Jerman lebih sering bisa memenangkan kembali pemilih yang beralih ke partai ultra kanan AfD. Faktanya, dalam jajak pendapat terbaru, AfD memang sedang naik, sedangkan CDU stagnan. "Itu akan sulit," kata Uwe Jum, karena begitu banyak pemilih inti AfD adalah pemilih protes, yang tampaknya juga semakin tidak memercayai partai-partai arus utama seperti CDU.

Martin Sabrow juga skeptis terhadap agenda CDU. "Ini adalah upaya untuk kembali ke apa yang disebut 'normalitas' (tentang nasionalisme), tanpa menyangkal tanggung jawab historisnya sendiri," katanya. "Tapi saya pikir, upaya seperti ini sama sekali tidak berguna. Saya pikir tidak mungkin dalam masyarakat modern memaksakan keterikatan seperti itu dari atas."

(hp/yf)