1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIndia

Seberapa Dekat India dan Rusia?

27 Februari 2023

Bagi India, Rusia sejak lama dianggap sebagai mitra politik dan ekonomi yang bisa diandalkan. Invasi Rusia terhadap Ukraina justru semakin mendekatkan kedua negara. Kenapa AS kesulitan mendekat ke New Delhi?

https://p.dw.com/p/4O1KI
Vladimir Putin dan Narendra Modi
PM India, Narendra Modi (ki.) dan Presiden Rusia, Vladimir Putin (ka.).Foto: Alexandr Demyanchuk/SPUTNIK/AFP

Kemesraan baru antara India dan Rusia sejak invasi di Ukraina ditandai oleh lonjakan impor minyak. Menurut Kementerian Perdagangan India, volume dagang antara kedua negara meningkat dari USD 6,58 miliar pada tahun 2021 menjadi USD 32,8 miliar pada 2022.

"India membeli banyak minyak mentah dari Rusia, mengolahnya untuk lalu menjualnya kembali,” Kata Sekretaris Perdagangan India, Sunil Bartwal, kepada harian Nikkei Asia.

Menlu Subrahmanyam Jaishankar membenarkan klaim tersebut. "Saya ingin menggarisbawahi, bahwa kami tidak meminta industri minyak mengimpor dari Rusia, tapi membeli minyak dengan harga termurah di pasar internasional,” kata dia.

Pemerintah Moskow mendiskon harga minyak mentahnya sebagai reaksi terhadap embargo energi Eropa. Sejak 5 Februari silam, harga minyak Rusia juga dipatok rendah menyusul sanksi internasional.

Tapi bagi India, konsumen minyak Bumi terbesar ketiga di dunia, anjloknya harga minyak menciptakan peluang ekonomi yang besar.

Delhi tidak hanya berhemat biaya, karena harus mengimpor 80 persen kebutuhan energinya, tapi juga membantu mengurangi kebergantungan dari Timur Tengah yang selama ini memasok 60 persen kebutuhan minyak India.

Bantuan senjata selama Perang Dingin

India sudah sejak lama melihat Rusia sebagai mitra terpercaya. Kedekatan itu terbangun di tengah Perang Dingin. Berbeda dengan AS yang menolak menjual senjata karena mengkhawatirkan amarah Pakistan, Uni Sovyet leluasa memasok alutsista ke India.

Antara 1955 hingga 1991, sebanyak 60 persen persenjataan India berasal dari Uni Sovyet, menurut riset Institut Stockholm untuk Studi Perdamaian Internasional (SIPRI).

Studi Air University di Alabama, AS, juga sampai ke kesimpulan serupa. "Maraknya penggunaan persenjataan Rusia oleh militer India menciptakan kebergantungan dan rasa saling percaya,” klaim para peneliti dalam Jurnal Politik Indo-Pasifik. 

Mereka menilai, kebergantungan itu selama ini diremehkan oleh Negara Barat. Terutama mengingat bagaimana AS giat mempersenjatai Pakistan yang bermusuhan.

Pendekatan oleh AS

Baru pada era George W. Bush, India dideklarasikan sebagai "sekutu alami dengan nilai-nilai yang sama,” kata dia pada 2005. Bush saat itu meyakini, AS akan "membantu India mencapai status sebagai negara adidaya di abad 21.”

Meski begitu, "kemitraan Rusia dan India akan terus berlanjut,” tulis Rajan Menon dan Eugene Rumer dari lembaga wadah pemikir AS, Carnegie Endowment for International Peace. Hingga kini, "India belum bergabung dengan rejim embargo yang dibangun Negara Barat.”

Dalam sebuah pernyataan tertulis pada 2022 silam, Kedutaan Besar India di Moskow menggarisbawahi kedekatan tersebut. "Peningkatan hubungan dagang antara India dan Rusia termasuk ke dalam prioritas terbesar bagi pemimpin di kedua negara.”

Namun begitu, patut dicatat betapa volume perdagangan antara kedua negara masih berada di kisaran rendah. Antara 2012 hingga 2021, Rusia jarang menembus posisi 25 dalam daftar mitra dagang terbesar India. Sebagai perbandingan, Jerman pada 2021 menduduki peringkat sebelas.

rzn/hp

Astrid Prange
Astrid Prange de Oliveira Editor DW dengan fokus pada tema Brasil, globalisasi, agama, etika, hak asasi manusia