1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Science Slam: Sains Bisa Jadi Menyenangkan

14 November 2012

Campuran komedi dan teori, final Science Slam Jerman mengusung 7 peneliti yang mempresentasikan riset mereka di hadapan ribuan orang. Bukti bahwa sains bisa jadi menyenangkan.

https://p.dw.com/p/16jFo
Foto: SWR/Peter A. Schmidt

Science Slam di Jerman semakin menyerupai ajang kultus.

Ribuan orang - banyak yang datang dari berbagai penjuru Jerman hanya untuk turnamen ini - memadati aula dalam satu akhir pekan untuk final Science Slam yang tiketnya terjual habis.

Meski terdapat faktor sains, tapi bukan berarti acara ini penuh dengan kutu buku.

Dengarkan, tertawa... dan pilih presentasi terbaik!
Dengarkan, tertawa... dan pilih presentasi terbaik!Foto: SWR/Peter A. Schmidt

Pengunjung yang datang banyak yang mengenakan sweater bertutup kepala dan memegang botol bir di tangan mereka. Kerumunan orang yang lebih pantas dijumpai pada sebuah konser musik indie ketimbang serangkaian presentasi ilmiah. Namun membuat sains menarik bagi audiens yang lebih luas memang menjadi inti dari Science Slam.

"Science Slam menjadi cara baru untuk mengkomunikasikan sains," ujar Anja Brockert, seorang jurnalis dari radio SWR yang ikut merencanakan final Jerman di Karlsruhe.

"Informasinya harus jenaka dan presentasi proyek riset harus dengan cara yang mudah dipahami penonton meskipun sebenarnya rumit."

Siapapun dari segala umur boleh ikut serta dalam Science Slam.

Peraturan yang berlaku

Kontes ini hanya memiliki 2 peraturan. Pertama, para peserta harus mempresentasikan riset mereka sendiri dan kedua, mereka hanya mendapat waktu presentasi yang terbatas, biasanya 10 menit untuk berbicara dan presentasi power point. Penonton kemudian memilih peneliti yang menurut mereka terbaik.

Final di Jerman diikuti 7 peneliti, termasuk seorang sosiolog, ahli fisika dan ahli biologi, bersaing untuk titel Master of Slam.

Topik yang disajikan beragam mulai dari taksonomi kadal di hutan hujan Panama hingga faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan hakim di tribunal ketenagakerjaan Jerman.

Tema riset mungkin terdengar garing, namun penonton terus terbahak-bahak akibat permainan kata dan lelucon yang terlontar dari panggung.

Ahli saraf Henning Beck yang mampu berbicara cepat memenangkan posisi pertama melalui presentasinya mengenai sel-sel pembantu di otak yang membantu komunikasi antar sel-sel saraf. Peneliti berusia 28 tahun itu baru saja menyelesaikan PhD dan menilai Science Slam mengagumkan.

"Luar biasa rasanya berdiri di panggung memberikan segala materi ilmiah yang umumnya sulit untuk dikomunikasikan," ungkapnya usai acara.

Peserta Science Slam: Komunikasi adalah segalanya
Peserta Science Slam: Komunikasi adalah segalanyaFoto: SWR/Peter A. Schmidt

Bagi Henning Beck, Science Slam menjadi langkah pertama yang memaksa peneliti untuk keluar dari 'menara gading' mereka.

"Setiap peneliti harus mampu mengkomunikasikan apa yang tengah dilakukannya," jelas Beck. "Karena kita memang melakukan riset untuk banyak orang."

Komunikasi adalah raja

Insinyur Peter Westerhoff keluar sebagai juara kedua dengan presentasinya mengenai implan berteknologi tinggi seperti paha buatan dengan instrumentasi buatan yang menghitung beban pada persendian.

Lautan penonton Science Slam Karlsruhe 2012
Lautan penonton Science Slam Karlsruhe 2012Foto: SWR/Peter A. Schmidt

Westerhoff mengatakan ia senang berada di atas panggung, namun itu hanya salah satu bagian dari daya tarik Science Slam.

"Saya juga menikmati mendengarkan pesaing lainnya dari disiplin yang benar-benar berbeda, dan saya belajar banyak hal yang tidak pernah saya sangka bisa dijumpai dalam karya ilmiah seperti politik dan kimia molekuler," tandas Westerhoff.

Para penonton juga ikut terbawa ke dalam alur acara. "Kalau pergi ke universitas dan mengikuti kelas, biasanya membosankan dan tidak seperti pertunjukan. Di sini sains dipresentasikan dengan cara yang benar-benar berbeda, jadi saya sangat menghargainya," tukas seorang perempuan yang menghadiri turnamen.

Ide Science Slam telah menyebar luas dari Jerman, tepatnya berawal sekitar 8 tahun lalu ke banyak negara, termasuk Finlandia, Swiss, Serbia dan bahkan India serta Turki.