1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satu Tahun Pasca Perang antara Georgia dan Rusia

7 Agustus 2009

Satu tahun setelah pecahnya konflik akibat menyempalnya provinsi Ossetia Selatan dari Georgia yang menyulut perang antara Georgia dan Rusia menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/J5iL

Harian Perancis Le Républicain Lorrain dalam tajuknya mengomentari hubungan antara Rusia dan Georgia

„Pada kenyataannya tidak ada yang berhasil dituntaskan. Moskow hanya menahan diri melakukan pelanggaran hukum internasional lebih besar dari kadar yang bisa diterima. Kremlin pada kenyataannya tidak pernah bisa menerima lepasnya dua provinsinya Georgia dan Ukraina. Dan bila menyangkut misi pengamat Uni Eropa ke Ossetia Selatan, mereka tidak pernah mendapat ijin masuk ke zona yang rawan. Mereka harus menyimpulkan, bahwa kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani satu tahun lalu oleh Presiden Rusia Medvedev dan Presiden Perancis dan ketua Dewan Eropa saat itu Sarkozy, tidak pernah ditaati.“

Harian Perancis lainnya Dernieéres Nouvelles d’Alsace berkomentar

„Presiden Georgia yang kontroversial, Michail Saakashvili tidak pernah menerima penghinaan ini dan kini mencoba melakukan balas dendam dan memprovokasi Rusia. Ia ingin menyalahgunakan dukungan Washington yang ia banggakan untuk memicu ketegangan di antara kedua pihak bekas musuh di masa perang dingin tersebut. Kremlin sudah melihatnya dengan marah dan mengecam dukungan asing bagi Georgia. Juga bila Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada kenyataannya mengulang kembali keinginan Amerika Serikat agar Georgia menjadi anggota NATO, pemerintah Amerika Serikat tetap menjaga jarak terhadap Saakashvili. Dan tindakan itu tentu saja amat tepat.“

Satu tahun setelah pertempuran antara Georgia dan Rusia juga diulas harian Inggris The Times

„Bagi Georgia harga yang harus dibayar untuk tindakan naik darah tanpa pikir panjang dari Presiden Mikhail Saakashvili amat mahal. Politisi oposisi meragukan kemampuan kepemimpinannya dan muncul tuduhan-tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan manipulasi pemilu. Georgia masih memiliki hutang sedikitnya satu milyar dollar untuk biaya pembangunan kembali. Untuk merebut kembali Ossetia Selatan tampaknya kini tidak ada harapan, demikian pula bagi keanggotaannya dalam NATO. Luka-luka masih belum sembuh dan kawasan itu masih tetap tidak stabil. Pengamat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa terpaksa menarik diri, tapi tanda-tanda perdamaian masih belum tampak. Dalam konflik ini keduanya merupakan pihak yang kalah.“

dpa/AFP/DK/AS