1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satu Negara, Dua Bahasa dan Sebuah Mimpi Piala Dunia

27 Desember 2013

Penampilan apik Belgia membuahkan status unggulan di Piala Dunia Brasil 2014. Tapi seberapa besar peluang kuda hitam Eropa ini untuk berkibar di putaran penyisihan grup?

https://p.dw.com/p/1AhTt
Foto: picture-alliance/dpa

Bagi negara kecil yang dihimpit dua raksasa sepakbola Eropa, Jerman dan Belanda, yang terbelah antara Flandria dan Wallonia dan tak lelah berseteru itu, salah satu dari sedikit hal yang dapat mempersatukan keduanya adalah tim nasional sepakbola dan sebuah mimpi meraih kejayaan di Brasil.

Ketika otoritas sepakbola dunia (FIFA) meletakkan Belgia dalam daftar unggulan di Piala Dunia Brasil, tidak sedikit yang keheranan. Belgia betapapun juga belum pernah lolos ke putaran final sejak dijegal Brasil di babak perdelapan final Piala Dunia Korea Selatan dan Jepang 2002 silam.

Skuad berjuluk "Diables Rouges" alias setan merah itu tersungkur di babak kualifikasi 2006 dan 2010, setelah kalah 10 kali dalam dua puluh pertandingan.

Kisah Marc Wilmots

Lantas apa yang mengubah Belgia dari ibaratnya kumpulan pesakitan itu menjadi kuda hitam Eropa yang paling ditakuti?

Adalah Marc Wilmots yang membuka jalan bagi kebangkitan kembali sepakbola Belgia. Usai menggeser pelatih gaek Georges Leekens, Wilmots yang pernah malang melintang di Jerman dan Perancis sebagai pemain, merombak struktur skuadnya.

Pemain-pemain tua dipensiunkan, untuk memberi tempat bagi kedatangan generasi baru. Bersama dia, negara kecil di jantung Eropa itu melesat ke posisi lima daftar ranking dunia FIFA - posisi tertinggi sepanjang sejarah timnas Belgia KBVB.

Kisah kebangkitan Belgia tidak terlepas dari keberhasilan integrasi dan pembinaan pemain muda yang digenjot otoritas sepakbola setempat sejak 2007. Mousa Dembele yang bermain untuk Tottenham Hotspur sempat berkata, skuad multikultural Belgia" siap menapaktilasi" jejak Perancis di Piala Dunia 1998.

Racikan Kosmopolitan

Belgien Wales Fußball WM-Qualifikationsspiel in Brüssel Marc Wilmots
Pelatih timnas Belgia, Marc WilmotsFoto: imago/Reporters

Layaknya timnas Perancis "Les Blues" yang dipenuhi pemain-pemain berlatarbelakang Afrika dan Karibik - skuad Belgia pun mengusung racikan eksotis.

Sebut saja kapten Manchester City, Vincent Kompany dan striker Chelsea, Romeo Lukaku yang berakar di Kongo. Striker Christian Benteke malah dilahirkan di Kinshasa. Sementara gelandang Manchester United, Marouane Fellaini berorangtuakan pengungsi asal Maroko.

Radja Nainggolan, talenta yang belakangan menjadi buruan klub-klub papan atas Serie A, Italia, ayahnya berasal dari Indonesia. Dembele berayahkan seorang pelarian Mali, kendati dilahirkan di Wilrijk. "Kami sangat dekat, karena sudah bermain sama-sama sejak usia 14 tahun," kata geladang Kevin de Bruyne.

Peluang di Brasil

Belgia mengamankan tiket ke putaran final usai membuat catatan manis selama babak kualifikasi. Eden Hazard dkk. membukukan delapan kali menang, dua kali seri dan tidak pernah kalah. Penampilan ciamik yang ditunjukkan skuad Wilmots selama 2013 membuahkan daftar unggulan versi FIFA.

Kejutan terbesar justru muncul dari rumah-rumah judi yang menempatkan Belgia di urutan ke-lima dalam daftar kandidat negara-negara yang bakal bersinar di putaran penyisihan Grup nanti. Uniknya, Hazard dkk. lebih diunggulkan ketimbang Italia, Belanda, Inggris, Uruguay dan Portugal.

Kendati begitu, punggawa timnas Belgia belakangan mulai membatasi euforia yang melangit. "Saya kira mustahil buat sebuah tim yang menghilang sejak 12 tahun bisa berkompetisi di level tertinggi dalam turnamen sekelas Piala Dunia," kata legenda Belgia, Van der Elst yang mencatat 86 pertandingan untuk timnas.

Sebab itu pula Van der Elst menilai, Wilmots seyogyanya membidik babak perdelapan final terlebih dahulu. "Sebelumnya, Belgia selalu menjadi kuda hitam. Sekarang mereka akan menghadapi tim yang terorganisir secara baik. Saya kira para penyerang akan kesulitan," tambahnya.

rzn/as (sid, dpa, FIFA)