1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satu Keajaiban Semuanya Berjalan Damai

5 November 2009

Seluruh dunia terkejut ketika Tembok Berlin runtuh 20 tahun lalu, termasuk Uni Sovyet. Bahkan dinas rahasia Uni Sovyet KGB tidak memperkirakan sitausi di Jerman Timur akan berkembang seperti ini.

https://p.dw.com/p/KP4o
Mikhail Gorbachev memimpin Uni Sovyet dari tahun 1985 sampai 1991Foto: AP

Pagi hari tanggal 9 November 1989, Duta Besar Uni Sovyet di Jerman Timur Wjacheslav Kotchemasov menelpon atasannya, Menteri Luar Negeri Eduard Schevardnadse, karena ada masalah penting: pemerintah di Berlin Timur hendak melonggarkan warganya pergi ke bagian barat Jerman. Ia hendak nenanyakan, apakah pemerintah di Moskow menyetujuinya. Tapi ia tidak mendapatkan jawaban, karena teleponnya tidak diangkat. Pimpinan negara tidak dapat dihubungi, karena sedang Uni Sovyet merayakan ulang tahun Revolusi Oktober yang ke 72.

Pada malam harinya, lewat televisi karyawan Kedutaan Uni Sovyet mengikuti konferensi pers Günter Schabowski, anggota politbiro Partai Komunis Jerman Timur, yang menyatakan dibukanya Tembok Berlin. Padahal pemerintah di Moskow hanya mengijinkan dibukanya perbatasan antara Jerman dan Ceko.

Dan kemudian terjadi hal, yang jika dipikirkan sekarang merupakan sesuatu yang luar biasa. Ketimbang segera menyampaikan laporan kepada Sekjen Partai Komunis Uni Sovyet Mikhail Gorbachev, Duta besar Kochemassov yang telah lelah menelan pil tidur dan pergi tidur. Ketika beberapa jam kemudian, puluhan ribu warga Jerman Timur mengalir ke Berlin Barat, Wakil Duta Besar Igor Maximychev menghadapi situasi sulit untuk mengambil keputusan. Sebetulnya ia harus menelpon Kremlin dan dengan demikian mungkin memprovokasi munculnya reaksi spontan. Sementara itu ia juga berpikir untuk melakukan apa yang disebut "Solusi Cina", ketika pada bulan Juni 1989, pimpinan di Beijing menumpas aksi protes damai di lapangan Tian An Men. Skenario seperti ini akan tidak disetujui Mikhail Gorbachev. Setidaknya, telpon dari Berlin bisa menjadi satu peringatan bagi Moskow..

"Pembukaan tembok perbatasan merupakan keputusan pimpinan Jerman Timur. Situasinya begini, saya lebih mendengarkan Gorbachev. Dan ia mengatakan, jangan didramatisir. Jadi saya tidak memberikan laporan ke Moskow. Robohnya Tembok Berlin bukan sesuatu yang rahasia, melainkan terjadi di depan mata dunia," ungkap Maximychev.

Dinas Rahasia Uni Sovyet KGB juga terkejut. Ivan Kusmin, kepala bagian informasi KGB di Jerman Timur, juga melihat konferensi pers Günter Schabowski. Ia menilainya tidak penting. Tapi tengah malam, ia mendapat telepon dari seorang perwira dari kantor KGB di Berlin-Karlshorst , yang melaporkan pintu perbatasan telah dibuka. Berbeda dengan Kedutaan Uni Sovyet, ia mengirimkan laporan mengenai perkembangan situasinya ke Moskow.

"Pemerintah di Moskow memberikan reaksi dengan histeris. Setiap 30 menit datang telegram atau telpon. Apa yang terjadi? Saya ceritakan, kami di Berlin merasakan situasinya sangat berbahaya dan mencemaskan terjadinya konflik besar, yang dapat mendorong terlibatnya tentara. Saya pikir, dapat disebut sebagai sebuah keajaiban, bahwa hal itu tidak terjadi," kenang Ivan Kusmin.

Sejak berakhirnya Perang Dunia kedua, Uni Sovyet menempatkan sekitar 300 ribu tentaranya dibagian timur Jerman. Tanggal 17 Juni 1953, Uni Sovyet mengerahkan tentaranya untuk menghadapi perlawanan warga Jerman Timur. Tapi pada tahun 1989, tentara Uni Sovyet tidak meninggalkan baraknya. Sekjen Partai Komunis Uni Sovyet Mikhail Gorbachev menyambut robohnya Tembok Berlin, yang baru diketahuinya tanggal 10 November. Menteri Luar Negeri Eduard Shevardnadze menyampaikan perintah agar tentara Uni Sovyet tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri Jerman Timur.

Roman Gonscharenko/Asril Ridwan

Editor :Dyan Kostermanns