1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satgas Ingatkan Ancaman Bencana Alam di Tengah Pandemi

Prihardani Ganda Tuah Purba
15 Oktober 2020

Guna mengantisipasi bencana alam yang mengintai di musim penghujan, satgas COVID-19 minta pemerintah daerah siapkan mitigasi bencana yang disesuaikan dengan pandemi COVID-19, termasuk dalam penyiapan lokasi pengungsian.

https://p.dw.com/p/3jySA
Foto ilustrasi banjir
Foto ilustrasi banjir.Foto: imago images/Pacific Press Agency

Satgas penanganan COVID-19 mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk waspada dan siap siaga terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang mengintai dalam beberapa bulan ke depan.

Hal ini disampaikan oleh Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan COVID-19 di Indonesia, Profesor Wiku Adisasmito melalui konferensi pers virtual, Kamis (15/10).

Menurut Wiku, musim penghujan yang akan berlangsung selama enam bulan ke depan ditambah potensi cuaca ekstrem yang dipicu oleh fenomena La Nina harus diwasapadai karena berpotensi memicu terjadinya bencana-bencana alam hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, dan puting beliung. 

Wiku mengingatkan bahwa bencana alam semacam ini akan membawa bahaya tersendiri pada keselamatan masyarakat karena terjadi di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang sejatinya sudah cukup menyulitkan.

Untuk itu, Wiku meminta pemerintah daerah agar meningkatkan koordinasi dengan BNPB dan BPBD, TNI dan Polri serta lembaga terkait lainnya sebagai langkah antisipasi. 

“Kita harus betul-betul siap siaga sebelum itu terjadi”,” ujar Wiku.

Upaya mitigasi yang dapat dilakukan menurut Wiku adalah melakukan perbaikan tata kelola air dari hulu ke hilir, serta melakukan optimalisasi danau, embung, sungai dan kanal untuk betul-betul dapat mengantisipasi debit air yang berlebih pada masa-masa yang akan datang.

Siapkan rencana cadangan yang sesuai dengan Pandemi COVID-19

Tak hanya itu, Satgas COVID-19 juga meminta pemerintah daerah untuk menyiapkan contingency plan atau rencana cadangan dalam menghadapi ancaman bencana alam di masa mendatang. Menurut Wiku, mitigasi bencana saat ini harus disesuaikan dengan pandemi COVID-19 yang saat ini masih berlangsung, termasuk dalam hal menyiapkan tempat-tempat pengungsian di daerah rawan bencana. 

Wiku mengatakan bahwa satgas berharap tempat-tempat pengungsian dapat direkayasa dengan baik agar selalu dalam keadaan layak dan bersih sehingga dapat mengurangi potensi penularan COVID-19 serta penyakit-penyakit lainnya.

Prof. Wiku Adisasmito (Juru Bicara Pemerintah Penanganan COVID-19
Satgas COVID-19 minta pemerintah di daerah rawan bencana siapkan rencana cadangan yang disesuaikan dengan pandemi COVID-19.Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden

Sementara itu, Wiku mengimbau agar masyarakat dapat menghindari lokasi pengungsian apabila memungkinkan. Ia meminta agar masyarakat dapat memanfaatkan tempat-tempat penginapan yang terdekat sebagai lokasi pengungsian. 

Meski begitu, Wiku menegaskan bahwa di lokasi pengungsian harus dipastikan bahwa masyarakat mempunyai masker cadangan, hand sanitizer dan alat makan pribadi serta tempat evakuasi yang didesain untuk menjaga jarak. Petugas kesehatan juga diminta selalu ada di sekitar lokasi pengungsian.

“Kami meminta pada pemerintah daerah khususnya di daerah rawan bencana untuk segera menyiapkan segala peralatan dan fasilitas sesuai dengan protokol kesehatan. Bagi masyarakat tetap patuhi protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) selama berada di lokasi pengungsian,” jelas Wiku.

“Pemerintah daerah juga harus melakukan monitoring yang ketat termasuk testing dan tracing jika dibutuhkan di lokasi pengungsian. Dan harus ada sinergi antara pemda, lembaga daerah, TNI/ Polri serta masyarakat untuk menghindari terjadinya kluster pengungsian,” tambahnya.

Bencana banjir sudah mulai terjadi

Sebelumnya, dua puluh desa yang tersebar di tiga kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat dilaporkan terdampak banjir akibat luapan Sungai Cipalebuh dan Cikaso Pameungpeuk. Peristiwa tersebut terjadi pada Senin (12/10) dini hari waktu setempat.

Hasil penilaian sementara dari BNPB menyebutkan bahwa banjir menyebabkan ratusan rumah rusak berat dan ribuan rumah terendam. Kerugian juga menimpa fasilitas publik seperti tempat ibadah, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan.

Berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dalam dua hari ke depan yaitu 15-16 Oktober 2020, wilayah Jawa Barat termasuk dalam wilayah yang berpotensi terjadi hujan lebat disertai petir/kilat dan angin kencang. Masyarakat pun diimbau siap siaga dan waspada. (gtp/hp)