1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satelit ERS-2 Eropa Kembali ke Bumi usai 29 Tahun Mengorbit

22 Februari 2024

Sebuah satelit telah hancur dan masuk kembali ke atmosfer Bumi setelah hampir tiga dekade mengorbit. Sebagian besar satelit ERS-2 terbakar di atmosfer dan sebagian pecahannya jatuh ke Samudra Pasifik Utara.

https://p.dw.com/p/4cisK
Satelit ERS-2
Satelit ERS-2 dirilis pada tahun 1995Foto: ESA/dpa/picture alliance

Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), satelit ERS-2, sebuah satelit Eropa yang diluncurkan pada tahun 1995 untuk mengamati Bumi dan mengakhiri misinya 13 tahun yang lalu, lebih lama tiga tahun dari masa pakai yang direncanakan, akhirnya kembali ke Bumi pada hari Rabu (21/02). 

Puing-puing dari satelit jatuh di Samudra Pasifik Utara sekitar pukul 18:17 waktu setempat, kata ESA. Ketinggian satelit terus menurun sejak ESA memutuskan untuk menghentikannya pada tahun 2011.

Dalam situs webnya, ESA menjelaskan bahwa satelit tersebut mencapai ketinggian kritis sekitar 80 kilometer di atas permukaan Bumi pada hari Rabu (21/02), di mana pada ketinggian tersebut daya tarik atmosfer begitu kuat sehingga satelit ini mulai pecah berkeping-keping.

Satelit Mini: Demokratisasi Akses Informasi

Satelit dibawa turun ke Bumi secara bertahap

Satelit seberat 2,5 metrik ton itu sengaja diturunkan secara bertahap untuk menghindari penumpukan sampah antariksa di orbit Bumi yang dapat menjadi ancaman bagi satelit yang masih aktif dan Stasiun Antariksa Internasional (ISS). 

Menurut ESA, sebagian besar satelit terbakar habis ketika memasuki lapisan atmosfer Bumi. Pecahan satelit lainnya akan jatuh ke laut di bawahnya.  

Satelit mati jatuh kembali ke Bumi 

Satelit ini diperkirakan memiliki massa sekitar 2.294 kg setelah bahan bakarnya habis. "Rata-rata, objek dengan massa yang sama masuk kembali ke atmosfer Bumi setiap satu atau dua minggu," kata ESA di situsnya. 

Pakar ESA telah mengatakan hampir tidak ada kemungkinan puing-puing tersebut membahayakan manusia dan mengonfirmasi hal itu dalam sebuah pernyataan setelah satelit itu masuk ke atmosfer Bumi.

"Kemungkinan jatuhnya satelit menimpa kepala seseorang diperkirakan satu banding satu miliar," kata Benjamin Bastida Virgili, seorang insinyur sistem puing-puing antariksa ESA.

Yang perlu diketahui tentang ERS-2 

Ketika ERS-2 atau satelit Penginderaan Jauh Eropa diluncurkan pada tahun 1995, mengikuti satelit pendahulunya, ERS-1, yang telah diluncurkan empat tahun sebelumnya, ERS-2 merupakan satelit pengamatan Bumi paling canggih di Eropa, menurut ESA. 

Selama 16 tahun beroperasi, ERS-2 mengumpulkan data yang memberikan wawasan dan informasi mendalam tentang perubahan iklim, berkurangnya es di kutub, perubahan permukaan tanah, naiknya permukaan air laut, naiknya suhu lautan, dan kimia atmosfer. 

Satelit ini juga memantau bencana alam, termasuk banjir dan gempa bumi, di wilayah terpencil di dunia.

fr/ha (AFP, dpa)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!