1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sambutan Hangat Cina atas Presiden Sudan Menuai Kecaman

29 Juni 2011

Cina, menggelar karpet merah buat Omar al-Bashir. Pemimpin Sudan yang dituduh melakukan genosida dalam perang saudara di negerinya itu, sejak hari Selasa (28/06/2011) berkunjung ke Beijing.

https://p.dw.com/p/11lWn
Chinese President Hu Jintao, right, shakes hands with Sudan's President Omar al-Bashir during the signing ceremony at the Great Hall of the People in Beijing, China Wednesday, June 29, 2011. (AP Photo/Liu Jin, Pool)
Omar al-Bashir & Hu JintaoFoto: AP

Kunjungan Omar al-Bashir ke Cina telah memicu kemarahan Amerika Serikat dan kelompok hak asasi manusia dunia. Selama ini, Cina menjadi pendukung utama rejim militer Omar al-Bashir, karena Sudan menjadi pemasok energi terbesar bagi Cina.

Bashir, yang ditolak oleh banyak negara karena tuduhan pembunuhan massal, dijamu dengan kemegahan dan penuh penghormatan oleh Cina di Aula Besar Rakyat yang ada di jantung ibukota Beijing.

Dalam pidato pembukaan, presiden Hu Jintao mengatakan, "Bashir, Anda adalah seorang tamu yang telah melakukan perjalanan dari jauh, dan kami menyambut Anda."

Presiden Hu juga berharap, pertemuan itu akan memperkuat hubungan persahabatan tradisional kedua negara. Presiden Omar al-Bashir yang dipanggil Hu dengan "Teman" dan "Saudara" mengucapkan terimakasih kepada pemimpin Cina untuk sambutan hangat yang dia terima sejak kedatangannya ke negeri tirai bambu.

Dalam pertemuan, kedua pemimpin negara menyaksikan penandatanganan perjanjian kerjasama lebih erat dalam bidang minyak dan gas bumi. Selain itu, Cina juga menawarkan pinjaman untuk proyek pembangunan jembatan di bagian timur Sudan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai detail kerjasama apa saja yang disepakati kedua negara.

Pengadilan Kriminal Internasional atau ICC telah mengeluarkan surat penangkapan atas Presiden Sudan Omar al-Bashir, yang dituduh melakukan pembantaian massal dan genosida di wilayah Darfur, Sudan Barat sejak tahun 2003 yang menewaskan sekitar 300 ribu orang.

Namun, Cina menjadi negara yang secara terbuka mendukung rejim militer Bashir. Kantor Berita Xinhua mengutip presiden Hu yang mengatakan, "Tidak peduli apa perubahan yang terjadi di dunia dan internal Sudan, kebijakan Cina akan tetap ramah kepada Sudan."

Sudan adalah pemasok energi terbesar bagi Cina yang kini sedang agresif membangun ekonomi dan butuh banyak minyak dan gas bumi. Tapi, sebagian besar ladang minyak Sudan terletak di bagian selatan, yang mulai tanggal 9 Juli nanti akan memerdekakan diri.

Beijing sendiri, sejak awal telah memupuk hubungan diplomatik dengan calon negara baru itu. Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita resmi China Xinhua, menjelang kunjungan tersebut, Presiden Bashir menegaskan bahwa kemerdekaan selatan "tidak akan mempengaruhi hubungan" antara Beijing dan Khartoum,

Organisasi Human Rights Watch menggambarkan perjalanan Bashir sebagai "penghinaan terhadap korban kejahatan keji di Darfur". Sementara, Amnesty International mengatakan bahwa kedatangan Presiden Bashir menjadikan Cina sebagai "tempat yang aman bagi pelaku genosida".

Penulis: Andy Budiman

Editor : Hendra Pasuhuk