1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikUkraina

Rusia Lancarkan Serangan Besar-besaran di Ukraina

11 Oktober 2022

Serangan terbaru menjadi yang paling besar dalam beberapa bulan terakhir. Meski Rusia mengklaim serangan itu ditujukan pada militer Ukraina, namun banyak warga sipil Ukraina menjadi korban.

https://p.dw.com/p/4I1BJ
Serangan Rusia di Kyiv
Serangan Rusia di Kyiv menyasar area sipil di mana warga Ukraina tengah beraktivitas Foto: Gleb Garanich/REUTERS

Agresi militer Rusia terus digencarkan sebagai aksi balasan terhadap serangan Ukraina. Rusia melancarkan serangan terbesar terhadap Ukraina dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, pada Senin (10/10). Serangan mematikan ini menghancurkan gedung dan pemukiman masyarakat sipil, melumpuhkan listrik dan distribusi air, serta menewaskan sedikitnya 14 orang.

Layanan Darurat Ukraina mengatakan hampir 100 orang terluka dalam serangan pagi itu. Rusia meluncurkan serangan dari udara, laut dan darat terhadap 14 wilayah, mulai dari Lviv di barat hingga Kharkiv di timur.  Sejumlah serangan dilancarkan ke sasaran yang berada jauh dari garis depan peperangan.

Meskipun Rusia mengatakan rudal menargetkan fasilitas militer dan energi, namun beberapa menyerang daerah sipil, saat warga sipil sedang menuju ke tempat kerja dan sekolah. Salah satu rudal menghantam taman bermain di pusat kota Kyiv dan satu lagi menghantam sebuah universitas.

Dampak serangan bagi warga sipil Ukraina

Serangan-serangan tersebut membuat sebagian besar aliran listrik di negara itu mati, ratusan ribu orang kehilangan akses listrik hingga Senin (10/10) malam.  Pihak berwenang Ukraina meminta masyarakat untuk menghemat dan mengumumkan akan menghentikan ekspor listrik ke Eropa mulai Selasa (11/10). Pemadaman listrik sering membuat penduduk kehilangan air, mengingat ketergantungan sistem pada listrik untuk menjalankan pompa air dan peralatan lainnya.

Warga mengungsi di stasiun bawah tanah
Warga Kharkiv memilih bertahan di stasiun bawah tanah untuk menghindari serangan bertubi-tubi yang dilancarkan RusiaFoto: Francisco Seco/AP/picture alliance

Andriy Yermak, penasihat senior Presiden Volodymyr Zelenskyy, menuding serangan itu tidak memiliki "pengertian militer praktis”, tujuan Rusia adalah menyebabkan "bencana kemanusiaan.”

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pasukannya menargetkan infrastruktur energi utama dan fasilitas komando militer dengan "senjata presisi" sebagai pembalasan atas apa yang dia klaim sebagai tindakan "teroris" Kyiv sebagai upaya Ukraina untuk mengusir invasi Moskow, termasuk serangan Sabtu (08/10) di sebuah jembatan penghubung antara Rusia dan Semenanjung Krimea yang dicaplok.

Putin menuduh serangan jembatan itu didalangi oleh dinas khusus Ukraina. Putin bersumpah akan memberikan tanggapan yang "keras” dan "proporsional” jika serangan Ukraina lebih lanjut mengancam keamanan Rusia. "Tidak ada yang meragukannya,” katanya kepada Dewan Keamanan Rusia melalui video.

Putin tuding Ukraina sebagai teroris

Presiden Rusia berada di bawah tekanan dalam negeri yang kuat agar mengambil tindakan yang lebih agresif untuk menghentikan serangan balasan Ukraina, seperti yamg terjadi pada serangan hari Sabtu (08/10) di jembatan Kerch. Dalam beberapa waktu terakhir Putin yang semakin sering menuding Ukraina sebagai teroris dapat melancarkan tindakan yang lebih berani dan kejam.

Namun dalam pidato hari Senin (10/11), Putin, yang memerintahkan mobilisasi pasukan parsialnya bulan lalu dan  memicu eksodus ratusan ribu pria dewasa mengatakan, berhenti meningkatkan "operasi militer khusus” nya menjadi kampanye kontraterorisme atau darurat militer. Zelenskyy telah berulang kali meminta para pemimpin dunia untuk menyatakan Rusia sebagai negara teroris karena serangannya terhadap warga sipil dan dugaan kejahatan perang.

Menlu Jerman: Rusia Gunakan Propaganda Baru

Mendekati bulan kedelapan perang Moskow di Ukraina, Kremlin mulai lelah setelah kemunduran medan perang yang memalukan di wilayah Ukraina timur yang dicaploknya.

Kepala penegak hukum Ukraina mengatakan, serangan Senin (11/10) merusak 70 situs infrastruktur, 29 di antaranya kritis. Zelenskyy mengatakan, dari 84 rudal jelajah dan 24 drone yang ditembakkan Rusia, pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh 56 rudal.

"Ledakan terjadi di distrik Shevchenko di ibu kota, yang mencakup kota tua bersejarah dan kantor-kantor pemerintah", kata Walikota Vitali Klitschko.

Beberapa serangan terjadi di dekat kawasan pemerintah di jantung simbolis ibu kota, tempat parlemen dan simbol utama lainnya berada. Sebuah menara kantor berlapis kaca rusak parah, dengan sebagian besar jendela berwarna biru pecah.

Ukraina sebut Rusia sengaja timbulkan kerusakan

Zelenskyy, dalam sebuah video pribadinya, dilansir saat serangan terjadi hari Senin (10/10), mengatakan, Rusia "memilih waktu dan target seperti itu dengan sengaja untuk menimbulkan kerusakan paling besar.”

Serangan tersebut membuat penduduk dua kota terbesar di Ukraina yakni Kyiv dan Kharkiv mengungsi ke tempat perlindungan bom, termasuk stasiun kereta bawah tanah.

Istri Zelenskyy, Olena, memposting video yang menunjukkan orang-orang yang berlindung di tangga stasiun kereta bawah tanah Kyiv menyanyikan lagu rakyat Ukraina, "In a Cherry Garden," yang baris terakhirnya adalah: "Ibuku tersayang, kamu sudah tua dan aku bahagia dan muda. Saya ingin hidup, untuk mencintai.”

Sementara sirene serangan udara terus berlbunyi sepanjang serangan, di Kyiv dan di tempat lain banyak orang Ukraina mengabaikan peringatan serangan setelah berbulan-bulan tenang. Sirene serangan udara terdengar di setiap wilayah Ukraina selama empat jam berturut-turut, kecuali di Krimea yang dicaplok Rusia.

Wartawan Associated Press melihat sejumlah mayat di lokasi industri di pinggiran Dnipro. Empat orang tewas dan 19 terluka di kota itu, kata para pejabat. Saksi mata mengatakan satu rudal mendarat di depan bus, merusak kendaraan tetapi tidak membunuh penumpang.

Natalia Nesterenko, seorang ahli matematika mengatakan, melihat satu rudal terbang di dekat balkon apartemen Dnipro miliknya saat dia berada di dapur, lalu dia mendengar dua ledakan. "Ini sangat berbahaya. Saya segera menelepon anak-anak saya untuk mengecek bagaimana keadaan mereka karena siapa pun dapat terkena, perempuan, anak-anak," katanya.

Kecaman internasional terhadap Rusia

Negara G7 menjadwalkan konferensi video pada hari Selasa (11/10) untuk membahas situasi tersebut, yang akan dipaparkan oleh Zelenskyy.

Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan mengatakan, "serangan rudal yang menewaskan warga sipil sekali lagi menunjukkan kebrutalan perang ilegal Putin terhadap rakyat Ukraina." Dia menambahkan, Amerika Serikat dan sekutunya akan "terus membebani Rusia atas agresinya, meminta pertanggungjawaban Putin dan Rusia atas kekejaman dan kejahatan perangnya, dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi pasukan Ukraina untuk membela negara dan kebebasan mereka."

Dalam panggilan telepon Senin (10/10) malam, Biden mengatakan kepada Zelenskyy bahwa Amerika Serikat menyetujui permintaannya untuk menyediakan sistem pertahanan udara canggih.

Presiden Prancis Emanuel Macron menyatakan "keprihatinan yang ekstrem." Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly men-tweet bahwa "Penembakan rudal Rusia ke wilayah sipil Ukraina tidak dapat diterima.”

Beberapa orang khawatir serangan hari Senin (10/11) mungkin merupakan awal dari serangan baru Rusia. Sebagai tindakan pencegahan, Ukraina mengalihkan kegiatan sekolah ke pembelajaran online.

Sementara, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengumumkan bahwa dia dan Putin setuju untuk membentuk "pengelompokan pasukan regional” bersama. Meski ia tidak memberikan rincian mengenai rencana tersebut.

Lukashenko mengulangi klaimnya bahwa Ukraina sedang merencanakan serangan terhadap Belarus. Rencana tersebut memicu kekhawatiran di Minsk sehingga ia akan mengambil tindakan pencegahan. Menteri pertahanannya, Viktor Khrenin, kemudian merilis sebuah video yang memperingatkan Ukraina untuk tidak memprovokasi Belarusia, serta mengatakan "Kami tidak ingin berperang.”

bh/rs/pkp (AP)