1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Romney: "Saya Benci Mengaku Kalah"

7 Februari 2008

Tokoh konservatif Mitt Romney akhirnya mengundurkan diri dari pemilihan awal Partai Republik. Keputusan tersebut diumumkan menyusul kekalahan beruntun yang dideritanya pada pemilihan maraton Super-Tuesday.

https://p.dw.com/p/D48O
Kandidat Partai Republik, Mitt RomneyFoto: AP
Gugur sudah kandidat terkuat ke dua partai Republik. Mitt Romney terpaksa menyerah dari rivalnya, John McCain, setelah kekalahan beruntun pada Super-Tuesday.

Romney yang sampai saat ini sudah menggelontorkan dana kampanye sebesar 35 juta US-Dollar dari koceknya sendiri cuma berhasil mengumpulkan 270 delegasi sampai berakhirnya pemilu maraton Super Tuesday hari Selasa (05/02).

Jumlah tersebut masih tertinggal jauh dibandingkan perolehan McCain yang saat ini mencapai 680 delegasi. Kandidat dari Partai Republik minimal harus mengumpulkan sekitar 1.100 delegasi untuk maju ke pemilihan presiden. Berbicara dalam konfrensi tahunan kubu konservatif di Washington, Romney mengaku, keputusan tersebut diambilnya dengan pertimbangan matang.

“Kalau ini cuma menyangkut diri saya, saya tidak akan mundur. Tapi ini semua bukan tentang saya. Saya membatalkan pencalonan saya, karena saya mencintai Amerika. Di masa perang ini, saya merasa berkewajiban untuk mundur, demi partai dan demi negara kita," tandasnya di hadapan pendukung Partai Republik.

Romney yang lulus dari Universitas Harvard 24 tahun lalu itu mengongkosi sebagian besar dana kampanyenya dari kocek sendiri. Namanya mulai melambung ketika Olympiade musim dingin di Salt Lake City 2002 diguncang prahara korupsi.

Romney yang saat itu menjabat direktur sebuah perusahaan investasi, mengambil alih jabatan presiden Komite Olympiade dan sukses mengeluarkan Olympiade dari bayang-bayang korupsi. Tidak lama kemudian, Romney dipilih menjadi gubernur negara bagian Massachusetts.

Soal haluan politiknya, Romney sejak dulu dikenal sebagai dedengkot kubu konservatif Partai Republik. Misalnya saja, ia menolak mengakui hak kaum homoseksual dan aborsi. Dalam hal politik luar negeri, seperti perang Irak misalnya, pandangan Romney tidak jauh berbeda dengan Presiden George W. Bush atau pesaingnya John McCain.

Menurutnya, Amerika harus mau membayar harga semahal apapun untuk memenangkan perang melawan teror, sebuah pandangan yang selalu ditolak oleh kedua kandidat Partai Demokrat, Barrack Obama dan Hillary Clinton.

Soal pandangan kedua rivalnya tersebut dalam perang melawan teror, Romney menandaskan, “Mereka akan menarik pasukan, dan mengumumkan kekalahan. Dan kosekuensinya akan sangat tragis. Hal itu akan membuat Afghanistan dan Taliban tampak seperti tempat bermain anak-anak. Soal ini saya yakin seratus persen. Dan satu hal lagi yang kita yakini, bahwa kita tidak bisa membiarkan seorang presiden Amerika Serikat menyerah di hadapan wajah iblis.”

Setelah keputusan mundur tersebut, Partai Republik kini bisa mengkonsentrasikan strateginya untuk mengangkat John McCain ke kursi nomor satu di Gedung Putih. Persaingan antara McCain dan Romney di kubu Republik memang tak sehangat dan seketat di Partai Demokrat.

Kendati demikian, Romney menganggap persaingan di partainya cuma bakal menguntungkan Partai Demokrat, dan ujung-ujungnya memuluskan jalan Barrack Obama atau Hillary Clinton menuju Gedung Putih. "Ini bukan keputusan yang mudah. Saya benci untuk kalah.” (cnn/AP/AFP/Reuters/rzn)