1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BencanaGlobal

Handal Mana Anjing atau Robot Evakuasi Pasca Gempa?

11 Februari 2023

Setiap kali terjadi bencana, anjing pelacak selalu dikerahkan membantu. Kini juga dikerahkan robot berteknologi tinggi, sebagai penolong. Mana yang lebih handal?

https://p.dw.com/p/4NKmx
Anjing pelacak yang dikerahkan mencari korban selamat dalam gempa di Turki
Jerman membawa tujuh anjing pelacak untuk membantu mencari korban selamat dalam gempa di TurkiFoto: Piroschka van de Wouw/REUTERS

Bencana alam atau kecelakaan hebat, selalu menyisakan harapan menemukan korban manusia yang masih selamat. Gempa bumi hebat di Turki dan Suriah membuktikan, pascagempa masih ada sejumlah korban yang ditemukan dan dievakuasi dalam keadaan hidup.

Sejauh ini, metode umum yang digunakan adalah mengerahkan anjing pelacak, untuk mengendus apakah masih ada yang selamat di bawah puing bangunan atau runtuhan pesawat. Namun kini, juga diperkenalkan robot-robot canggih, yang membantu evakuasi pascabencana.

Sebuah proyek Uni Eropa yang diberi nama CURSOR (Coordinated Use of miniaturized robotic equipment and advanced sensors for search and rescue operations), memperkenalkan robot dan drone pintar, yang dipuji akan membantu evakuasi dan penyelamatan korban bencana alam seperti gempa bumi.

Cara kerja robot penyelamat

Robot cerdas berukuran kecil ini dilengkapi roda dan pemindai inframerah serta kamera pelacak panas. Dengan menggunakan pipa kecil, robot menyedot udara dari reruntuhan bangunan, untuk memeriksa apakah ada emisi karbondioksida CO2 atau protein yang khas manusia.

Dengan cara itu, orang yang masih hidup dan terjebak di bawah puing bisa dilokalisir. Dengan bantuan mikrofon dan loud speaker, bisa dilakukan kontak dengan korban. Drone membantu petugas penolong membuat citra 3 dimensi lokasi bencana dari udara.

Di kawasan gempa bumi seperti di Turki, terbukti gempa-gempa susulan mempersulit evakuasi orang yang masih selamat di bawah reruntuhan bangunan. "Sangat berbahaya bagi tim penolong, karena bangunan yang sudah tidak stabil, bisa tiba-tiba runtuh,” kata Karsten Berns, Pakar Informatika dan Dekan Jurusan Sistem Robotika di Universitas Teknik Kaiserslautern-Landau di Jerman. "Karena itu kita memerlukan sistem robotik otonom yang lebih handal,” ujarnya.

Robot belum siap dioperasikan di lokasi bencana

Masalahnya, robot-robot dari proyek CURSOR atau yang dikembangkan di Universitas Teknik Kaiserslautern-Landau, baru berupa prototype yang dikembangkan dalam riset.

Konkritnya, tidak ada satupun robot ini yang sudah siap dikerahkan untuk membantu evakuasi atau pelacakan korban gempa baru-baru ini di Turki dan Suriah.

Selain itu, masalah lainnya adalah biaya yang masih sangat tinggi. Sejauh ini belum ada yang menyatakan bersedia menjadi investor untuk produksi robot penolong itu secara massal. Juga hingga kini belum jelas, bagaimana dan siapa yang menanggung ongkos transport operasinya di kawasan bencana.

"Ular Penyelamat" di Lokasi Bencana Alam

Anjing pelacak masih paling handal saat evakuasi

Sejauh ini, pengerahan anjing pelacak di kawasan gempa masih tetap yang paling murah dan dapat diandalkan. Anjing pelacak ini juga terbukti sangat efektif melacak dan menemukan korban selamat yang tertimbun puing di kawasan bencana di Turki dan Suriah. Tanpa banyak biaya, tim penolong bisa langsung terbang dengan anjingnya sesaat setelah gempa mengguncang.

Anjing pelacak mampu mengendus keringat, hormon, darah, tinja bahkan nafas manusia yang tertimbun di bawah puing bangunan. Hewan ini akan menggongong atau mencakar-cakar lokasi, jika menemukan atau mengendus jejak orang yang selamat di bawah reruntuhan,

Nilai tambah lainnya dari anjing pelacak, hewan tidak memerlukan listrik atau internet. Cukup dengan makanan anjing dan air, hewan bisa langsung dikerahkan. Sementara robot-robot modern pelacak bencana perlu baterai dan jejaring internet untuk bisa beroperasi. Dua hal yang sulit ditemukan di lokasi bencana.

Manusia penentu keputusan akhir

Namun situasi di kawasan bencana, baik itu bencana alam seperti gempa bumi, banjir, erupsi gunung berapi dan lainnya sangat sulit diprediksi. Bahaya mengancam setiap saat dan kondisi bisa berubah dengan cepat dalam hitungan menit. Kadang petugas penolong harus memutuskan tidak akan menyelamatkan orang yang tertimbun puing bangunan, karena bahayanya sangat besar dan mengancam nyawa mereka sendiri.

Dalam situasi seperti ini, keputusan sulit harus diambil oleh pimpinan tim evakuasi. Tidak ada pengerahan robot maupun anjing pelacak yang dapat menentukan aksi penyelamatan. Keputusan akhir tetap berada di tangan manusia, yang lebih memahami dan berpengalaman menangani masalah semacam ini.

Walau begitu, tim penolong dan penyelamat menyepakati, hingga saat ini, pengerahan anjing pelacak masih jauh lebih efektif, handal dan murah, ketimbang robot teknologi tinggi, yang masih berupa prototipe yang mahal dan perlu banyak teknik pendukung.

(as/ts)

Carla Bleiker
Carla Bleiker Editor, channel manager, dan reporter yang berfokus pada politik AS dan sains@cbleiker