1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Brasil Hentikan Riset Chloroquine untuk Obati Covid-19

14 April 2020

Para ilmuwan di Brasil hentikan sebagian riset obat malaria Chloroquine untuk terapi pasien virus corona. Pemicunya ada efek samping yang membahayakan nyawa pasien.

https://p.dw.com/p/3ar6m
Frankreich Marseille | Medizinisches Personal mit Tabletten
Staf medis di Prancis tunjukkan dua jenis obat yang mengandung hydroxychloroquine dan mengandung chloroquine yang disebut punya efek terhadp virus corona.Foto: Getty Images/AFP/G. Julien

Riset obat anti malaria klasik Chloroquine dan obat jenis baru yang serupa, hydroxychloroquine untuk pengobatan pasien Covid-19, belakangan ini kembali digenjot setelah presiden AS, Donald Trump memuji khasiatnya dan memesan jutaan dosis dari India. 

Namun para peneliti di Brasil menyatakan, mereka menghentikan sebagian riset obat anti malaria itu. Penyebabnya, pada 25% pasien virus corona yang diberi obat Chloroquine dosis tinggi, terlihat efek samping berupa masalah detak jantung. 

Potensi efek samping serius Chloroquine atau obat anti malaria jenis baru hydroxychloroquine sebenarnya sudah diketahui sejak lama. Obat ini antara lain bisa memicu masalah detak jantung yang bisa berakibat kematian mendadak. 

Risiko kematian meningkat

Riset yang dilakukan di kota Manaus di kawasan Amazonia itu melibatkan 440 pasien Covid-19 yang kondisinya parah. Riset dilakukan dengan membagi pasien dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi dua dosis chloroquine 600 miligram per hari. Sementara kelompok kedua diberi 450 miligram chloroquine dua kali sehari di hari pertama, kemudian dikurangi hanya sekali sehari dalam 4 hari berikutnya. 

Sebanyak 81 pasien virus corona yang diberi chloroquine dalam dosis 600 miligram dua kali sehari selama 10 hari, menunjukkan gejala masalah gangguan ritme jantung. Dan menunjukkan gejala lain, risiko kematian lebih besar di kalangan pasien dalam kelompok ini. Para ilmuwan langsung menghentikan ujicoba.

Pada kelompok pasien yang diberi chloroquine dalam dosis 450 miligram dua kali sehari di hari pertama, dan satu dosis selama empat hari berikutnya gejala gangguan jantung ini tidak muncul. Dosis ini digunakan dalam sejumlah riset termasuk studi kecil yang digelar di Amerika Serikat.

Disebutkan, masih terlalu dini untuk membuktikan apakah pengobatan dengan chloroquine ini efektif dan aman. Sejauh ini riset di Brasil tersebut tidak memiliki kelompok pembanding yang samasekali tidak diberi pengobatan chloroquine.

Dilaporkan, dari hasil riset itu, hanya satu pasien yang diobati, tidak lagi menunjukkan jejak virus saat dilakukan test swab dari saluran pernafasnya. Hasil penelitian ilmuwan Brasil itu sudah diunggah ke situs web para peneliti, akan tetapi belum dikaji oleh ilmuwan lainnya.    

Efek lebih berat jika dikombinasi antibiotika

Dalam semua ujicoba itu, pasien juga diberi kombinasi dua jenis antibiotika, ceftriaxone dan azithromycin. Diketahui antibiotika jenis azithromycin juga bisa memiliki efek saming pada jantung. Presiden Trump sebelumnya menonjolkan kombinasi hydroxychloroquine-azithromycin.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro langsung menyitirnya dan menonjolkan keunggulan kombinasi hydroxychloroquine-azithromycin tanpa menunjukkan atbukti ilmiah apapun. Bolsonaro mengatakan “mendengar“ laporan mengenai efektifitas 100% jika dosinya tepat.

Presiden Brasil juga langsung memerintahkan pembebasan bea impor untuk obat anti malaria itu. Ia juga telah memerintahkan laboratorium militer untuk menggenjot produksi chloroquine. AP(as/yf  )