1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rezim Represif Tak Bisa Jadi Mitra Eropa

Rainer Sollich
30 Oktober 2015

Penghargaan Sakharov bagi blogger Raif Badawi yang meringkuk di penjara Arab Saudi, merupakan sinyal penting dari Eropa. Rezim represif tidak bisa jadi mitra. Perspektif Rainer Sollich.

https://p.dw.com/p/1Gx8D
Raif Badawi Protest in London

Raif Badawi layak mendapat Penghargaan Sakharov untuk hak asasi dan kebebasan berpendapat dari Parlemen Eropa. Blogger berusia 31 tahun itu menjadi lambang keberanian melawan rezim represif, yang membatasi hak asasi dan kebebasan berpendapat, dengan konsekuensi ia harus meringkuk di penjara Arab Saudi.

Parlemen Eropa dengan penganugerahan hadiah Sakharov bagi Badawi melontarkan pesan amat jelas. Pemimpin pemerintahan dan rezim represif tidak akan mendapat dukungan Eropa. Juga jika rezim itu merupakan mitra tradisional yang jadi garansi stabilitas di kawasan bersangkutan sekelas Arab Saudi. Memang harus diakui tanpa peranan Arab Saudi sulit mencapai perdamaian di Suriah atau Yaman.

Tapi sebaliknya pula, Arab Saudi dalam konstelasinya saat in untuk jangka menengah dapat menjadi risiko ancaman bagi stabilitas kawasan. Terutama jika kerajaan tidak punya keberanian melakukan reformasi politik dan ekonomi. Raja Salman sejauh ini tidak punya niat, keberanian atau juga kekuasaan untuk melakukan reformasi.

Sollich Rainer Kommentarbild App
Rainer Sollich redaktur DW

Di negara itu tidak ada kebebasan berpendapat, tidak ada kebebasan individu, tak ada penghormatan hak asasi manusia. Sistem hukumnya dalam berbagai segi mirip yang diterapkan ISIS, yang lebih ditakuti oleh rezim ketimbang Raif Badawi. Terjadi kemandegan kaum intelektual. Yang memerintah adalah represi murni.

Sayangnya kondisi ini bukan hanya di Arab Saudi saja, melainkan di seluruh kawasan Arab. Suara seperti yang dilontarkan Raif Badawi tidak didukung mayoritas. Represi politik, kebencian sektarian, persaingan geopolitik dan kesulitan ekonomi di sebagian negara Arab, saat ini jadi agenda utama. Dari apa yang dijuluki musim semi Arab dan impian untuk kebebasan, demokrasi serta penghormatan martabat manusia, kini nyaris tidak tersisa lagi.

Jadi Eropa mengirimkan sinyal yang tepat dan penting kepada dunia Arab, dengan mendukung aktivis pro demokrasi di kawasan. Dengan harapan, suatu hari nanti kawasan Timur Tengah terbebas dari lingkaran setan kebencian, kekerasan dan pengkotak-kotakan kebudayaan. Dan sekaligus menunjukan, bahwa demokrasi dan toleransi bukan sepenuhnya nilai-nilai barat atau bahkan Kristen. Melainkan juga tata nilai yang selaras dengan Islam.