1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rezim Gaddafi Masih Dianggap Berbahaya

29 Agustus 2011

Selain berita tentang keberadaan keluarga Gaddafi dan persiapan kelompok pemberontak menyerang kota Sirte, muncul juga laporan tentang kekejaman rezim Gaddafi. Puluhan ribu tahanan masih belum diketahui jejaknya.

https://p.dw.com/p/12Pc5
Situasi di Tripoli setelah pertempuranFoto: DW

Penemuan yang mengenaskan: 17 mayat di jalan kecil wilayah Abu Salim di selatan kota Tripoli. Kawasan yang terakhir dimenangkan oleh kelompok pemberontak dari pasukan setia Muammar Gaddafi. Perjuangan yang sepertinya berlangsung hingga titik darah penghabisan.

Seorang pria menemukan saudara laki-lakinya diantara jenazah tersebut. "Saya mencarinya di rumah sakit. Saya tidak menemukannya. Saya mencari dimana-mana. Tiga hari lamanya saya mencari. Kemudian ada yang bilang kepada saya, disini ada beberapa mayat." Pria itu tidak mampu berkata-kata lagi. Ia tidak menyangka saudaranya mati terbunuh. "Ia hanya warga biasa. Ia hanya ingin mengambil air untuk rumahnya."

Penemuan jenazah di Tripoli seakan tidak ada akhirnya. Pesta perayaan usai pembebasan ibukota diikuti oleh berita mengejutkan tersebut. Menurut dewan transisi nasional, lebih dari 10 ribu tahanan rezim Gaddafi telah dibebaskan. Namun, masih ada lebih dari 50 ribu tahanan yang tidak diketahui keberadaannya. 

"Bahaya dari Muammar Gaddafi masih ada", demikian menurut Mustafa Abdel Jalil, ketua dewan transisi nasional Senin kemarin (29/8) di Doha. Jalil mengatakan, Gaddafi tidak hanya berbahaya bagi warga Libya, melainkan juga bagi seluruh dunia. Dalam pertemuan dengan pimpinan militer dari negara-negara yang terlibat dalam misi NATO, Jalil menyerukan agar NATO meneruskan operasinya. Ia menjelaskan, sangat dibutuhkan bantuan lanjutan untuk menyingkirkan 'sel-sel dan sisa rezim Gaddafi.'

Pihak yang bertanggung jawab di NATO sepertinya sepaham dalam hal ini. Senin kemarin (29/8), jet tempur internasional tidak hanya tampak di Sirte, kampung halaman Gaddafi yang akan menjadi sasaran serangan kelompok pemberontak berikutnya, tetapi juga di Tripoli. Beberapa koresponden yang berada di lokasi melaporkan, bahwa mereka mendengar ledakan setelah jet tempur NATO melintas. 

Menghabiskan sisa rezim Gaddafi sepertinya menjadi tuntutan pimpinan baru di Tripoli. Namun, setelah para penanggungjawab Minggu malam lalu (28/8) mengumumkan nama-nama calon yang kelak menduduki posisi menteri, untuk pertama kalinya muncul aksi protes terhadap dewan transisi nasional.

Karena diantara para kandidat, juga terdapat nama mantan komandan Gaddafi yang dituduh bertanggung jawab atas kematian setidaknya 40 pemberontak. Para demonstran berseru, bahwa mereka tidak ingin membangun Libya baru dengan orang yang tangannya berlumuran darah. Aksi demonstrasi terjadi di beberapa kota sekaligus. Di kota pelabuhan Misrata saja berkumpul 500 orang.

Sementara itu, situasi persediaan bahan pangan dan air bersih di Tripoli masih memprihatinkan. Namun, kini organisasi kesehatan dunia WHO ingin membantu dengan bahan bantuan dari Malta. Kapal bantuan pertama sudah mulai dimuati.

Cornelia Wegerhoff / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Carissa Paramita