1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Revolusi Gender

20 November 2017

Kehadiran interseks memperjelas bahwa alat kelamin tidak hanya terdiri dari penis dan vagina? Apakah interseks dan transgrender dapat mengakses haknya sebagai manusia dan warga negara? Opini Nadya Karima Melati.

https://p.dw.com/p/2nnwV
Symbolbild drittes Geschlecht
Foto: picture alliance/dpa/K. Nietfeld

Waktu itu usia saya kira-kira enam tahun, pada satu malam yang cukup larut ditemani ayah saya. Kami sedang berada di sebuah ruang tunggu rumah bersalin. Ibu berada di kamar seberang dengan teriakan kesakitan, ayah saya berusaha mengajak saya bermain kejar-kejaran seraya mengalihkan perhatian saya yang terus-terusan mencari ibu dan memaksa masuk ruang bersalin. Selang berapa lama kemudian terdengar suara dokter berseru, "LAKI-LAKI!” dari ruangan bersalin. Kejar-kejaran saya dengan ayah langsung terhenti, adik saya sudah dilahirkan.

Alat kelamin adalah penanda identifikasi kepada manusia langsung ketika dia dilahirkan. Pengetahuan umum mengajarkan bahwa alat kelamin dibagi menjadi dua yakni penis dan vagina. Alat kelamin tersebut menentukan seluruh hidup kamu setelahnya: hadiah warna apa yang diberikan oleh tetangga, jenis pakaian apa yang akan kamu kenakan, permainan apa saja yang kamu boleh mainkan, dan pekerjaan apa yang kamu boleh cita-citakan. Melalui identifikasi alat kelamin, hidup telah diarahkan.

Penulis: Nadya Karima Melati
Penulis: Nadya Karima Melati Foto: N. K. Melati

Tidak semua dokter mengatakan jenis kelamin si bayi saat dilahirkan, kadang ada juga dokter yang terdiam. Terdiam karena jenis kelamin bayi tidak mirip dengan penis ataupun vagina. Kondisi ini disebut dengan jenis kelamin interseks. Interseks adalah kondisi yang normal sama seperti penis dan vagina. Kejadian ini cukup umum. Di masyarakat di Amerika Serikat saja, kelahiran interseks dihitung dalam dengan prevalansi 1,7% dari seluruh populasi.

Sayangnya untuk negara-negara lain data interseks sulit didapatkan karena orangtua yang mengetahui jenis kelamin anaknya interseks biasanya menutup-nutupi dan menganggapnya sebagai aib. Mengapa? karena banyak orangtua yang memiliki anak dengan jenis kelamin minoritas ini akan memiliki kehidupan yang sulit dalam negara dan kehidupan bermasyarakat. Karena norma umum hanya mengenal laki-laki dan perempuan. Apabila interseks, bagaimana anak ini bisa tumbuh?

Pentingnya Negara Mengakui Gender Ketiga

Seorang ibu datang pada kepala sekolah Taman Kanak-kanak Islam mengatakan anak perempuannya memiliki penis kecil. Ibu ini mengatakan bahwa kondisi tersebut sudah sejak anaknya dilahirkan.

Sambil berdiskusi dengan kepala sekolah, ibunya kebingungan seragam jenis apa yang harus diberikan kepada anaknya apakah seragam perempuan atau laki-laki. Si Ibu juga menyampaikan kekhawatirannya apabila anaknya puber nanti, penisnya akan semakin besar dan anaknya harus terpasa berubah menjadi laki-laki. 

National Geographic mengeluarkan edisi spesial berjudul Gender Revolution pada tahun 2017 awal ini. Bahwa keberadaan interseks pada setiap kelahiran adalah hal yang umum dan dengan temuan tersebut pendefinisian gender (peran maskulin dan feminim) seorang manusia tidak bisa lagi ditentukan oleh jenis kelaminnya.

Tentunya ini berpengaruh pada identitasnya dalam negara dan masyarakat. Baru-baru ini Jerman mengakui interseks untuk didaftarkan menjadi jenis kelamin dalam administrasi kelahiran. Dengan mengakui jenis kelamin tersebut, Jerman membuka jalan untuk semakin mengakomodasi pilihan gender warganya. Selain negara Jerman, Australia telah lebih dulu mengakui gender ketiga atu gender X untuk passpor warganya.

Mengapa pengakuan terhadap jenis kelamin dan gender yang berbeda harus dilakukan oleh negara? Karena negara berkewajiban melindungi seluruh warganya dan menjamin kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan pekerjaan warga negara bisa dipenuhi. Dari pengalaman ibu tadi, ibu tersebut sangat kebingungan pakaian seragam untuk anaknya yang interseks, karena anaknya tidak masuk kategori perempuan ataupun laki-laki. Kebingungan akan berlanjut sampai anak puber dan dewasa. Bagaimana anak mengakses kesehatan reproduksinya? bagaimana anak interseks mendapatkan pendidikan? haruskan dibesarkan sebagai perempuan atau laki-laki? Dan tentunya, manusia interseks bisa jadi tidak bisa menikah dan akan terus menerus kebingungan sampai bagaimana manusia interseks bisa dikuburkan.

Kebingungan akan terus terjadi apabila (1). interseks tidak diakui sebagai jenis kelamin dan (2). identitas gender masih ditentukan berdasarkan jenis kelamin.

Transgender, Transeksual dan Interseks

Gender merupakan kualitas maskulin dan feminim yang berada dalam spektrum tidak lagi hanya terdiri dua hal. Gender dan Seksualitas adalah hal yang sangat berbeda dan dipilah berdasarkan identitas gender, ekspresi gender, jenis kelamin saat dilahirkan dan ketertarikan secara emosional dan fisik/seksual. Setiap orang tentunya memiliki kualitas yang berbeda dan tidak sama. Untuk itu ekspresi dan identitas gender dikatakan sangat beragam dan lebih dari dua, tiga, lima dan ratusan jenis.

Namun karena terlanjur identitas gender yang umum digunakan adalah laki-laki dan perempuan maka istilah Trans digunakan untuk manusia yang merasa tubuh dan jenis kelaminnya tidak cocok dengan identitas gender yang umum. Untuk itu istilah transgender dan transeksual hadir.

Transgender adalah manusia yang mengubah identitas gendernya melalui ekspresi gender seperti cara berpakaian, mengubah nama, mengubah peran sedangkan transeksual digunakan untuk mereka yang mengubah alat kelaminnya menjadi yang diinginkan bisa dengan melakukan operasi pengangkatan penis, mengkonsumsi hormon tertentu, menghilangkan payudara melalui operasi, dsb.

Mencari Pegawai Akuntan Transeksual

Disebabkan oleh penemuan baru yang mengguncang nilai dan peran sosial yang sebelumnya, adaptasi terhadap penemuan ini tentunya tidak mudah. Kelompok-kelompok sosial yang telah ada terlebih dahulu seperti kelompok agama konservatif sulit menerima bahwa ada berbagai kategori dalam gender dan kelamin tidak mempengaruhi gender. Untuk itu advokasi dari berbagai bidang untuk pengakuan identitas gender lain dan kehadiran interseks diperlukan.

Dengan adanya pengakuan ini maka interseks dan trans diharapkan dapat mengakses haknya sebagai manusia dan warga negara. Karena seumur hidup saya belum pernah menemukan hakim, pegawai perpustakaan, akuntan, atau koki seorang waria. Selama ini keberadaan transseksual dan transgender di Indonesia diakui sebatas bahan bercandaan di televisi atau kategori kurang binaan sosial.

Di kehidupan nyata, waria sebagai identitas transeksual yang paling terlihat di masyarakat dikucilkan hampir di seluruh bidang mulai dari hukum, sosial, politik dan ekonomi. Tidak haya hak sosial, pada banyak kasus yang hak hidup waria sebagai manusia juga sama sekali tidak digubris. Menurut wawancara saya dengan seorang waria di Sulawesi, pernah terjadi pembunuhan terhadap waria tetapi kasus ini tidak pernah diusut karena korbannya seorang waria. Kasus pembunuhan ini bukan satu-satunya, masih ada banyak aksus kekerasan terhadap waria dan minoritas gender yang mengendap seperti gunung es.

Kehadiran interseks semakin memperjelas bahwa kita tidak bisa lagi menggunakan identifikasi yang biner bahwa ternyata alat kelamin tidak hanya terdiri dari penis dan vagina. Penemuan ini memberikan dampak sosial dengan pengharusan perbaharuan kategori identitas gender dan tentunya disertai dengan  penerimaan dari negara.

Penulis: Nadya Karima Melati

Essais dan Peneliti Lepas. Koordinator SGRC (Support Group and Resource Center on Sexuality Studies). Tertarik pada topik sejarah sosial, feminologi dan seksualitas.

@Nadyazura

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis