1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi Inggris terhadap Suaka Assange

17 Agustus 2012

Pertikaian antara Inggris dan Ekuador seputar pemberian suaka bagi pendiri Wikileaks Julian Assange berlanjut.

https://p.dw.com/p/15raA
Source News Feed: EMEA Picture Service ,Germany Picture Service A barrier with a Free Assange posters are seen opposite the Ecuadorean Embassy in London August 14, 2012. Ecuador is likely to announce a decision on whether to grant political asylum to WikiLeaks founder Julian Assange before the end of the week in a case with diplomatic implications around the world, President Rafael Correa said on Monday. Assange has been taking refuge in the Ecuadorean Embassy in London since June 19 to avoid extradition to Sweden, where he is wanted for questioning on sex crime allegations. REUTERS/Ki Price (BRITAIN - Tags: SOCIETY POLITICS) // eingestellt von se
Assange / EkuadorFoto: Reuters

Dalam konflik Ekuador-Inggris seputar pemberian suaka bagi pendiri Wikileaks, Julian Assange, Ekuador meminta agar Organisasi Negara-Negara Amerika OAS menyelenggarakan pertemuan darurat antara menteri luar negeri. Equador menyarankan untuk melakukan sidang darurat tanggal 23 Agustus. Demikian menurut Presiden OAS, Stephen Vasciannie dari Jamaika.

Hari Kamis (16/8) Ekuador memutuskan memberi suaka bagi Assange dan Kementrian Luar Negeri Inggris menyatakan, keputusan pemerintah Ekuador di Quito tidak membawa perubahan apa pun juga. Tidak ada ijin keberangkatan Assange, dan ia akan ditangkap begitu keluar dari gedung kedubes Ekuador di London. Inggris bersikeras bahwa mereka secara hukum berkewajiban untuk mengekstradisi Assange ke Swedia. Artinya, Assange hanya aman jika berada di gedung kedubes Ekuador.

Jadi masih belum jelas bagaimana masalah itu diselesaikan. Pakar hukum urusan ekstradisi, Rebecca Niblock juga habis pikir: "Benar-benar sangat sulit untuk dikatakan bagaimana selanjutnya. Kasus ini berada di jalan buntu."

Selanjutnya Niblock mengatakan bahwa kasus semacam itu pernah terjadi satu kali. Yaitu saat seorang individu bertahun-tahun berada di sebuah bangunan kedubes. Assange baru berada sekitar dua bulan di kedubes Ekuador di London. "Seorang disiden Hongaria pernah berada di kedubes Amerika Serikat di Budapest selama 15 tahun. Tapi tidak dapat dibayangkan bahwa Assange juga akan melakukan hal yang sama," ujar Niblock.

Kementrian Luar Negeri Inggris secara tidak langsung mengancam akan menjemput pendiri Wikileaks dengan cara paksa dari gedung kedubes. Sebuah undang-undang Inggris mengijinkan pencabutan status diplomatik sebuah gedung untuk beberapa saat. Namun kebanyakan pakar di London mengkhawatirkan aksi balasan terhadap kedubes Inggris atau negara barat lainnya akibat tindakan semacam itu.

Mantan duta besar Inggris, Tony Brenton: "Saya kira, kementrian luar negeri mengetahui bahwa hal itu salah. Pencabutan imunitas diplomatik bangunan kedubes membawa dampak masalah praktis dan hukum. Praktis, karena dengan begitu diplomat Inggris dan diplomat lainnya terancam mendapat perlakuan yang sama. Ini membuat situasi semakin tidak aman dan lebih sulit untuk menjalankan tugas internasional."

Selain itu Brenton juga melihat hambatan hukum lainnya: "Konvensi Wina sangat jelas. Orang tidak dapat mencabut status diplomatik sebuah bangunan dengan begitu saja. Ini berarti mengakhiri hubungan diplomatik."

Jadi tak seorangpun tahu, bagaimana perkembangan selanjutnya. Vaughn Smith, seorang jurnalis, kenalan baik Assange, merasa yakin bahwa Assange akan menemukan jalan keluar: "Julian Assange akan terus berjuang. Ia adalah seorang yang berani. Ia berjuang bagi keadilan dan tidak akan lari dari masalah itu."

Swedia hendak mengadili Assange atas tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual. Pendiri Wikileaks ini khawatir, ia akan diekstradisi dari Swedia ke Amerika Serikat yang mungkin akan menjatuhkan hukuman mati atas tuduhan pembocoran rahasia negara.

Torsten Huhn / Christa Saloh-Foerster

Editor : Vidi Legowo-Zipperer