1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Reaksi Atas Kesepakatan Koalisi Besar

Jeanette Seiffert28 November 2013

Secara umum, pemerintahan di Eropa menyambut kesepakatan koalisi besar di Jerman. Tapi ada beberapa negara seperti Yunani yang memandang dengan kritis.

https://p.dw.com/p/1APzc
Foto: Reuters

Dua bulan setelah pemilu di Jerman, pemerintahan baru tetap belum terbentuk. Karena itu, banyak pihak di Eropa yang merasa lega karena akhirnya ada kesepakatan koalisi antara CDU, CSU dan SPD. Sebab masih banyak agenda Eropa yang belum bisa diputuskan, tanpa keterlibatan pemerintahan baru Jerman. Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso menyebut kesepakatan koalisi besar di Jerman sebagai "langkah penting".

Yunani adalah salah satu negara yang mengamati perundingan koalisi di Jerman dengan penuh perhatian. Terutama karena Yunani masih perlu bantuan dari Uni Eropa dalam krisis keuangan. Pemerintah Yunani merasa kecewa, karena koalisi besar tetap berniat melanjutkan politik penghematan.

Mantan Menteri Luar Negeri Yunani, Dimitrios Droutsas mengatakan kepada Deutsche Welle: "Angela Merkel dan partainya berhasil meloloskan program mereka. Yang berarti: berhemat, berhemat, berhemat. Itu memang motto mereka."

Upah minimum dan kewarganegaraan ganda

Pengamat politik Illias Katsoulis dari Universitas Athena mengatakan, sulit menjelaskan kepada warna Yunani bahwa mereka harus terus berhemat, sementara Jerman ingin menerapkan upah minimum 8,50 Euro per jam. "Tingkat gaji di Yunani sudah merosot jauh. Gaji kami rata-rata turun 50 sampai 60 persen." Ini adalah dampak politik yang dijalankan Angela Merkel.

Harian Kroasia Vecernji List menulis, sulit dibayangkan sebelumnya bahwa CDU dan CSU akan menerima tuntutan SPD tentang upah minimum dan kewarganegaraan ganda. "Kelihatannya kubu konservatif dengan mudah membuang prinsip-prinsip mereka, demi terbentuknya koalisi besar", tulis harian itu.

Anak warga asing yang lahir dan besar di Jerman sampai sekarang harus memilih satu kewarganegaraan sampai usia 23 tahun. Tapi kesepakatan koalisi menghapus kewajiban memilih itu. Berarti, anak-anak itu akan berhak memiliki kewarganegaraan ganda.

Kesepakatan ini terutama menguntungkan para remaja keturunan Turki. Ini kemajuan besar, kata Emre Gonen dari Universitas Istanbul. Tapi kebanyakan pengamat di Turki menilai, politik Jerman di bawah Angela Merkel tetap tidak akan berubah. "Angela Merkel akan tetap jadi Kanselir Jerman. Itu isu terpenting yang sampai ke sini", ujarnya.

Rusia sambut koalisi besar

Rusia boleh merasa puas dengan koalisi besar. Karena dalam naskah kesepakatan koalisi, ada satu bab yang khusus membahas hubungan antara Jerman, Uni Eropa dan Rusia. Wladislaw Below dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia menyambut keterlibatan SPD. "SPD adalah mitra koalisi terpercaya bagi CDU dan CSU. Frank Walter Steinmeier yang dulu menjadi Menteri Luar Negeri, dan Angela Merkel, adalah politisi yang punya simpati besar pada Rusia."

Belanda yang merupakan negara tetangga Jerman mengeritik rencana pemungutan bayaran untuk penggunaan jalan tol. Karena di Belanda sendiri, tidak ada pembayaran jalan tol. "Kalau Berlin mulai melakukan ini, maka tidak lama lagi semua negara di Eropa akan memungut bayaran untuk jalan tol", tulis harian Belanda De Telegraaf.