1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rasisme - Hal Yang Lumrah di Belgia?

13 Juni 2006

Rasisme di Eropa boleh dikatakan merupakan api dalam sekam. Dan ada anggapan yang mengatakan di Belgia itu sudah lumrah.

https://p.dw.com/p/CPWs
Protes menentang rasisme di Antwerpen bulan Mei lalu
Protes menentang rasisme di Antwerpen bulan Mei laluFoto: AP

Wilayah utara Belgia Flandern yang berbahasa Vlaams atau Belanda merupakan wilayah yang terkenal rasis. Predikat yang menyedihkan itu bulan Mei lalu diperkuat lagi dengan kasus penembakan terarah terhadap orang-orang yang dari penampilannya jelas berasal dari luar Eropa. Pelaku peristiwa di kota Antwerpen itu adalah seorang pemuda berusia 18 tahun. Korbannya seorang babysitter asal Mali dan anak perempuan Belgia berusia 2 tahun yang sedang dijaganya. Seorang perempuan Turki luka parah tetapi selamat. Peristiwa berdarah itu menimbulkan keterkejutan, bukan hanya di Belgia. Tetapi pada saat bersamaan terlihatlah, betapa rasisme sebenarnya bukanlah soal yang benar-benar dikecam dalam masyarakat Belgia.

Hal Yang Biasa

Dalam bulan-bulan belakangan ini di Belgia memang sering terjadi serangan terhadap orang asing. Sebagian korbannya terluka sedemikian parah, sehingga kemungkinan untuk selamat boleh dikatakan tidak terlalu besar. Oleh sebab itu menurut Norbert Ngila dari Organisasi Plattform Afrika, pembunuhan ganda di Antwerpen ibaratnya merupakan puncak gunung es. Dikatakannya: "Tindak kekerasan rasial dirasakan setiap hari dan boleh dikatan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Rasisme dirasakan dalam perbincangan, dan di jalanan orang asing dicaci."

Belgia Tidak Toleran

Meningkatnya rasisme juga dirasakan di negara-negara Eropa lainnya. Tetapi penelitian membuktikan sikap tidak toleran terhadap orang asing, memang sangat besar di Belgia. Menurut Pascal Delwit, ahli politik pada universitas Brussel: "Hasil penelitian itu menunjukkan, Belgia adalah yang paling tidak toleran di Eropa, terutama lagi wilayah Flandern."

Yang terkenal paling anti orang asing adalah Partai Vlaams Belang yang artinya kira-kira "Kepentingan Vlaams". Tahun 2004 partai yang ketika itu masih bernama Vlaams Blok dilarang eksistensinya lewat pengadilan, karena merupakan organisasi rasial. Vonis tersebut membuat partai itu berganti nama menjadi Vlaams Belang dan memoles program partainya. Tetapi intinya tidak berubah. Norbert Ngila, dari Organisasi Plattform Afrika di Antwerpen mengatakan: "Filip Dewinter, orang kuat partai itu muncul di televisi dan berulang kali menandaskan, orang-orang asing hendaknya pulang ke negeri masing-masing."

Kenyataannya dalam kongres terbaru partainya itu Dewinter mengemukakan terang-terangan anggapannya mengenai para imigran Muslim: "Selamat datang di Antwerpen Anda, Antwerpen saya, Antwerpen kita. Kota ini tidak boleh menjadi kota Islam yang paling utara. Tetapi harus tetap menjadi kota paling selatan dari negara-negara berbahasa Vlaams."

Dalam parlemen Belgia, anggota dari Partai Vlaams Belang masih bertindak lebih jauh lagi. Görolf Annemans mengemukakan: "Kita tahu tentang para remaja yang luntang-lantung. Mereka adalah mafia-mafia di bawah umur, yang kebanyakan berasal dari Marokko."

Vlaams Belang Turut Andil

Setelah pembunuhan ganda di Antwerpen Partai Vlaams Belang memang mengecam dan menyayangkan terjadinya insiden itu. Tetapi bagi pakar politik Pascal Delwit, bahwa missi dari partai itu jelas-jelas anti orang asing. Menurutnya: "Partai itu memacu timbulnya suasana ketakutan dan intoleransi. Partai ini memang tidak langsung bertanggungjawab atas tindakan-tindakan rasial, tetapi menciptakan suasana yang memungkinkannya."

Berdasarkan perkiraan Delwit, Partai Vlaams Belang menggunakan taktik yang cerdik dengan pernyataan-pernyataannya. Supaya partai itu tidak langsung dilarang lagi, para politisinya benar-benar menjaga kata-kata mereka, agar tidak melampaui batas yang masih dapat diterima.

Radikal Kanan Harus Diwaspadai

Selama ini hampir tidak ada partai lain yang berani mengritik terang-terangan Partai Vlaams Belang. Karena semua merasa takut kalau-kalau partai ini justru akan memperoleh plattform di media-media dan dengan demikian para pemilih baru terpacu untuk memilih mereka. Tetapi setelah pembunuhan di Antwerpen PM Belgia, Guy Verhofstadt untuk pertama kalinya menegaskan pendapatnya: "Tindakan jahat itu merupakan bentuk rasisme yang sangat ekstrem. Dan seluruh warga kini harus sadar, sejauh mana dampak dari gagasan radikal kanan itu."

Pembunuhan ganda di Antwerpen membuat masyarakat umum Belgia dan para politisi terkejut. Tanggapan langsung diberikan. Dalam beberapa hari saja parlemen Belgia memperketat peraturan pemilikan senjata yang sebelumnya selalu diperdebatkan sehingga tertunda selama bertahun-tahun. Selain itu diajukan pula permohonan baru dalam parlemen untuk mengecam Partai Vlaams Belang sebagai partai yang rasis, dan dengan demikian membekukan tunjangan negara sekitar 2 juta Euro per tahunnya.

Akankah Ada Perubahan?

Ini sangat khas Belgia demikian dikatakan pakar politik Delwit. Tema-tema politik sering sekali terbengkalai untuk waktu lama dan baru terdapat perubahan bila sudah terjadi hal-hal yang menyedihkan, seperti pembunuhan itu. Delwit sendiri pesimis: "Saya rasa, shock yang terjadi tidak berlangsung lama. Memang pembunuhan itu mencetuskan emosi besar di kalangan politisi, warga dan media. Tetapi saya tidak yakin, akan terjadi perubahan secara struktural. Orang akan cepat kembali ke suasana sehari-hari."

Apakah pembunuhan ganda di Antwerpen itu mencemarkan Partai Vlaams Belang, akan terbukti tidak lama lagi. Dalam musim gugur mendatang, di wilayah Flandern akan diselenggarakan pemilihan umum di tingkat daerah. Dua tahun lalu hampir sepertiga warga di Antwerpen memberikan suaranya bagi partai yang anti orang asing itu. Dan Filip Dewinter, orang kuat dari Partai Vlaams Belang berharap akan menjadi gubernur di Antwerpen dalam bulan Oktober mendatang. Jadi kini tergantung partai-partai lainnya apakah dengan program dan gagasan masing-masing, mereka dapat menyingkirkan Partai Vlaams Belang.