1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rangkaian Serangan Bom di Irak

25 Agustus 2010

Sedikitnya 60 orang tewas dan 200 orang terluka dalam rangkaian serangan di lebih 10 kota Irak hari Rabu (25/8). Lokasi serangan termasuk ibukota Bagdad, serta kota-kota besar di wilayah utara, barat dan selatan Irak.

https://p.dw.com/p/OwXQ
Warga dan polisi Irak di antara gedung yang hancur oleh ledakan bom di Karbala , Irak.Foto: AP

Beberapa hari setelah Amerika Serikat menarik pasukan tempurnya dari Irak, hari Rabu (25/8) Irak digoncang oleh gelombang aksi pemboman di seluruh negeri. Serangan terhebat terjadi di kota Kut, 170 kilometer di timur laut Baghdad. Sedikitnya 20 polisi tewas dan 90 orang terluka, setelah pelaku bom bunuh diri menabrakkan mobil bermuatan bahan peledak yang dikendarainya ke stasiun polisi.

Di ibukota Baghdad, 14 orang tewas dan 42 orang terluka ketika dua kendaraan meledak di kawasan yang berbeda di ibukota itu. Saksi mata mengatakan bahwa di antara korban tewas terdapat empat orang polisi. Sedangkan di kawasan Hilla Baghdad selatan sebuah bangunan Shiah juga diserang dan di Basra 11 orang terluka oleh ledakan bom.

Irak Anschläge
Sebuah gedung yang hancur di Baggdad.Foto: AP

Sementara menurut keterangan resmi, 7 orang tewas dan 25 orang terluka dalam serangan bom yang terjadi pasar Karbala. Serangan-serangan lain terjadi di Fallujah dan Ramadi, di propinsi Anbar dan menewaskan 8 orang termasuk dua orang bocah. Di wilayah utara Irak juga sejumlah kantor dan pos polisi di Baquba, Kirkuk, Mosul dan Tikrit mengalami serangan bom mematikan.

Anggota parlemen dari partai Iraqiya List menyerukan akan segera diselenggarakan pertemuan darurat setelah mendengar berita ini. Kepada kantor berita dpa, Fallah Hassan Zaidan al-Haybi dari partai Iraqiya List mengatakan bahwa pasukan Irak belum siap untuk mengambil alih keamanan di negaranya. Al-Haybi bersama sejumlah anggota partainya menilai, bahwa kelompok pemberontak tengah berusaha mematahkan semangat rakyat yang sudah frustrasi. Seperti yang diutarakan seorang warga Irak sebelumnya,"Kami belum punya pemerintahan, tidak ada keamanan. Negara kami terpecah belah. Serangan bom dan pembunuhan masih terjadi. Kami tidak punya listrik, air maupun penghasilan. Keadaan kami buruk, hanya Tuhan yang mendengar keluhan kami”

7 Maret lalu di Irak, berlangsung pemilu . Ketika itu rakyat Irak dengan berani datang ke lokasi TPS untuk memberikan suara dan menunjukkan dukungannya terhadap sistim demokratis yang diperjuangkan. Padahal, mereka telah diancam dengan kekerasan bila berpartisipasi dalam pemilu. Namun lima bulan kemudian, pemerintah baru di Irak sampai kini belum terbentuk. Hal ini menyebabkan kekecewaan besar di antara rakyat terhadap pemimpin Irak. Ketika itupun seorang ibu mengeluhkan kondisi ini, “Pemerintah ini lemah. Dan situasi buruk ini menyebabkan anak-anak muda frustrasi dan menjadi kriminal. Mereka bersedia melakukan aksi-aksi bom bunuh diri.”

Pakar-pakar keamanan memperkirakan bahwa gelombang serangan ini belum akan berakhir. Di Irak kini terdapat sekitar 75.000 tentara dan polisi lokal dan diperkirakan persiapan mereka belum cukup untuk menjamin keamanan. Hal ini dikonfirmasi oleh seorang panglima militer. Ia menilai bahwa tanpa bantuan Amerika serikat, situasi itu bisa berlanjut. Tujuh setengah tahun setelah pasukan Amerika Serikat masuk ke Irak dan kini menjelang penarikan pulang seluruh pasukan itu, Irak masih jauh dari situasi damai.

Edith Koesoemawiria/dpa/rtr/afp
Editor: Christa Saloh