1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTimor Leste

Ramos-Horta Pimpin Hasil Sementara Pilpres Timor Leste

21 Maret 2022

Kandidat oposisi, Jose Ramos-Horta, unggul dalam perolehan suara sementara, dibandingkan calon petahana, Fransisco “Lu Olo” Gutterres. Tapi tanpa suara mayoritas, pilpres Timor Leste akan ditentukan pada putaran kedua

https://p.dw.com/p/48mVA
Kandidat presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta
Kandidat presiden Timor Leste, Jose Ramos-HortaFoto: Lorenio Do Rosario Pereira/AP

Hasil sementara penghitungan suara pemilihan umum kepresidenan di Timor Leste, Sabtu (19/3), menunjukkan dominasi Jose Ramos-Horta. Kandidat Partai Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT) itu meraih 45,7 persen suara dengan jumlah rekapitulasi mencapai 64 persen, Senin (21/3). 

Adapun Presiden Fransisco "Lu Olo” Guterres yang diusung Partai Fretilin mengumpulkan 22,5 persen suara. Proses rekapitulasi akan berlanjut hingga Senin malam. Jika Ramos-Horta gagal mencapai mayoritas, dia harus kembali menghadapi calon petahana dalam putaran kedua pada 19 April mendatang.

"Hasil pemilu di putaran pertama akan menyebabkan gempa politik di parlemen nasional dan memicu perpecahan pada semua aliansi politik,” kata sosok 72 tahun penerima penghargaan Nobel Perdamaian itu di DIli, Minggu (20/3).

Dia pernah menjabat presiden antara 2007 dan 2012 silam. Kini, Ramos-Horta bergabung dengan mantan pejuang kemerdekaan lain, Xanana Gusmao, untuk menjatuhkan partai yang ikut dia dirikan, Fretilin.

Presiden Timor Leste, Fransisco "Lu Olo" Guterres
Presiden Timor Leste, Fransisco "Lu Olo" GuterresFoto: Lorenio Do Rosario Pereira/AP Photo/picture alliance

Ramos-Horta mengatakan motivasinya mencalonkan diri dalam Pilpres 2022 adalah kebijakan Presiden Lu Olo yang dinilai melanggar konstitusi. Pada 2018, Guterres membatalkan pelantikan tujuh menteri atas dasar dugaan korupsi. Langkah itu memicu krisis politik yang berlangsung hingga kini.

Sang presiden sendiri yakin akan mampu mempertahankan jabatannya kali ini. "Siapapun yang mencalonkan diri harus siap menang atau kalah,” kata dia setelah mencobloskan suaranya, Sabtu (19/3) di Dili. "Tapi saya yakin akan menang.”

Jalan buntu di Dili

Sejak memerdekakan diri dari Indonesia pada tahun 2002, Timor Leste menjalani jalur terjal dalam transformasi demokratis. 

Krisis politik teranyar antara Fretilin dan CNRT misalnya memaksa Perdana Menteri Taur Matan Ruak mengundurkan diri pada Februari 2020 silam, karena parlemen berulangkali menolak rancangan anggaran belanja yang diajukan pemerintah.

Fretilin menuduh Ramos-Horta tidak layak menjadi presiden. Dia dinilai gagal sebagai perdana menteri, ketika belasan orang meninggal dunia akibat bentrokan berdarah antara faksi politik di ibu kota Dili, tahun 2006.

Pertikaian jalanan antara CNRT dan Fretilin juga terjadi tahun 2018, sebagai buntut percekcokan seputar jabatan menteri antara Presiden Guterres dan Xanana Gusmao

Joaquim Fonseca, analis politik di Renetil, sebuah organisasi pemuda Timor Leste, meyakini akan "sulit bagi salah satu partai politik untuk merangkai koalisi mayoritas di parlemen dan membentuk pemerintahan,” yang stabil.

"Hal ini menjadi tantangan bagi kedua kandidat,” katanya. "Pada titik ini, sama sekali tidak ada kepastian bahwa salah satu kandidat akan mampu membawa perubahan yang dinantikan.”

rzn/hp (rtr, ap)