1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Putri Le Pen Terpilih Sebagai Ketua Front Nasional

17 Januari 2011

Marine Le Pen, yang merupakan putri tokoh ultrasionalis Perancis Jean-Marie Le Pen, menjadi penerus ayahnya memimpin Front Nasional, partai di Perancis yang anti imigran.

https://p.dw.com/p/zydE
Marine Le PenFoto: dapd

Tampuk kekuasaan beralih dari sang ayah ke sang putri. Dengan mengenakan baju hitam, Marine Le Pen mengangkat kedua tangannya ke udara. Pose kemenangan ini populer di keluarga Le Pen. Marine Le Pen mengalahkan Bruno Gollnisch yang merupakan tangan kanan ayahnya Jean-Marie Le Pen, dalam pemilihan ketua partai ultranasional Prancis, Front Nasional.

Sebelumnya, Sabtu lalu, Jean-Marie Le Pen mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin partai. Anak perempuan yang menggantikannya, Marine Le Pen, berusia 42 tahun, merupakan anggota Parlemen Eropa yang mewakili Front Nasional, partai berhaluan ekstrim kanan di Perancis yang anti-imigran. Jajak pendapat terkini menunjukan 22 persen rakyat Perancis setuju dengan haluan partai tersebut dan 17 persen warga Perancis akan memilih Le Pen jika dia mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilu 2012. Marine Le Pen mengatakan: „Saya pikir , setelah terpilih sebagai ketua Front Nasional, maka saya otomatis menjadi kandidat pemilu presiden. Tentu saja, pengurus partai juga harus menunjukan mosi kepercayaannya. Dengan demikian saya dapat membawa tradisi politik keluarga kami dalam kancah pemilu presiden.“

Marine Le Pen, selama ini berusaha menghindari stigma fasisme dan rasisme serta anti-semitisme, cap yang melekat pada citra sang ayah yang kini berusia 82 tahun itu.

Namun retorika yang pernah dipaparkan ibu beranak tiga itu masih memicu kemarahan warga, diantaranya baru-baru ini ia membandingkan umat Muslim yang bersembahyang di jalanan karena sesaknya mesjid, dengan pendudukan Nazi di Perancis.

Ayahnya, Jean-Marie Le Pen atau Le Pen senior, mendirikan Front Nasional pada tahun 1972. Komentar-komentarnya tentang kaum imigran dan Yahudi kerap membuat gempar.

Pada tahun 1997, Le Pen senior mengungapkan pernyataan yang mengecilkan holocaust, ketika mengatakan keberadaan kamar gas dalam Perang Dunia ke-2 hanya sebagai detil sejarah.

Sementara putrinya yang kini menjadi penerus partai tersebut, tampak punya pandangan yang sedikit berbeda. Seorang pakar politik Nonna Mayer mengatakan terpilihnya Marine Le Pen merupakan salah satu usaha partai untuk menyegarkan kembali citra Front Nasional, agar dapat merebut suara pemilih yang lebih luas.

Strategi Le Pen menonjolkan platform partai yang anti-imigran dan anti-Islam, sebagai pertahanan nilai tradisional Perancis. Marine Le Pen diharapkan tampil dengan citra yang lebih menarik bagi pemilih. Dibandingkan ayahnya, pengamat menilai, Marine Le Pen lebih sedikit moderat, meski tak melepas platform politik partainya.

Dengan pergantian kekuasaan, Front Nasional berharap menjadi pilihan alternatif bagi warga yang kecewa pada partai konservatif. Presiden Nicolas Sarkozy dan partainya UMP kini mendapat tekanan besar. Karena dalam jajak pendapat terakhir, terlihat bahwa sepertiga pemilih konservatif setuju dengan ide-ide Front Nasional. Marine Le Pen tak bisa dipandang remeh, karena ia akan bertarung sengit, sebagaimana ayahnya.

Ayu Purwaningsih(dw/afp)

Editor : Agus Setiawan