1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Protes Pembalakan Dapat Berakhir dengan Kematian

Kyle James23 Mei 2012

Pembalakan hutan Kambajo terus berlangsung. Walaupun menghadapi ancaman aksi kekerasan, para aktivis lingkungan tidak menyerah.

https://p.dw.com/p/150RW
Foto: CCHR

Chut Wutty merupakan salah seorang aktivis lingkungan terkemuka di Kamboja. Ia dikenal karena kampanye kerasnya dalam melawan pembalakan liar dan penggusuran, yang kini semakin sering terjadi di Kamboja.

Kambodscha Umweltaktivist Chut Wutty ermordet
Belansungkawa kematian Chut WuttyFoto: picture-alliance/dpa

Perjuangannya untuk menyelamatkan lingkungan membuatnya memiliki banyak pengagum, lebih banyak daripada yang membencinya. Ancaman aparat keamanan bukan hal yang asing baginya. Meskipun ia memiliki jaringan yang baik dan tahu cara menghadapi bahaya, namun pada tanggal 26 April lalu keberuntungan tidak di sisinya. Bersama dua wartawan, sesaat setelah mengunjungi satu lokasi pembalakan, polisi militer menghadang mereka. Laporan detail mengenai insiden ini tidak pernah dikeluarkan. Namun insiden ini menewaskan Chut Wutty dan seorang anggota polisi militer. Keduanya tewas tertembak.

Walau berita ini mengguncang Kamboja, tapi banyak pihak tidak kaget mendengarnya. Kematian Chut Wutty dianggap sebagai pola kerasan di luar hukum yang semakin meningkat terhadap mereka yang memiliki “pendapat berbeda“. Tanggal 14 Mei, polisi militer menembak mati seorang gadis berusia 14 tahun saat menghalau penduduk desa yang memprotes penggusuran tanah. Laporan pejabat: tembakan dilepaskan untuk membela diri. Tidak ada penyelidikan resmi mengenai insiden ini.

Sebelumnya di bulan Februari, seorang gubernur menembakkan senjatanya ke arah demonstran buruh pabrik tekstil, melukai tiga pekerja perempuan. Sang gubernur memang ditangkap, tapi tidak lama kemudian dibebaskan kembali. Dan tidak dikeluarkan dakwaan terhadapnya.

Kambodscha Umweltaktivist Chut Wutty ermordet
Demonstrasi aktivis lingkungan di Phnom Penh, April 2012Foto: picture-alliance/dpa

Menutupi Kasus

Markus Hardtke, seorang aktivis lingkungan Jerman yang telah bekerja dengan Chut Wutty, hanya mampu mengelengkan kepala saat ia menceritakan kematian temannya dan penyelidikan pemerintah terhadap kasus ini, yang berlangsung hanya tiga hari dan dipertanyakaan kebenarannya. Pada awalnya, pemerintah menyatakan, Chut Wutty menembak terlebih dahulu, sehingga polisi militer membalas untuk mempertahankan diri. Lalu pemerintah mengubah versi ceritanya dengan mengatakan, seorang anggota polisi yang menembak Chut Wutty, menembak dirinya sendiri karena menyesal. Pada akhirnya, pemerintah hanya ingin menutupi kasus ini dengan cepat, karena khawatir akan menjadi bertia utama yang tidak menyenangkan dan bahkan dapat menarik perhatian internasional akibat meningkatnya aksi protes di Kamboja. Demikian menurut para pengamat.

“Perampasan tanah dan pembalakan hutan sekarang terjadi dalam skala besar, dilakukan dan diinisiasi oleh kalangan elit pemerintahan,“ papar Markus Hardtke. “Ini merupakan fenomena yang relatif baru, sangat menakutkan, dan berlangsung dengan sangat cepat.“

Baik perampasan tanah maupun pembalakan hutan sering disertai dengan izin luas yang diberikan pemerintah kepada pengusaha lokal dan investor asing. Izin ini antara lain berupa pembukaan perkebunan karer, bendungan atau juga pembangunan resort perjudian yang didukung Cina.

Setelah puluhan tahun dilanda konflik dan perang sipil, pemerintah Kamboja berusaha keras untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan menarik investor ke negara itu. Nama para kritikus mengatakan, usaha ini dilakukan dengan menyingkirkan warga miskin. Di negara yang memiliki hukum dan sistem peradilan yang lemah, hampir tidak mungkin bagi warga miskin untuk menuntut atau mempertahankan hak-hak mereka.

“Sejak lebih dari 10 tahun, sumber daya alam milik mereka telah dirampok. Berkurangnya sumber daya alam dengan cepat membuat kelangsungan hidup mereka dalam bahaya,“ demikian pesan kampanye video Chut Wutty sebelum kematiannya. Kala itu, ia tengah melakukan kempanye untuk menyelamatkan hutan tropis yang tersisa di kawasan dataran rendah.

Kambodscha Umweltaktivist Chut Wutty ermordet
Aktivis lingkungan bertekad tidak akan hentikan aksi merekaFoto: picture-alliance/dpa

Membungkam Pembangkang

Banyak pihak kehawatir bahwa penembakan terhadap aktivis terkemukan Chut Wutty bisa menjadi peringatan kepada pembangkang lain untuk tidak mengekspresikan pendapat mereka secara terbuka. “Jika pemerintah menutup kasus ini, saya pikir warga akan merasa takut,” dikatakan Ny Chariya, anggota penyelidik dari kelompok hak asasi Adhoc, yang terus mengamati kasus Chut Wutty. Namun ditambahkannya, masih banyak yang merasa tidak gentar dengan hal ini. Beberapa minggu setelah tewasnya Wutty, lebih dari 400 aktivis turun ke hutan, yang telah Wutty coba selamatkan. “Mereka merasa takut, tapi harus melakukannya. Mereka harus melindungi sumber daya alam,“ dikatakan Ny Chariya. Dengan aksi ini, para aktivis ingin menunjukkan bahwa mereka tidak dapat diintimidasi.

Diantara aktivis yang masih gigih adalah Srev Puen. Ia beserta sekitar 30 aktivis lainnya baru-baru ini berada di Phnom Penh untuk membahas strategi untuk memerangi illegal logging, penangkapan ikan ilegal dan perampasan tanah di pedesaan. “Satu orang meninggal, tetapi 100 orang akan meneruskan perjuangannya,” dikatakan Srev Puen.

Ketika dimintai keterangan untuk penulisan artikel ini, pemerintah Kamboja tidak bersedia memberikan pernyataan, namun merujuk pembekuaan izin pembukaaan lahan baru serta peninjauan kembali izin yang telah dikeluarkan – dua hal ini diumumkan setelah kematian Wutty. Jika terjadi pelanggaran, seperti penebangan hutan secara ilegal, izin akan dicabut, dikatakan pemerintah.

Namun sejumlah pihak tidak mempercayai niat pemerintah ini, terutama setelah izin pembukaan lahan baru mencapai rekor tertinggi tahun 2011 lalu dan bulan Juni Kamboja akan menggelar pemilu. Sejauh ini, pemerintah belum memberikan rincian bagaimana pembekuan izin ini akan diberlakukan.