1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Protes Anti Musharraf Meluas

4 April 2007

Lebih dari empat ribuan demonstran Selasa (03/04) kemarin berunjuk rasa di sekitar Pengadilan Tinggi Pakistan memrotes Musharraf yang memecat Mahkamah Agung Pakistan Iftikhar Mohammed Chaudhry, bulan lalu.

https://p.dw.com/p/CP7X
Musharraf ketika menerima Presiden AS Bush di Islamabad Maret 2006
Musharraf ketika menerima Presiden AS Bush di Islamabad Maret 2006Foto: AP

Protes terhadap Presiden Pakistan Pervez Musharraf semakin meluas. Ribuan demonstran yang terdiri dari para pengacara, aktivis dan hampir seluruh partai oposisi berunjuk rasa saat digelarnya sidang dengar pendapat oleh pengadilan terhadap mantan ketua Mahkamah Agung Pakistan, Iftikhar Mohammed Chaudhry, Selasa (03/04).

Musharraf memecat Chaudry dengan tuduhan penyalahgunaan jabatan, diantaranya dengan dugaan memanfaatkan jabatan untuk promosi kedudukan putranya di pemerintahan. Namun para pemrotes dan analis menduga, pemecatan tersebut hanyalah akal-akalan orang nomor satu di Pakistan tersebut yang mencoba menguasai Mahkamah Agung untuk kepentingan pemilu mendatang. Diduga, Musharraf khawatir Chaudry tidak akan membiarkan ia untuk tetap memegang jabatan sebagai Panglima Militer. Jabatan tersebut harus ditanggalkannya bila ingin mengikuti pemilu kembali.

Pemecatan ketua Mahkamah Agung Pakistan Iftikhar Mohammed Chaudhry 9 Maret silam itu telah menyebabkan pemogokan dan aksi unjuk rasa besar-besaran di Pakistan. Aksi menyebar di berbagai kota di Pakistan, diantaranya di Islamabad, Quetta,Lahore dan Karachi. Bahkan beberapa kali terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dengan aparat keamanan, juga antara para pengacara dengan advokat yang dinilai pro pemerintah.

Pengacara Chaudry, Tariq Mahmud membantah Chaudry bersalah dengan memanfaatkan jabatannya, dan menuntut proses pengadilan yang terbuka.

Musharraf mengatakan bahwa ia akan menerima apapun keputusan hasil penyelidikan Komisi Yudisial terhadap Chaudry. Komisi itu dikenal sebagai komisi yang telah banyak menangani kasus-kasus pelanggaran hak-hak azasi manusia.

Protes dan kritik yang makin meluas ini merupakan krisis politik terbesar yang harus dihadapi oleh Musharraf sejak kudeta yang dilakukannya pada tahun 1999 lalu. Dalam sebuah kudeta, saat itu Musharraf menyingkirkan pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Nawas Sharif. Ia mengambil alih pemerintahan, sementara Sharif dikenai tahanan rumah dan diasingkan ke luar negeri. Presiden Muhammad Rafiq Tarar dipaksa mengakhiri jabatannya dan Musharraf secara resmi mengangkat dirinya sebagai presiden.

Dukungannya terhadap perang melawan teror yang dipimpin Amerika Serikat telah menyebabkannya tidak disukai oleh sejumlah partai fundamentalis sayap kanan Pakistan. Namun selama ini, Musharraf dianggap sebagai pemimpin yang moderat oleh negara-negara Barat.