1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Program UE untuk Etnis Roma Tidak Dimanfaatkan

12 Oktober 2010

Di Bukarest, 11 dan 12 Otober diadakan konferensi UE tentang program bantuan bagi warga minoritas Roma. UE sebenarnya mengadakan program bantuan, tetapi negara-negara anggota tidak menggunakan dana tersebut.

https://p.dw.com/p/PcVn
Gambar simbol. Etnis Sinti dan Roma serta Uni EropaFoto: picture-alliance/ chromorange / Fotomontage DW

Untuk integrasi kaum minoritas, misalnya Roma, negara-negara anggota dapat menggunakan berbagai dana yang disediakan Uni Eropa. Yang paling penting adalah dana penyamaan standar negara anggota. Jika yang diurus adalah orang-orang dari luar Eropa, yang juga dapat digunakan adalah dana integrasi dan pengungsi.

Dana Penyamaan Standar

Laszlo Andor
Laszlo Andor, Komisaris UE urusan SosialFoto: AP

Tetapi ketika melihat kenyataan selama ini Komisaris urusan Sosial Laszlo Andor mengeluh di depan sebuah dewan yang termasuk dalam parlemen Eropa. Ia mengatakan, ini adalah tanggung jawab bersama Uni Eropa dan negara-negara anggota. Ditekankannya, "Dana penyamaan standar adalah sarana yang berguna, untuk membantu upaya bagi perbaikan situasi etnis Roma. Tetapi dana itu kerap tidak digunakan sepenuhnya atau secara efektif.“

Yang janggal, negara-negara di mana sebagian besar etnis Roma hidup, tidak menggunakan dana itu. Menurut Komisaris urusan Sosial Laszo Andor, Rumania hanya memakai sekitar 1%, sementara Bulgaria 5% dana sosial Uni Eropa.

Tidak Dapat Diperintahkan Negara

Dana itu termasuk dana penyamaan standar antara semua negara anggota untuk memperbaiki situasi warga minoritas yang harus dilindungi. Rata-rata, yang terpakai hanya 16% dari dana itu. Tetapi paksaan untuk memakai dana itu tentu tidak ada, demikian dikatakan anggota parlemen Eropa Manfred Weber, dari Partai Kristen Sosialis (CSU).

Ia mengatakan, Uni Eropa berharap, dengan tersedianya dana, negara anggota akan tertarik untuk menggunakannya. Namun dalam masalah integrasi yang menentukan adalah, pelaksanaannya di daerah bersangkutan, dan untuk itu diperlukan kreativitas. Itu tidak dapat diperintahkan oleh negara, demikian Manfred Weber.

NO FLASH EU Asylrecht
Seorang polisi mengawasi warga etnis Roma yang tiba di lapangan udara Marseille, Perancis selatan, sebelum dideportasi (14/09/2010).Foto: AP

"Tujuan 2020"

Sekarang komisi tersebut telah membentuk tim kerja. Hingga akhir tahun ini, tim itu harus mengadakan penelitian di negara-negara tersebut, apa masalahnya. Di samping itu, komisi juga hendak mengikutsertakan tema integrasi Roma ke dalam kerangka apa yang disebut “Tujuan 2020“ menyangkut politik sosial dan lapangan kerja.

Komisaris Andor mengatakan, ia berharap negara-negara anggota menetapkan tujuan yang ambisius dan konkrit soal Roma, jika merumuskan “Tujuan 2020“ untuk pemberantasan kemiskinan, pekerjaan dan pendidikan. Ia menekankan, semua negara anggota harus menempatkan etnis Roma dengan jelas dalam inisiatif soal pekerjaan, karena terobosan harus tercapai.

Pendidikan Sangat Penting

EU Sarkozy Brüssel Belgien Roma Frankreich Abschiebung
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mendapat kritik tajam dari berbagai pihak karena memutuskan deportasi etnis Roma.Foto: AP

Menurut informasi “jaringan Uni Eropa-Roma", yaitu sebuah jaringan yang dibentuk pemerintah Spanyol dengan dukungan Komisi Uni Eropa, di Bulgaria lebih dari 50% etnis Roma tidak punya pekerjaan. Menurut keterangan pemerintah Rumania, bahkan dua pertiga etnis Roma di negara itu menganggur. Untuk mengatasi masalah itu, menurut Manfred Weber, tindakan harus diambil jauh lebih dini, yaitu dalam pendidikan.

Ia menjelaskan, “Dipandang dari segi Eropa, kita perlu kesepakatan, apa yang kita tuntut dari etnis minoritas ini di seluruh Eropa, supaya integrasi berfungsi. Misalnya, kita harus melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka. Hanya dengan cara itu, integrasi etnis yang berpindah-pindah tempat tinggal ini dapat berhasil.“

Masalah Roma sejak dulu sudah jelas. Dana untuk integrasi juga dari dulu sudah ada. Tetapi masalah ini tampaknya baru ditangani secara sistematis setelah timbul sengketa dengan Perancis timbul.

Christoph Hasselbach / Marjory Linardy

Editor: Asril Ridwan