1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Program Nuklir 'Rahasia' Israel

14 November 2011

Pengritik program nuklir Iran merasa mendapat pembenaran melalui laporan badan energi atom internasional IAEA. Menurut laporan tersebut, Iran menggunakan instalasi atomnya untuk secara diam-diam merakit senjata nuklir.

https://p.dw.com/p/13AHl
Instalasi nuklir Israel di DimonaFoto: AP

Berbagai reaksi internasional kemudian muncul. Israel misalnya, menganggap sudah waktunya untuk melancarkan serangan militer terhadap Iran. Padahal program nuklir Israel juga kontroversial.

Olmert Pernah Akui Senjata Nuklir Israel

Lima tahun yang lalu, di bulan Desember 2006, perdana menteri saat itu, Ehud Olmert, mengutarakan sesuatu yang sebelumnya tidak diakui oleh politisi pemerintahan di Israel. Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Jerman N24, secara tidak sengaja ia mengungkap akan kekuatan nuklir negaranya. "Iran secara terbuka dan eksplisit mengancam untuk memusnahkan Israel. Bisakah Anda mengatakan, bahwa ini level yang sama dengan mengusahakan kepemilikan senjata nuklir seperti Amerika, Perancis, Israel, Rusia?"

Bersama kalimat ini, Olmert menyebut Israel sebagai negara dengan kekuatan atom. Secara resmi, Israel mengaku tidak memiliki senjata nuklir. Namun, seluruh dunia sepertinya tahu, bahwa Israel adalah negara adidaya nuklir. Dimona di padang pasir Negev, secara tidak resmi diketahui sebagai pusat penelitian dan produksi atom Israel. Di jalan raya antara Tel Aviv dan Ashdod, ada papan petunjuk bertuliskan 'pusat nuklir Soreq'. Jika bertanya ke kementrian Israel tentang senjata nuklir, jawaban yang diperoleh biasanya adalah :"Israel tidak akan menjadi negara pertama yang menggunakan senjata nuklir di kawasan ini."

Teknisi Atom Israel Ungkap Rahasia Negara

Tetapi jawaban ini sebenarnya tidak bisa digunakan lagi. Setidaknya sejak 5 Oktober 1986. Harian Inggris 'Sunday Times' melaporkan di halaman pertama lengkap dengan foto dan sketsa. 'Rahasia senjata nuklir Israel' demikian judul artikel tersebut. Sang informan adalah teknisi atom dari Dimona. "Saya Mordechai Vanunu, sosok dibalik harian Sunday Times 5 Oktober 1986, artikel tentang senjata nuklir Israel."

Selama 18 tahun Vanunu harus mendekam di penjara Israel karenanya, ditambah beberapa tahun di tahanan isolasi. Hingga sekarangpun ia bukan pria bebas. Ia tidak boleh memberikan wawancara kepada wartawan asing dan ia tidak boleh meninggalkan Israel.

Berdasarkan informasi Vanunu, para pakar memperkirakan bahwa Israel memiliki sekitar 300 hulu ledak atom. Berulang kali negara sekutu membantu Israel menjadi salah satu negara adidaya nuklir. Di tahun 50an, Amerika Serikat mengirimkan reaktor penelitian, Perancis membangun reaktor lainnya dan sebuah instalasi pengolahan kembali elemen bakar nuklir.

Peran Schimon Peres Dalam Program Nuklir Israel

Peraih penghargaan Nobel Perdamaian dan presiden Israel, Schimon Peres memainkan peranan penting pada awal dimulainya program atom Israel. Tahun 1952, Peres ditugasi perdana menteri saat itu David Ben-Gurion untuk membentuk komite energi atom Israel. Peres jugalah yang mencapai kesepakatan dengan Perancis menyangkut pengiriman reaktor untuk memproduksi plutonium. Reaktor yang didirikan di Dimona.

Pakar kimia Uzi Even adalah anggota tim ilmuwan di Dimona. "Dulu Holocaust masih sangat menghantui kami. Kami merasa harus melakukan sesuatu agar ini tidak terjadi lagi. Kami tim muda. Kami antusias dan meneliti sesuatu yang penting bagi eksistensi kami. Seperti jaminan, bahwa kami tidak akan diserang atau dimusnahkan."

Delapan tahun yang lalu, Schimon Peres membela politik nuklir negaranya. Tahun 2003, Peres mengatakan dalam wawancara dengan BBC tentang usaha menutup-nutupi program tersebut. "Ini seperti seseorang ingin membunuh Anda dan Anda menipunya untuk menyelamatkan hidup Anda. Ini bukan hal yang tidak bermoral. Jika kami tidak punya musuh, kami tidak perlu memperdaya mereka. Kami tidak perlu menakut-nakuti."

Israel Anggap Strategi Atom Berhasil

Dari sudut pandang Israel, strategi ini sukses. Reuven Pedatzur, dosen Universitas Tel Aviv menyebut perang Teluk tahun 1991 sebagai contoh. "Saddam Hussein menyerang Israel dengan roket, walau ia punya senjata kimia. Saat menantunya berada di Yordania, ia ditanya mengapa Irak tidak menggunakan senjata kimia. Jawabannya, karena mereka takut akan balasan serangan nuklir Israel. Jadi usaha ancaman kami berhasil."

Selain penggunaan tenaga atom untuk kepentingan militer, Israel juga mengusahakan pembangunan pembangkit listrik tenaga atom sendiri. Dalam sebuah konferensi di Paris tahun lalu, menteri infrastruktur Israel Uzi Landau mengatakan, negaranya akan membangun PLTN bersama Yordania. Perancis yang akan menyuplai teknologinya. PLTN ini akan dibangun di selatan Israel di padang pasir Negev.

Sebastian Engelbrecht / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Agus Setiawan