1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Loewe dan Metz Berusaha Bertahan

Marc von Lüpke14 Agustus 2013

Perusahaan Jerman pernah merajai pasar elektronik rumah tangga. Sekarang hanya beberapa produsen TV yang mampu bertahan di pasaran.

https://p.dw.com/p/19PFF
Flachbildschirm von Loewe (Werbebild)
TV LoeweFoto: Loewe AG

Tahun 2012, sekitar 10 juta pesawat televisi dijual di Jerman. Yang menguasai pasar ini adalah produsen TV dari Asia. Persaingan di pasaran sangat ketat, sementara harga pesawat televisi terus turun. Para produsen bersaing secara radikal untuk berebut pembeli.

Perusahaan Sony asal Jepang selama beberapa tahun terakhir mengalami kesulitan. Sedangkan Samsung dari Korea berhasil bertahan karena meraup untung dari penjualan Smartphones. Lalu bagaimana dengan perusahaan-perusahaan Jerman? Hanya ada dua produsen TV Jerman yang sampai sekarang mampu bertahan: Loewe dan Metz.

Kedua perusahaan itu berusaha merebut pasar pesawat TV kelas atas. TV buatan Loewe dan Metz harganya rata-rata sekitar 600 Euro, jauh di atas TV merek lain. Tapi belakangan, penjualan TV mereka makin turun. "Paruh pertama 2012 angka penjualan masih bagus. Tapi sejak itu terus turun secara drastis," kata Direktur Metz Norbert Kotzbauer.

Persaingan Keras

Loewe baru-baru ini mengajukan permohonan perlindungan insolvensi. Artinya, Loewe harus merundingkan lagi utang-utangnya dengan perbankan atau mencari investor baru. Jika gagal, Loewe akan dinyatakan pailit. Krisis yang dihadapi Loewe adalah dampak dari persaingan yang makin keras. "Ini dampak dari perkembangan puluhan tahun. Krisis pertama terjadi tahun 1970-an," kata juru bicara Loewe Roland Reithel. Waktu itu, perusahaan Jepang mulai merambah pasar Eropa. Setelah itu, datang perusahaan Korea dan belakangan perusahaan Cina. Dalam bidang teknologi, mereka berhasil mengejar ketinggalan.

"Persaingan jadi makin keras kerena perusahaan Asia bisa menawarkan harga jauh lebih murah. Untuk layar TV, sekarang semuanya diproduksi di Asia," kata Reithel.

Pada awalnya, perusahaan Jerman juga mencoba bersaing dengan harga. Tapi mereka tidak mungkin menang dan akhirnya mengubah strategi. Reithel menjelaskan, "Perusahaan-perusahaan Eropa, terutama Loewe, berusaha menawarkan kualitas terbaik dengan desain dan teknologi yang inovatif, tapi harganya jadi lebih mahal."

Nama besar harus gulung tikar

Beberapa nama besar dalam industri elektronik Jerman satu persatu mulai gulung tikar. Merek seperti Nordmende, Telefunken dan Saba menghilang. Salah satu perusahaan tradisional Jerman, Grundig akhirnya tahun 2003 dijual ke perusahaan Turki.

Grundig tahun 1950-an merupakan perusahaan elektronik terbesar Eropa. Tahun 1970-an, perusahaan yang didirikan oleh Max Grundig itu membangun pabrik televisi terbesar Eropa di kota Nürnberg. Sampai 10.000 orang sempat bekerja di pabrik itu. Sekarang hanya ada 200 pekerja di Nürnberg.

Nasib perusahaan-perusahaan Jerman yang lain tidak jauh berbeda dari Grundig. Hanya Loewe dan Metz yang tetap bertahan sebagai produsen TV. "Merek Metz mengandalkan kualitas dan kepercayaan. Jadi siapa yang memberi Metz akan tahu, kualitas apa yang didapatnya," kata juru bicara Metz Norbert Kotzbauer.

Bagi Loewe, ada harapan baru melalui kerjasama dengan perusahaan Asia. "Kami melakukan kemitraan strategis dengan perusahaan Cina Hisense, baik di bidang pengembangan, produksi dan pemasaran," tutur Roland Raithel.

Di masa depan, Loewe juga akan menawarkan pesawat TV yang lebih murah untuk mendongkrak angka penjualan. Loewe memang harus mengubah strategi, jika ingin tetap bertahan dan tidak ambruk seperti perusahaan-perusahaan TV Jerman yang lain.