1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pro Demokrasi Iran Lakukan Demonstrasi 'Senyap'

18 Juni 2009

Masa masih turun ke jalan memprotes hasil pemilu walaupun pemerintah Iran telah mengeluarkan larangan berdomonstrasi. Hari Sabtu (20/06), Dewan Pengawal Revolusi dijadualkan akan bertemu tiga calon presiden yang kalah.

https://p.dw.com/p/ISpo
Seorang demonstran dengan mawar ditangan lakukan unjuk rasa damaiFoto: Mehr

Pemimpin spiritual tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei akan memimpin shalat Jumat besok, dengan kehadiran khusus para anggota milisia Basij. Laporan kantor berita Mehr Iran ini mengisyaratkan semacam tekanan terhadap para demonstran pro reformasi, yang tak henti memenuhi jalanan Teheran. Milisi Basij merupakan salah satu kelompok berada di garis depan dalam tindakan pemerintah presiden Ahmadinejad untuk memadamkan unjuk rasa.

Di Teheran dan sejumlah kota lain, para demonstran pro reformasi memenuhi jalanan dengan pakaian hitam sebagai tanda duka cita bagi setidaknya tujuh orang pengunjuk rasa anti pemerintah yang tewas. Mereka memenuhi seruan Mir Hossein Mousavi, untuk memperlakukan hari Kamis ini (18/06) sebagai "Hari Berkabung". Mir Hossein Mousavi juga menyerukan pemerintah untuk membebaskan para demonstran yang ditahan.

Menurut sebuah lembaga non-pemerintah, setidaknya 200 orang ditangkap di berbagai kota. Penangkapan terbaru dilakukan terhadap dua veteran Revolusi Islam tahun 1979, Ebrahim Yazdi dan Mohammad Tavasoli. Ebrahim Yazdi merupakan menteri luar negeri pada pemerintahan pertama sesudah kemenangan revolusi pimpinan Ayatullah Khomeini.

Pemerintah Ahmadinejad sudah mengeluarkan larangan terhadap segala bentuk unjuk rasa yang memprotes hasil Pemilu. Namun para demonstran tak mengindahkan larangan itu, dan tetap memenuhi jalanan, kendati dihadapi dengan keras oleh aparat dan milisi pro pemerintah. Bahkan jumlah demonstran kian hari kian besar.

Seorang warga Teheran yang turut berunjuk rasa hari Rabu (17/06)menuturkan: "Jumlah yang berunjuk rasa luar biasa besar. Sulit untuk diterka, berapa banyak yang memenuhi jalanan. Yang jelas, Teheran begitu padat oleh para demonstran. Iring-iringan pengunjuk rasa pro Mussawi mencapai berkilo-kilometer panjangnya. Demonstrasi seperti ini yang pertama sejak Revolusi Islam. Sepanjang 30 tahun sejak revolusi, tak pernah terjadi unjuk rasa dalam pembawaan damai seperti ini dan dalam skala sebesar ini."

Para pemimpin massa berusaha keras untuk mengarahkan demonstrasi benar-benar di jalan damai. Karena beberapa kali, terjadi bentrokan dengan milisi dan pendukung Presiden Ahmadinejad, yang berujung pada kekerasan bahkan kerusuhan. Demonstrasi hari Rabu (17/06) bahkan secara sadar dibentuk sebagai unjuk rasa yang sepenuhnya senyap. Digambarkan seorang pelaku demonstrasi:

"Orang-orang membawa poster bertuliskan "Sunyi" dan "Tenang". Selain itu, mereka hanya mengacungkan jari membentuk huruf V, isyarat kemenangan. Unjuk rasa benar-benar berlangsung sunyi. Bahkan sekadar tepuk tangan pun tidak. Kami berupaya keras agar demonstrasi damai dan tanpa suara ini tidak goyah."

Bukan hal yang mudah untuk menjaga suatu demonstrasi damai dan senyap dengan masa berjumlah ratusan ribu orang. Lebih-lebih, massa pro Ahmadinejad, selain milisi Basij, juga tidak diam. Sewaktu-waktu massa dari dua kelompok yang bertentangan bisa saling berhadapan. Seorang perempuan pro reformasi mengungkap, sempat terjadi ketegangan, ketika para demonstran dari kedua belah pihak sama-sama hendak menggunakan lapangan yang sama untuk berunjuk rasa.

"Para pendukung Mousavi sebelumnya berkumpul di Lapangan Vali Asr. Namun ketika mereka tahu bahwa pendukung Ahmadinejad bergerak ke arah sana, mereka pindah. Perubahan tempat berkumpul ini disebarkan tanpa pengumuman khusus. Orang-orang saling memberitahu dari mulut ke mulut".

Sementara itu, lembaga syariah tertinggi beranggotakan 12 ulama, Dewan Pengawal Revolusi, sudah mengundang tiga calon presiden yang kalah untuk membahas pengaduan mereka. Pertemuan dijadualkan berlangsung hari Sabtu (20/06). Seorang juru bicara Dewan mengatakan, mereka mulai memeriksa secara sangat seksama pengaduan kecurangan yang seluruhnya berjumlah 646 kasus. Namun ditegaskan, Dewan itu hanya bersedia melakukan penghitungan terkait kasus yang diadukan, namun tidak akan membatalkan hasil Pemilu dan melakukan pemilihan umum ulang sebagaimana dituntut kandidat utama oposisi, Mir Hossein Mossavi.

GG/ZER/afp/dpa/rtr