1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Yudhoyono Kunjungi India

24 Januari 2011

Presiden Yudhoyono dan sejumlah menteri kabinet Senin (24/01) bertolak ke India, untuk kunjungan kenegaraan sekaligus menghadiri peringatan Hari Republik India pada 26 Januari.

https://p.dw.com/p/101dZ
Presiden Susilo Bambang YudhoyonoFoto: AP

Target kunjungan dua hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta seluruh jajaran menteri bidang ekonomi ini adalah menarik investasi senilai 15 milyar dollar dari India. Terdapat lebih dari dari 30 nota kesepahaman atau MoU kerjasama, yang akan ditandatangi selama kunjungan Yudhoyono.

15 MoU meliputi kerjasama dagang antara pemerintah dan pengusaha yang mencakup pembangunan insfrastruktur, manufaktur, jasa dan sumber daya alam. Serta 17 MoU lainnya meliputi kerjasama antar kedua pemerintah di bidang politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan teknologi. Pentingnya kerjasama dengan India ini diungkapkan Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan Natsir Mansyur, yang ikut dalam rombongan ke India.

Menurut Natsir Mansyur, dengan kunjungan ini diharapkan kedua pemerintah juga bisa segera memulai pembicaraan mendalam mengenai Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif atau CECA yang telah dirintis sejak lama. Menurut sejumlah kajian, forum ini berpotensi meningkatkan ekspor nonmigas dua negara.

Selain pertemuan bilateral, menurut Natsir Mansyur, acara penting lainya yang akan dihadiri Presiden Yudhoyono adalah Business Forum. Sekitar 500 pengusaha India dan Indonesia akan hadir dalam forum yang ditujukan untuk meningkatkan interaksi para pebisnis dua negara ini.

Sementara itu, menurut pengamat hubungan internasional Bantarto Bandoro, Indonesia sebetulnya bisa mendapatkan banyak keuntungan, mengingat sejarah panjang dengan India terjalin sejak lama. Dimulai ketika Pemerintah India memberikan pengakuan kemerdekaan dan dipererat dengan kerjasama Gerakan Non Blok era Soekarno. Hubungan kedua negara sesama pemrakarsa gerakan Non Blok ini semakin erat setelah perang dingin berakhir. Puncaknya adalah ketika Indonesia menjadi tuan rumah KTT Non Blok tahun 1991.

Namun pengamat dari Universitas Indonesia ini mencatat, hubungan kedua negara mulai mengendur, ketika India untuk waktu lama dibelit sejumlah masalah politik dalam negerinya. Ini membuat hubungan dengan dunia luar termasuk Indonesia terabaikan.

Namun kini dengan tampilnya pemimpin baru kedua negara, serta posisi strategis kedua negara di kawasan, Bantarto memandang peluang kerjasama mendalam itu semakin terbuka lebar. Apalagi sejauh ini tidak ada ganjalan yang terjadi antara kedua negara. Ini terbukti misalnya dengan lancarnya kerjasama pertahanan kedua negara.

Setelah kunjungan dua hari di India, Presiden Yudhoyono dijadwalkan akan mengikuti pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos Swiss, pada 27 Januari mendatang.

Zaki Amrullah

Editor: Dyan Kostermans