1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Jokowi, Mari Bela Papua!

Hendra Pasuhuk10 Desember 2014

Papua, salah satu daerah terkaya sumber daya alam di Indonesia, selama ini jadi kawasan paling terbelakang. Kinilah saatnya, presiden dan pemerintahan baru membela kesejahteraan warga Papua. Kolom Hendra Pasuhuk.

https://p.dw.com/p/1DVRT
Foto: picture-alliance/dpa

Anda tahu mana dua provinsi termiskin dari seluruh kawasan Indonesia? Saya kira banyak yang bisa menerkanya: Provinsi Papua dan Papua Barat. Di kedua daerah itu, angka kemiskinan berada di atas 35 persen. Artinya, 35 persen warganya punya pendapatan rata-rata di bawah 200.000 Rupiah per bulan. Itu data statistik tahun 2010.

Saya tidak perlu bertanya mana daerah yang punya sumber daya alam terkaya di Indonesia. Sebagian besar dari kita tahu apa jawabannya. Pikirkan… Bukankah ini fakta-fakta yang sangat tragis bagi warga Papua?

Saya ingat beberapa waktu lalu, warga Skotlandia di Inggris menggelar referendum untuk menjadi merdeka dan memisahkan diri dari Inggris. Mereka yang pro kemerdekaan mengatakan, sudah bosan melihat tingkah pemerintahan di London yang melupakan Skotlandia, padahal kawasan itu kaya sumber alam.

Ketika itu, para pemimpin di London berlomba-lomba datang ke Skotlandia dan membujuk-bujuk warganya agar menolak opsi kemerdekaan. Perdana Menteri David Cameron hampir menangis di Edinburgh memohon pemilih Skotlandia: "Please…, jangan tinggalkan kami!".

Akhirnya, referendum kemerdekaan memang ditolak mayoritas pemilih Skotlandia. Tapi bukan itu esensi yang penting dalam konteks kali ini.

Penindasan puluhan tahun

Selama puluhan tahun, rakyat Papua menjadi korban adu kepentingan kelompok-kelompok elit di Jakarta dan perpanjangan tangannya di tanah Papua. Mereka, dengan sedikit terselubung atau mencolok mata terbuka, merampok kekayaan Papua dan memperkaya dirinya sendiri.

Indonesische Redaktion - Hendra Pasuhuk
Hendra PasuhukFoto: DW

Ada yang malu-malu sebab merasa tidak etis, ada yang mendemonstrasikan kerakusan dan kekuasaan karena merasa superior. Akses wartawan ke Papua dibatasi, kebebasan berpendapat ditindas.

Selama puluhan tahun, Papua menjadi daerah operasi dan latihan militer dan aparat keamanan, sekaligus tempat meraup kekayaan. Polisi dan tentara saling tembak berebut lahan basah.

Pada siapa rakyat Papua bisa berharap? Di mana solidaritas dan suara nurani saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya yang lebih sering bungkam?

Menagih Janji Jokowi

Saya teringat konflik Aceh, yang punya nasib serupa. Perdamaian bisa tercapai di Aceh, setelah para tokoh GAM yang ada di luar negeri diajak berunding, antara lain berkat usaha Wapres Jusuf Kalla (di masa pemerintahan SBY) dan melalui penengahan pihak asing. Itu terjadi setelah bencana besar Tsunami. Apa pola ini bisa dan perlu diterapkan untuk Papua, tanpa bencana Tsunami kedua?

Joko Widodo adalah satu-satunya kandidat yang berkunjung ke Papua selama masa kampanye pemilu presiden Juni lalu.

Kinilah saatnya bagi presiden terpilih. Presiden Jokowi, mari bela warga Papua!

Berikan kebebasan agar mereka bisa berkiprah di bawah langit Indonesia untuk menyejahterakan warganya. Bebaskan media meliput, agar fungsi pengawasan bisa berjalan.