1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jokowi ke Lokasi Longsor Banjarnegara

Hendra Pasuhuk15 Desember 2014

Sedikitnya 52 jenazah sudah ditemukan dalam musibah longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah. Presiden Jokowi langsung berkunjung ke lokasi bencana, tapi banyak juga yang mengeritik manajemen krisis kantor presiden.

https://p.dw.com/p/1E4HT
Foto: Reuters/Antara Foto/I. Zakaria

Longsor Banjarnegara terjadi hari Jumat (12/12/14) sore. Tanah dan lumpur mengubur dan menghancurkan rumah-rumah penduduk. Lokasi yang terparah dilanda longsor adalah Dusun Jemblung, dengan sekitar 300 penduduk. Sekitar 200 orang berhasil diselamatkan, lebih 100 orang dipekirakan tertimbun longsor.

Presiden Joko Widodo hari Minggu (14/12714) pagi berangkat ke lokasi bencana, didampingi Ibu Negara Iriana Widodo dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Sebelum berangkat, Jokowi menerangkan di Jakarta bahwa kecepatan evakuasi menjadi hal penting untuk meminimalisir jumlah korban. Ia menjanjikan bantuan segera bagi para korban dan pengungsi longsor.

Reaksi cepat pemerintahan Jokowi dalam musibah longsor di Jawa Tengah tidak hanya menuai sambutan positif. Ada juga pihak-pihak yang mempertanyakan, mengapa Presiden dan para menteri ramai-ramai berkunjung ke lokasi longsor Banjarnegara, sedangkan dalam musibah penembakan di Papua, yang menewaskan beberapa anak sekolah, kantor kepresidenan belum bereaksi.

Dalam bentrokan yang terjadi antara kelompok masyarakat dan aparat keamanan di Paniai, Papua, hari Senin lalu (08/12/14), lima orang tewas tertembak. Masih belum jelas, siapa yang menembak para korban yang rata-rata berusia belasan tahun itu. Pihak kepolisian dan militer menyatakan, massa menyerang kantor polisi. Tapi para saksi mata memberitakan, aparat secara sembarangan melepaskan tembakan dengan peluru tajam.

Longsor karena ulah manusia

Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan di Jakarta, 80 persen bencana banjir, longsor atau kebakaran hutan adalah akibat ulah manusia, bukan faktor alam.

"Dusun Jemblung merupakan daerah yang rawan longsor dengan intensitas sedang-tinggi," kata Sutopo dalam konferensi pers di Kantor BNPB di Jakarta.

Sutopo menerangkan, tanaman di atas bukit tempat terjadinya longsor adalah tanaman semusim jenis palawija yang tidak rapat. Akibatnya, kondisi tanah menjadi longgar dan mudah terbawa air.

"Budidaya pertanian yang tidak mengindahkan konservasi juga jadi penyebab. (Karena) Kondisi tanah dan air di lokasi kejadian, di mana tidak ada terasering pada lereng tersebut," tambahnya.

Sebagian pengungsi dari Dusun Jemblung diberitakan mulai mengeluh terserang penyakit.

"Sejak dua hari terakhir, lebih dari 50 orang pengungsi memeriksakan kesehatan di sini," kata petugas Posko Kesehatan, dr. Reza Rahardian di Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, seperti diberitakan Republika Online. Menurut dia, sebagian besar pengungsi itu mengeluhkan sakit flu, batuk, dan pusing-pusing.

hp/yf (dpa,afp)