1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Presiden Cina Xi Jinping ke Rusia Merintis "Kemitraan Baru"

Miodrag Soric
5 Juni 2019

Presiden Cina Xi Jinping berangkat ke Rusia hari Rabu (5/6) untuk menandai era baru kemitraan dan memperkuat hubungan ekonomi. Rusia perlu Cina untuk menghadapi isolasi Barat.

https://p.dw.com/p/3JrJN
Russische und chinesische Flagge auf dem Platz des Himmlischen Friedens in Peking
Foto: picture-alliance/ Imaginechina/H. qingming

Presiden Cina Xi Jinping akan tiba sore hari Rabu (5/6) di Moskow dan disambut dengan upacara kehormatan penuh. Dia akan melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin dan malam hari dijadwalkan berkunjung ke teater Bolshoi.

Setelah Rusia menganeksasi Krimea  tahun 2014, negara itu menghadapi isolasi dari negara-negara Barat. Sejak itu Rusia berusaha menjalin kemitraan baru dengan kawasan Timur. Dari Moskow Xi Jinping akan melanjutkan perjalanan ke St. Petersburg untuk menghadiri Forum Ekonomi pada hari Kamis dan Jumat.

"Cina dan Rusia memiliki timbal balik kepercayaan politik yang kuat dan saling mendukung satu sama lain menghadapi masalah-masalah yang menyangkut kepentingan dan keprihatinan utama kedua pihak," kata Xi Jinping dalam wawancara dengan media Rusia menjelang kunjungannya.

Penasehat kebijakan luar negeri Putin, Yury Ushakov mengatakan, "kunjungan presiden Cina ini adalah peristiwa penting bagi hubungan bilateral kedua negara." Ushakov menambahkan, Xi Jinping dan Putin akan menandatangani deklarasi baru tentang "kemitraan global dan kerja sama strategis, memasuki era baru". Wakil Menteri Luar Negeri Cina Zhang Hanhui memuji kunjungan itu sebagai "tonggak penting dalam pengembangan hubungan bilateral" Cina-Rusia.

China Seidenstraße l Chinas Xi kündigt mehr als 64 Milliarden US-Dollar bei Belt- und Road-Deals an l Putin und Xi Jinping,
Vladimir Putin dan Xi Jinping di pertemuan puncak Belt and Road Forum di Beijing, 27 April 2019Foto: picture alliance/dpa/Sputnik/A. Nikolskyi

Ketimpangan perdagangan

Neraca perdagangan antara Rusia dan Cina menunjukkan peningkatan pada 2019. Tetapi masih ada ketimpangan yang mencolok. Rusia terutama mengekspor barang mentah berupa sumber daya alam seperti minyak, gas, batu bara, dan kayu ke Cina. Sedangkan Cina terutama menjual produk manufaktur seperti mesin, kendaraan, dan barang-barang konsumsi ke Rusia.

Tapi hanya 1,9 persen total ekspor Cina dilakukan ke Rusia. Sebagian besar ekspor Cina menyasar pasar di  AS dan Uni Eropa. Sementara Rusia mengirim 15 persen ekspornya ke Cina. Ketimpangan ini memperlihatkan makin jelas lagi pentingnya Cina bagi Rusia.

Saat ini, Cina menghadapi ancaman perang dagang dengan AS. Sedangkan hubungan Rusia dengan Barat juga belum pulih. "Karena itu, kedua negara ingin menjalin hubungan dagang lebih erat lagi, yang akan menguntungkan kedua pihak", kata Sergey Karaganov, dekan Fakultas Ekonomi dan Hubungan Internasional di Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow.

Tetapi, Karaganov juga menambahkan, banyak elit Rusia yang masih belum percaya penuh pada Cina. Karena itu, "Kremlin tidak hanya memainkan kartu Cina," melainkan membina juga hubungan lebih erat dengan India, Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara Asia lainnya.

Proyek infrastruktur bersama

Di samping hubungan dagang, Cina dan Rusia juga bekerja sama dalam bidang militer. September 2018, kedua negara melakukan latihan militer gabungan yang melibatkan sekitar 300.000 tentara Rusia dan 3.000 tentara Cina.

Meskipun Cina mulai mengembangkan lebih banyak senjata sendiri, negara itu juga masih membeli cukup banyak senjata dari Rusia. Cina terutama ingin memperkuat angkatan lautnya secepat mungkin.

Di St. Petersburg, Xi Jinping dan Putin juga akan membahas cara meningkatkan kerjasama pembangunan infrastruktur sepanjang 4.000 kilometer di kawasan perbatasannya. Cina sendiri kini menganggarkan dana besar untuk kerjasama infrastruktur di luar negeri, namun belum memiliki banyak proyek semacam itu di Rusia.

Cina baru-baru ini dengan cepat menyelesaikan pembangunan jembatan penyeberangan yang menjadi bagiannya di Sungai Amur, yang membentang jadi perbatasan alami di antara kedua negara. Namun Rusia berulang kali menunda penyelesaian jembatan itu di kawasannya karena masalah keuangan. (hp/as)