1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Terorisme

Prancis dan Selandia Baru Ingin Blokir Terorisme di Medsos

24 April 2019

Selandia Baru dan Prancis akan gelar konferensi internasional untuk memblokir teroris dari media sosial. Gagasan ini muncul setelah teror penembakan di masjid di kota Christchurch.

https://p.dw.com/p/3HKyq
Symmbolbild Facebook auf Smartphone
Foto: picture-alliance/NurPhoto/N. Kachroo

Selandia Baru dan Prancis akan bekerja sama untuk mengusir teroris dari jaringan media sosial, kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern hari Rabu (24/4) di Wellington.

Dia dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan memimpin pertemuan dengan para pemimpin dunia dan perusahaan teknologi pada bulan Mei, kata kantor PM Selandia Baru. Selanjutnya disebutkan, konferensi internasional itu akan mendeklarasikan apa yang disebut "Christchurch Call" (Panggilan Christchurch).

Jacinda Ardern tidak merinci apa yang tertera dalam rancangan Christchurch Call dan mengatakan, dokumen itu sedang "dikembangkan". Dia mengatakan sudah berbicara dengan wakil-wakil perusahaan teknologi seperti Facebook, Twitter, Microsoft dan Google tentang hal itu.

Konferensi internasional ini adalah bagian dari tindak lanjut atas serangan teror penembakan di masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, Maret lalu. Seorang teroris ultra kanan melakukan penembakan di dua masjid dan menewaskan 50 orang. Penyerang menyiarkan secara langsung aksi serangannya lewat Facebook.

"Pada serangan teroris 15 Maret, media sosial digunakan dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebagai alat untuk mempromosikan tindakan terorisme dan kebencian. Kami minta para pemimpin untuk menunjukkan kepemimpinan dan memastikan media sosial tidak dapat digunakan lagi seperti di serangan teror 15 Maret," kata Jacinda Ardern.

"Kita semua harus bertindak, termasuk penyedia sarana media sosial, yang harus lebih bertanggung jawab atas konten yang ada di platform mereka, dan mengambil tindakan agar konten ekstremis yang kejam tidak dapat dipublikasikan dan dibagikan."

Harus ada kebijakan lebih ketat

Di Paris, Kantor Kepresidenan Prancis menyatakan, konferensi internasional yang direncanakan bermaksud memastikan bahwa "kebijakan baru dan konkret akan diambil sehingga apa yang terjadi ti Chrischurch tidak terjadi lagi."

Konferensi itu rencananya digelar selama pertemuan menteri telekomunikasi dan digital negara-negara industri G-7 yang akan berlangsung di Paris 15 Mei mendatang. Presiden Prancis Emmanuel Macron belakangan memang sedang fokus pada isu-isu perkembangan dunia digital dan bagaimana meregulasinya.

Selandia Baru telah mengambil kebijakan ketat media sosial dan juga tindakan tegas terhadap orang-orang yang menyebarkan aksi kekerasan di masjid Christchurch. Rekaman aksi penembakan itu memang sempat menyebar dengan cepat melalui media sosial meskipun ada upaya untuk menghapusnya.

Prancis dan Selandia Baru kini ingin agar teroris dicegah menggunakan media sosial untuk mengorganisasi dan mempromosikan terorisme dan ekstremisme kekerasan, atau mendistribusikan gambar-gambar kekerasan.

hp/na (afp, ap)