1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Posyandu Lansia, Jaga Kesehatan dan Buat Lansia Makin Lincah

29 Mei 2023

Posyandu khusus lansia sangat penting untuk menjaga kesehatan warga senior. BPS memproyeksikan pada 2045, satu dari lima penduduk Indonesia adalah orang berusia 60 tahun ke atas atau lansia.

https://p.dw.com/p/4RtZX
Ilustrasi lansia aktif bersosialisasi
Ilustrasi lansia aktif bersosialisasiFoto: Diego Cervo/PantherMedia/Imago Images

Tanggal 29 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Lanjut Usia Nasional. Dengan semakin relatif membaiknya teknologi, angka harapan hidup pun kian panjang. Data dari Badan Pusat Statistik memproyeksikan pada 2045, satu dari lima penduduk Indonesia adalah orang dengan usia 60 tahun ke atas, atau lansia.

Usia yang makin bertambah tak dimungkiri membuat kesehatan cenderung menurun. Berbagai studi menyebutkan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular.

Data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa ada beberapa penyakit yang kerap diderita lansia. Misalnya diabetes melitus yang meningkat 5,7% pada kelompok usia 55-64 tahun dan hipertensi meningkat 32,5%. Penyakit sendi juga meningkat, selain itu risiko obesitas, jantung, stroke, dan gagal ginjal kronis juga naik.

Dokter umum Handoko Tanasa yang berpraktik di ibu kota Jakarta mengungkapkan bahwa lansia di Indonesia kebanyakan memiliki gangguan metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan fungsi gerak seperti osteoarthritis.

Menurutnya, pemeriksaan dasar untuk lansia perlu dilakukan dan secara umum meliputi: "Pemeriksaan darah untuk menjaga keseimbangan metabolik (gula darah, kolesterol, asam urat, vitamin D), pertimbangkan pemeriksaan jantung dan paru bila ada keluhan sebelumnya, konsultasi (dengan ahli) gizi dan kedokteran olahraga dapat dipertimbangkan juga," kata dokter Handoko kepada DW Indonesia.

Posyandu khusus lansia

Salah satu cara untuk mewujudkan lansia yang sejahtera, mandiri, dan bermartabat adalah dengan menjaga kesehatan melalui pemberdayaan posyandu lansia. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu biasanya dikenal sebagai pelayanan kesehatan untuk anak-anak balita. Namun posyandu kali ini melayani berbagai kelompok umur termasuk lansia.

Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat yang bertujuan melayani kesehatan lansia dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

Di samping pelayanan kesehatan, posyandu lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya, dan pelayanan lain untuk meningkatkan kualitas hidup. Posyandu ini juga membantu lansia beraktivitas dan mengembangkan potensi diri.

Berdasarkan data dari Pusdatin Kemenkes RI, posyandu lansia juga disebut sebagai posbindu atau pos binaan terpadu. Per 2020, terdapat 68.320 posbindu di Indonesia dengan jumlah terbanyak di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Proses pembentukan dan pelaksanaan posyandu lansia dilakukan oleh masyarakat bersama LSM, lintas sektor pemerintah seperti puskesmas, dan nonpemerintah, swasta, organisasi sosial, sampai keagamaan. 

Posyandu lansia di Jakarta
“Berolahraga dan aktif bersosialisasi untuk menjaga kondisi mental juga penting untuk menjaga kesehatan lansia,” ucap dokter HandokoFoto: Privat

Posyandu Lansia Kalvari adalah salah satu posyandu yang dilaksanakan oleh warga lanjut usia dari Gereja Katolik Paroki Kalvari di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Sri Indi Astuti, salah anggota gereja dan posyandu tersebut mengungkapkan bahwa posyandu ini merupakan bagian dari pelayanan gereja yang diinisiasi Keuskupan Agung Jakarta untuk para lansia, seperti dirinya.

"Setelah pelatihan, lalu posyandu mulai dibuka dengan layanan yang minimalis, saat itu saya sekretarisnya, maka saya yang catat semuanya. Kami tidak ada dokter saat itu, karena memang tidak ada layanan untuk memberikan obat dan lainnya. Tapi biasanya yang datang ke sini itu keluhannya ya tensinya tinggi, pusing, dan kolesterol." kata Sri Indi Astuti kepada DW Indonesia.

Senada dengan Sri, Josephine Tri Murdani yang juga saat itu menjadi pengurus Posyandu Lansia Kalvari mengungkapkan pelayanan posyandu dimulai dengan cara sederhana sekitar 10 tahun lalu.

"Semuanya dimulai dari kecil saja. Kami tidak punya timbangan badan dan tensimeter, jadi pinjam dulu ke klinik gereja. Dapat bantuan juga dari umat lain yang bukan anggota," ucapnya kepada DW Indonesia.

Pelayanan yang dilakukan di posyandu lansia ini antara lain timbang berat badan, tensi darah, pengukuran tinggi badan, dan memberikan makanan bernutrisi. Tak lama mereka pun akan berkoordinasi dengan klinik gereja yang memiliki dokter dan perawat untuk memberikan pelayanan lebih intensif bagi lansia yang membutuhkan konsultasi kesehatan lebih lanjut.

Josephine menambahkan, layanan posyandu juga sempat ditambahkan dengan layanan psikologi demi menjaga kesehatan mental. Sekadar curhat, katanya. Meski demikian, layanan ini pun dihentikan setelah beberapa waktu lantaran tak banyak yang "punya masalah."

Sejak pandemi, makin sedikit lansia periksakan diri ke posyandu

Josephine mengungkapkan pada saat awal berdirinya, posyandu ini mendapat respon positif. Setidaknya 25-30 orang lansia di gereja ikut hadir di posyandu yang dilakukan satu kali sebulan ini. Sayangnya, lambat laun, jumlah lansia yang datang semakin berkurang. Katanya, minat pada posyandu lansia ini semakin sedikit, padahal menurutnya, cara ini bisa membantu menjaga kesehatan lansia. 

Tak dimungkiri berbagai kendala juga dihadapi saat menjalankan posyandu. Salah satunya jumlah lansia yang datang semakin sedikit lantaran berbagai kegiatan lain yang kerap kali bentrok. Tak cuma itu, kondisi pandemi COVID-19 yang mendera membuat posyandu lansia ini harus tutup sementara.

"Kebetulan anak saya dokter, dan dia masih ada waktu memberi pelayanan di gereja baik di klinik dan membantu kami di posyandu. Tapi sayangnya, tidak berapa lama kemudian ada pandemi. Gereja memutuskan untuk tidak ada aktivitas fisik, semuanya online. Jadi kami pun harus tutup," ucapnya.

"Karena pandemi berkepanjangan kami akhirnya memutuskan vakum dulu sampai saat ini, kepengurusan juga berganti. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diaktifkan kembali."

Buat Josephine dan Sri, aktif di kepengurusan posyandu ini juga menjadi momen yang menyenangkan buat keduanya. Josephine mengatakan, dia merasa senang lantaran di usia lanjutnya masih bisa bermanfaat untuk orang lain di sekitarnya. 

"Kan kalau ketemu dengan teman itu bikin hati senang, katanya kalau hati gembira kan bisa meningkatkan imun kita, apalagi yang sudah lansia begini. Kalau nanti aktif lagi, saya sih mau sekali untuk datang ke posyandu. Hitung-hitung jaga kesehatan dan juga ketemu teman-teman."

Sama dengan Josephine, Sri juga merasa senang karena di posyandu, dia bisa berkumpul dengan banyak orang dan bercanda ria, dibandingkan hanya berdiam diri di rumah tanpa kegiatan.

Seperti layaknya anak muda, bertemu dan berkumpul dengan teman-teman juga jadi hal yang menyenangkan buat para lansia. Apalagi masa pandemi membuat lansia jadi makin sulit untuk bertemu orang.

Kini, di saat pandemi sudah mereda dan tak lagi jadi masalah kesehatan global, para lansia sedikit mendapat angin segar untuk bisa kembali bersosialisasi yang bisa juga jadi bagian dari proses untuk menjaga kesehatan.

"Berolahraga dan aktif bersosialisasi untuk menjaga kondisi mental juga penting untuk menjaga kesehatan lansia," ucap dokter Handoko. 

Makin tua makin lincah

Lalu apa lagi yang harus dilakukan agar usia tak membatasi aktivitas seseorang dan tetap lincah di masa tua?

Dokter Handoko menyebut untuk menjaga kesehatan di usia lanjut, pada dasarnya yang perlu diperhatikan adalah pola makan dan aktivitas fisik yang cukup. Ini akan berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.

"Menariknya, hampir sebagian lansia akan berpikir bahwa usia mereka akan membatasi aktivitas fisik mereka, namun usia yang bertambah bukan berarti kita tidak boleh lagi beraktivitas fisik seperti olahraga, justru olahraga merupakan kunci dari kualitas hidup sehat lansia."

Olahraga yang dipilih memang tak bisa sembarangan. Para lansia harus mempertimbangkan kemampuan fisiknya sendiri. Untuk lansia punya gangguan jantung harus dipertimbngkan aktivitas yang santai seperti jalan santai, bersepeda santai, atau bisa juga senam (bukan aerobik).

Jika ada keluhan gangguan persendian, pertimbangkan kegiatan yang tidak memberikan tekanan terlalu berlebih ke persendian seperti berenang. Hidup aktif dan menyesuaikan kemampuan fisik dengan berbagai kegiatan diharapkan dapat membuat kualitas hidup jauh lebih baik.

"Bila seseorang yang sejak masa mudanya sudah aktif mengembangkan lifestyle sehat secara tidak langsung sudah memberikan kontribusi positif untuk hari tuanya kelak, jadi mulai lah sedini mungkin untuk berolahraga, jaga pola makan agar kelak di hari tua bisa menjadi orang tua lincah yang aktif."

(ae)

C. Andhika S. Detail, humanis, dan tidak ambigu menjadi pedoman saya dalam membuat artikel yang berkualitas.