1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Semakin Kokohnya Posisi Putra Mahkota Saudi

6 November 2017

Belum lagi kegemparan akibat penangkapan sejumlah tokoh di Arab Saudi reda, sebuah pesawat yang membawa pangeran dikabarkan jatuh. Spekulasi pun menguat mengenai adanya upaya konsolidasi kekuasaan Putra Mahkota.

https://p.dw.com/p/2n5WC
Saudi Arabien Kronprinz Mohammed bin Salman
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine

Sebuah helikopter yang membawa tokoh penting, baik pangeran dan pejabat pemerintah di Arab Saudi, mengalami kecelakaan di provinsi Asir. Seperti dikutip dari kantor berita Associated Press , Senin (06/11), Menteri Dalam Negeri Saudi mengutarakan peristiwa tersebut terjadi ketika para pejabat meninjau proyek di daerah Abha, daerah yang berbatasan dengen Yemen. Belum diketahui secara pasti penyebab kecelakaan tersebut, namun dilaporkan delapan orang tewas, termasuk diantaranya Pangeran Mansour bin Muqrin, wakil gubernur provinsi Asir.

Pangeran Mansour bin Muqrin adalah putra Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, mantan direktur intelejien dan sempat juga menduduki posisi sebagai putra mahkota. Posisinya sebagai pewaris tahta dicopot April 2015 oleh saudara tirinya Raja Salman yang memilih Pangeran Mohammed bin Nayef, menteri dalam negeri Saudi dan Ketua Dewan Urusan Politik dan Keamanan saat itu. 

Juni 2017, Raja Salman kembali menggeser Pangeran Muhammad dan menobatkan putranya yang berusia 32 tahun sebagai Putra Mahkota Saudi. Para analis menyatakan peristiwa ini turut mengukuhkan posisi yang dimiliki Pangeran Mohammed bin Salman di puncak kekuasaan.

Pangeran Saudi Menindak Koruptor?

Gelombang penangkapan yang terjadi sehari sebelumnya, juga menurut sejumlah analis dianggap menguatkan kontrol Pangeram Mohammed  atas agenda reformasi di Arab Saudi. Sabtu (04/11), otoritas Saudi menangkap 11 pangeran, empat menteri, puluhan mantan menteri, dan tiga pejabat senior Arab Saudi dalam upaya gerakan anti-korupsi yang digencarkan Putra Mahkota.

"Penangkapan ini artinya melampaui tudingan korupsi dan dirancang untuk memuluskan suksesi kekuasaan yang dapat dilakukan kapan pun," ujar Kristian Ulrichsen, pengamat Timur Tengah dari Insitut Baker untuk Kebijakan Publik Univesitas Rice.  "Mohammed bin Salman sedang merancang ulang kerajaannya agar sesuai dengan citranya, dan mengisyaratkan suatu langkah  penting untuk menjauhi konsensi yang mengutamakan persaiangan kepentingan yang menandai Saudi di masa lampau."

Penangkapan besar-besaran ini dilakukan tak lama setelah Raja Salman mengumumkan dekrit pembentukan komite anti-korupsi yang baru. Komite yang dikepalai Pangeram Mohammed tersebut berkuasa mengeluarkan surat perintah penangkapan, memberlakukan pencekalan perjalanan, dan membekukan rekening bank.

Para Pangeran Yang tersingkir

Sebagian besar yang ditahan adalah saingan serta para pengkritik Putra Mahkota. Pejabat penting yang ditahan akhir pekan lalu diantaranya, Pangeran Al-Waleed bin Talal, miliuner kaya Saudi yang ditahan atas tuduhan kasus pencucian uang, kasus suap dan pemerasan pejabat pemerintah.

Di hari yang sama, Raja Saud menunjuk dua menteri baru di bidang keamanan dan ekonomi. Tokoh berpengaruh yang diberhentikan dari jabatannya adalah Pangeran Miteb bin Abdullah yang sebelumnya menjabat menteri garda nasional,satuan elit keamanan dalam negeri Saudi yang terbentuk dari berbagai suku. Pangeran Miteb digantikan Pangeran Khalid bin Ayyaf al-Muqrin, sedangkan menteri perekonomian Adel Fakieh dicopot dan digantikan wakilnya, Mohammed al-Tuwaijiri.

Pangeran Miteb adalah putra dari penguasa sebelumnya, almarhum Raja Abdullah dan anggota terakhir dari keluarga tersebut yang  memiliki posisi penting dalam lingkar kekuasaan. Dia sempat digadang-gadang sebagai calon terkuat ahli waris tahta Saudi sebelum kemunculan Pangeran Mohammed bin Salman. Tersingkirnya Pangeran Miteb, mengukuhkan posisi Pangeran Mohammed bin Salman atau kerap disebut MBS sebagai penguasa de facto Saudi.

Selain sebagai menteri keamanan Saudi, MBS juga menjabat sebagai menteri dalam negeri. Ini berarti ia berkuasa penuh menyingkirkan segala ancaman apapun yang terjadi di dalam negeri. Secara terbuka, Putra Mahkota telah menyatakan visinya untuk mereformasi ekonomi Saudi dan melepaskan diri dari ketergantungan minyak. Pangeran ini juga menampilkan diri sebagai tokoh jalan tengah yang ingin merubah kerajaan Saudi menjadi moderat lewat penerapan sejumlah reformasi sosial.

ts/rzn (apf, ap, reuters)