1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dari Mana Istilah Posisi Hubungan Intim Misionaris Berasal?

26 November 2024

Kenapa posisi hubungan seks yang oleh sebagian orang dianggap paling klasik atau mungkin konservatif dinamai "misionaris"? Yuk, kita telusuri sejarahnya.

https://p.dw.com/p/4nPhC
Foto simbol posisi misionaris bagian kaki
Apakah posisi misionaris memiliki asal-usul religius?Foto: Josef Horazny/CTK/IMAGO

"Misionaris" adalah nama yang cukup aneh untuk posisi dua orang yang melakukan hubungan intim.

Namun, kisah di balik penamaan posisi seksual ini memiliki lebih banyak liku-liku daripada yang kebanyakan orang tahu.

Apakah misionaris gereja yang menyebarkan ide tentang posisi seks ini?

Sejak abad pertengahan, para paus, uskup, dan imam Katolik harus menahan diri untuk tidak berhubungan seks, sebuah tindakan yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari pengabdian kepada Tuhan.

Namun, bukan berarti mereka menganggap orang lain tidak boleh melakukannya.

"Gereja tentu saja membutuhkan orang-orang untuk pergi ke gereja, untuk menjaga agar gereja tetap hidup. Jadi, semakin banyak seseorang memiliki anak, semakin ia menjadi orang Kristen yang taat," kata Cinzia Giorgio, penulis "The Erotic History of Italy", yang ditulisnya ketika ia bekerja untuk Vatikan.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Terdapat klaim yang menyebutkan bahwa ada satu posisi hubungan seks tertentu yang paling kondusif untuk cepat hamil, yakni posisi misionaris. Diduga, otoritas gereja membuat pernyataan tersebut selama berabad-abad. Namun, pernyataan itu tidak berdasarkan pada bukti ilmiah, melainkan pada pemahaman tidak jelas tentang gravitasi.

Sebuah teori yang masuk akal dan sangat populer adalah bahwa para misionaris, yang berkeliling dunia untuk mengajak orang masuk Kristen, menyuruh orang untuk melakukan hubungan seks dengan cara ini untuk meningkatkan populasi Kristen.

"Tetapi itu tidak benar," kata Kate Lister, seorang sejarawan seks dan seksualitas, dan penulis "A Curious History of Sex".

Lister mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa misionaris Kristen mempromosikan posisi ini.

"Meskipun kamu akan menemukan teori ini di buku-buku, dalam teks medis, kamus, dan makalah penelitian, tetapi itu adalah rumor besar. Itu hanya dianggap sebagai kebenaran mutlak bahwa posisi misionaris berasal dari para misionaris Kristen. Padahal sebenarnya tidak."

Meskipun para misionaris mungkin tidak mempopulerkan posisi seks klasik ini, mereka memaksakan sistem moralitas dan nilai-nilai seksual yang sama sekali baru.

Ini termasuk di India, tempat kelahiran panduan klasik tentang cinta dan seks, Kama Sutra, tetapi berubah menjadi tempat di mana pembicaraan tentang seks menjadi topik tabu ketika para misionaris membantu Inggris menjajah negara itu.

Memecahkan misteri seksual yang klise

Namun, kenapa orang masih menggunakan istilah "posisi misionaris"?

"Istilah itu sendiri muncul sekitar tahun 1960-an," kata Lister. Ia menambahkan bahwa istilah ini dapat ditelusuri kembali ke seksolog legendaris Amerika Serikat, Alfred Kinsey.

Pada tahun 1948, Kinsey menulis sebuah buku revolusioner, "Sexual Behavior in the Human Male", yang menyatakan bahwa orang Amerika ternyata lebih menyukai posisi seks tatap muka dengan pria di atas. Dia menyebutnya "posisi Inggris-Amerika" (the English American position).

Kinsey lebih lanjut merujuk pada karya antropolog, Bronisław Malinowski, yang melakukan perjalanan ke Australia, Papua Nugini dan Melanesia untuk "mempelajari" penduduk lokal pada tahun 1920-an. Dalam salah satu bukunya, ia menulis tentang kehidupan seks orang-orang Trobriand di Papua Nugini.

Mengutip dari buku ini dalam karyanya sendiri, Kinsey mengatakan bahwa Malinowski mencatat orang-orang Trobriand sebenarnya menertawakan cara pria kulit putih berhubungan seks. Orang-orang Trobriand menampilkan "karikatur" posisi Inggris-Amerika di sekitar api unggun "untuk mengolok-olok." Penduduk setempat menyebut gaya seks tersebut sebagai "posisi misionaris."

Foto dua pemain bola yang merayakan gol mereka, berbaring di rumput dalam posisi yang tampak seperti posisi misionaris
Tidak semua posisi misionaris adalah tentang hubungan seksualFoto: Chai v.d. Laage/IMAGO

Masalahnya, Kinsey membuat kesalahan saat meneliti dan mengutip Malinowski.

"Jika kita kembali ke karya Malinowski, dia sebenarnya tidak mengatakan hal itu," kata Kate Lister.

Sebaliknya, Malinowski justru menulis bahwa orang-orang Trobriand mengolok-olok gaya seks tatap muka dengan posisi pria di atas. Selain itu, mereka mempelajarinya dari "pedagang kulit putih, pengusaha perkebunan, atau pejabat," bukan dari para misionaris.

Dan orang-orang Trobriand memang menciptakan frasa untuk mengejek sesuatu yang romantis yang dilakukan orang kulit putih, tetapi diterjemahkan menjadi "gaya misionaris" bukan "posisi misionaris" dan itu mengacu pada berpegangan tangan dan menunjukkan kasih sayang di depan umum, bukan seks.

"Jadi Kinsey salah mengartikan karya Malinowski," kata Lister. Dia menambahkan bahwa mitos tentang bagaimana posisi berhubungan seks ini dinamakan masih "menjadi percakapan umum dan budaya" karena ini adalah cerita yang menarik.

Seiring berjalannya waktu, ceritanya berubah: Bukannya cerita tentang penduduk setempat yang mengejek seks pria kulit putih, tetapi malah menjadi cerita tentang para misionaris yang menyuruh orang untuk melakukan hubungan seks dengan gaya ini.

Bagaimana kesalahpahaman itu terungkap

Pada tahun 2001, antropolog Robert Priest menulis sebuah makalah berjudul "The Missionary Position: Christian, Modernist, Postmodern," di mana ia memilah ratusan teks untuk mencoba memeriksa kebenaran kisah di balik nama tersebut.

"Kinsey rupanya menciptakan sebuah legenda sekaligus meyakini bahwa dia sedang melaporkan fakta sejarah," tulis Priest. "Dia menciptakan sebuah ungkapan baru dan berpikir dia melaporkan ungkapan lama."

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

Rayna Breuer
Rayna Breuer Editor, jurnalis multimedia