1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Hak Asasi ManusiaAmerika Serikat

Polisi Tangkap Ratusan Mahasiswa Pro-Palestina di New York

2 Mei 2024

Ratusan orang ditangkap saat polisi membubarkan area perkemahan demonstran di Columbia University, yang memicu gelombang aksi pro-Palestina lainnya di kampus lain di seluruh AS.

https://p.dw.com/p/4fPWc
Polisi membubarkan aksi protes pro-Palestina di New York
Polisi menangkap ratusan orang dan membongkar tenda mahasiswa demonstran pro-Palestina di Universitas ColumbiaFoto: Marco Postigo Storel/AP Photo/picture alliance

Sekitar 300 orang ditahan pihak kepolisian di Columbia University dan City college di New York. Sementara itu, bentrokan antara kelompok pengunjuk rasa yang berseteru pecah di Los Angeles, Amerika Serikat (AS).

Pada Rabu (01/05), pihak kepolisian mendapat panggilan dari sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat menyusul gelombang aksi protes mahasiswa pro-Palestina.

Aksi demonstrasi ini dilakukan oleh mahasiswa untuk memprotes dukungan akademik dan pemerintah di tengah gempuran serangan Israel terhadap Gaza.

Berdasarkan klaim data dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 34.500 orang di wilayah Palestina tewas sejak awal operasi militer Israel.

USA | pro-palästinenische Proteste an Universitäten | New York City
Aksi massa pro-Palestina berkumpul di dekat area tempat pengunjuk rasa lainnya ditangkap di Columbia University, Selasa (30/04)Foto: Craig Ruttle/AP Photo/picture alliance

Merespons aksi demonstrasi ini, Israel menudingnya sebagai contoh antisemitisme dari universitas-universitas di Amerika. Tuduhan Israel ini kemudian dibantah oleh sejumlah kelompok mahasiswa.

Perkemahan mahasiswa pro-Palestina merupakan aksi demonstrasi paling luas dan berkepanjangan, yang mengguncang sejumlah kampus di Amerika Serikat sejak aksi protes menentang perang Vietnam pada tahun 1960-an dan 1970-an.

Polisi bubarkan demonstran di Columbia University

Pada Selasa (30/04) malam waktu setempat, polisi New York membubarkan demonstrasi yang telah melumpuhkan aktivitas di Columbia University selama hampir dua minggu. Dalam pembubaran itu, polisi menangkap puluhan orang.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Dalam sebuah surat kepada kesatuan Polisi New York, Presiden Columbia University, Minouche Shafik, meminta "bantuan untuk mengusir semua orang dari Hamilton Hall dan semua perkemahan di kampus”.

Dia mengklaim bahwa pendudukan gedung perkuliahan itu dipimpin oleh "sejumlah oknum yang tidak berafiliasi dengan pihak kampus.” Namun, dia tidak memberikan bukti untuk pernyataan ini.

Shafik juga meminta kepolisian untuk tetap berjaga di kampus setidaknya sampai tanggal 17 Mei demi "memastikan perkemahan tidak didirikan lagi.”

Polisi Menggerebek Universitas Columbia

Acara wisuda Columbia University biasanya digelar di alun-alun pusat kampus, tempat di mana perkemahan demonstran didirikan. Wisuda kampus ini sendiri direncanakan berlangsung pada 15 Mei.

Pada Rabu (01/05), Wali Kota New York, Eric Adams, turut menuding bahwa aksi massa pro-Palestina bukanlah mahasiswa. Menurutnya, demonstran tersebut merupakan para penghasut profesional. Namun, dia tidak memberikan bukti terkait hal ini.

"Setelah saya mengetahui adanya oknum dari luar yang ikut dalam insiden ini. Seperti yang disebutkan dalam surat permintaan pihak Columbia kepada kepolisian New York, jelas bahwa kami harus mengambil tindakan yang tepat, karena divisi intelijen kami mengidentifikasi bahwa demonstran adalah profesional yang terlatih,” kata Eric Adams dalam acara CBS Morning.

Polisi New York melakukan penjagaan di sekitar area demonstrasi pro-Palestina
Universitas Columbia memanggil Departemen Kepolisian New York setelah hampir dua minggu melakukan protesFoto: Andrea Renault/STAR MAX/IP/picture alliance

Bentrok antar pengunjuk rasa di UCLA

Pada Rabu (01/05), pihak University of California, Los Angeles (UCLA) turut memanggil pihak kepolisian. Saat itu, dua kelompok pengunjuk rasa yang saling bermusuhan bentrok di dalam kampus.

Dalam sebuah rekaman yang telah diverifikasi kantor berita Reuters, para demonstran yang saling berseteru itu terlihat menggunakan tongkat dan galah untuk menyerang sebuah tenda yang didirikan oleh para massa aksi pro-Palestina.

Rektor UCLA Gene Block menyebut bahwa orang-orang yang "tidak berafiliasi dengan kampus kami” terlibat dalam insiden tersebut. Hanya saja, dia tidak memberikan bukti atas klaimnya tersebut.

Pihak kepolisian Los Angeles kemudian mengonfirmasi bahwa mereka datang karena merespons permintaan dari pihak kampus untuk memulihkan ketertiban "lantaran adanya sejumlah tindak kekerasan terhadap perkemahan di kampus mereka."

Katy Yaroslavsky, seorang anggota dewan Los Angeles yang daerah pilihannya mencakup kampus UCLA, mengatakan bahwa situasi sudah tidak terkendali.

"Setiap orang punya hak untuk bebas berbicara dan melakukan protes, tapi  situasi di kampus UCLA sudah tidak terkendali dan tidak aman," ujar dia di akun media sosial.

Penangkapan di sejumlah kampus di seluruh Amerika Serikat

Penangkapan telah terjadi di sejumlah kampus di Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir.

Dalam sebuah rekaman yang diunggah pada Selasa (30/04), pihak kepolisian terlibat dalam bentrokan dengan para aksi massa pro-Palestina di City College of New York. Petugas terlihat menjatuhkan pengunjuk rasa ke tanah.

Selain itu, petugas juga menurunkan bendera Palestina yang dikibarkan pada tiang bendera kampus, dan menggantinya dengan bendera Amerika.

Pada hari yang sama di Northern Arizona University, polisi anti huru-hara berpakaian lengkap, menangkap sekitar 20 orang karena dianggap masuk tanpa izin. Satu orang dijatuhkan ke tanah.

Polisi juga membubarkan perkemahan pro-Palestina di Tulane University, New Orleans pada Rabu (01/05). Setidaknya enam orang ditangkap, dan pihak kampus juga menskors tujuh mahasiswa.

Sementara itu, Brown University di negara bagian East Coast, Rhode Island, membuat kesepakatan dengan aksi massa pro-Palestina. Pihak pengunjuk rasa bakal menutup perkemahan mereka dengan imbalan para administrator akan mengadakan pemungutan suara pada Oktober guna mempertimbangkan untuk melepaskan diri dari Israel.

mh/pkp/hp  (AP, AFP, Reuters)