1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIndonesia

Polda Jateng Jelaskan soal Polisi Kepung Warga Desa Wadas

Detik News
9 Februari 2022

Polda Jateng menegaskan, video viral terkait ratusan polisi mengepung warga di Desa Wadas, merupakan bentuk provokasi. Namun, YLBHI dan LHB Yogyakarta menuding polisi melakukan penyesatan dan Gubernur Ganjar berbohong.

https://p.dw.com/p/46ifh
Foto ilustrasi polisi
Foto ilustrasi polisiFoto: Fajrin Raharjo/AFP

Kabid Humas Polda Jateng Kombes M Iqbal Alqudusy memberi penjelasan soal penangkapan 23 orang di Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo pada Selasa (08/02) kemarin. Dia menyebut ada potongan-potongan video yang dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk provokasi.

Kombes M Iqbal menegaskan, penangkapan terjadi di luar masjid, bukan di lokasi Istigasah.

"Itu bukan di istigasah, itu di luar masjid," kata Iqbal seperti dikutip dari detikJateng, Rabu (09/02). Dia juga mengirimkan video yang memperlihatkan pasukan kepolisian saat membarikade dan memberikan pengamanan terhadap warga yang berada di dalam masjid.

Iqbal menyatakan, di lokasi ada pihak-pihak yang sengaja memprovokasi warga dan membawa senjata tajam. Mereka-mereka inilah yang ditangkap aparat. Para provokator ini menurutnya sengaja berlindung di rumah-rumah penduduk.

"Ke-23 orang tersebut saat akan diamankan sengaja berlindung di rumah-rumah penduduk dan juga sengaja menjadikan anak-anak dan wanita sebagai tameng agar tidak ditangkap petugas. Cara-cara seperti ini sudah mereka lakukan pada April 2021," jelas Iqbal.

"Karena keberadaan mereka sudah membahayakan jiwa dan harta benda warga lainnya, akhirnya petugas reserse melakukan upaya penangkapan tanpa menggunakan cara-cara kekerasan dan sesuai SOP," imbuhnya.

Polisi bantah asal masuk rumah warga

Kombes M Iqbal juga membantah petugas asal masuk ke rumah warga saat melakukan penangkapan. Iqbal menjelaskan polisi sebelumnya sudah mewanti-wanti agar tidak terjadi benturan, kemudian muncul kelompok dengan senjata tajam dan kemudian dikejar, namun mereka masuk ke rumah warga.

"Polisi sudah public address agar tidak ada benturan di masyarakat Wadas sendiri. Langkah-langkah Polri sudah sesuai SOP. Tetapi ada provokasi. Saat akan diamankan mereka lari ke rumah penduduk. Hoaks kalau polisi asal masuk rumah penduduk. Yang benar adalah polisi mengejar provokator yang masuk rumah penduduk. Menggunakan cara-cara itu mereka (merekam) video dan viral provokasi," ujarnya Iqbal disertai video anggota polisi menyerukan imbauan ke warga.

Seharusnya, lanjut Iqbal, warga yang tidak setuju dengan opsi pengukuran tersebut bisa menggunakan jalur damai. Namun, di lapangan ada kelompok yang mengancam dan melakukan provokasi.

"Dalam kegiatan pengamanan dan pendampingan tersebut petugas gabungan sebelum masuk desa Wadas telah terus melaksanakan imbauan-imbauan agar selalu menjaga kamtibmas, menghormati hak warga yang lain yang sudah memilih setuju dengan opsi pengukuran, dan jika ada warga yang tidak setuju agar gunakan cara yang damai jauhi kekerasan, namun kenyataannya pada saat proses pengukuran ternyata didapati sekelompok warga yang mengancam kelompok yang lain yang setuju pengukuran dan memprovokasi," jelas Iqbal. 

YLBHI tuding Ganjar dan polisi lakukan kebohongan dan penyesatan

YLBHI dan LBH Yogyakarta mengeluarkan pernyataan sikap keras terkait insiden kekerasan yang terjadi di Desa Wadas, Purworejo, Selasa (08/02) siang. Kedua lembaga pendamping warga tersebut menuding polisi melakukan penyesatan informasi dan Gubernur Ganjar melakukan kebohongan publik.

Dalam rilis yang diterima detikJateng, YLBHI-LBH menyebut hingga saat ini diketahui ada 40 warga yang ditangkap dengan cara disweeping. Selanjutnya, masih dalam rilis tersebut disebutkan bahwa 60 orang ditangkap oleh polisi saat mereka sedang melakukan doa bersama berupa istigasah.

YLBHI-LBH Yogyakarta juga menyebut polisi melakukan informasi ketika menyatakan bahwa penangkapan dilakukan karena warga tersebut membawa senjata tajam.

"Berdasarkan pernyataan Kabid Humas Polda Jateng yang menyatakan alasan penangkapan warga karena membawa sajam (senjata tajam) dan parang adalah penyesatan informasi. Pada faktanya berdasarkan informasi dari warga, polisi mengambil alat-alat tajam seperti arit, serta mengambil pisau yang sedang digunakan oleh ibu-ibu untuk membuat besek (anyaman bambu)," demikian ditulis dalam rilis, Selasa (08/02) malam.

Tak cuma itu, YLBHI-LBH Yogyakarta dalam rilisnya juga menuding Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melakukan pembohongan publik ketika menyatakan tidak ada kekerasan di Wadas.

"Bahwa pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di beberapa media yang menyatakan tidak ada kekerasan dan keberadaan kepolisian untuk melakukan pengamanan dan menjaga kondusivitas adalah pembohongan publik. Pada faktanya pengerahan ribuan anggota kepolisian masuk ke Wadas merupakan bentuk intimidasi serta kekerasan secara psikis yang dapat berakibat lebih panjang daripada kekerasan secara fisik," demikian disampaikan dalam rilis ke media.

Dalam berita sebelumnya, Polda Jateng menyampaikan bahwa pihaknya mengakui melakukan tindakan tegas dengan menangkap 23 orang yang dianggap berbuat anarkistis. Mereka dibawa ke Polsek Bener untuk diinterogasi.

"Petugas kemudian mengamankan beberapa warga yang akan anarkis dan diketahui mereka membawa sajam (senjata tajam) dan ada juga melawan serta menghalangi petugas," demikian disampaikan Kasubid Penmas Bid Humas Polda Jateng AKBP Dwi Retnowati, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (08/02) siang.

Sedangkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, merespons 'colekan' sejumlah akun media sosial terkait kondisi di Desa Wadas hari ini. Terkait hal itu, Ganjar mengaku sudah berkomunikasi dengan Komnas HAM. Dia menjelaskan tidak ada yang perlu ditakuti.

"Sudah kita bicarakan, Komnas HAM sudah kita undang, kita ngobrol juga sudah baik-baik. Ini hanya pengukuran saja kok jadi tidak perlu ada yang ditakuti," kata Ganjar seperti dikutip dari detikJateng, Selasa (08/02).

"Kita sudah komunikasi bahkan waktu itu kita minta yang jadi host-nya Komnas HAM, jadi netral to. Sayang saja waktu itu tidak semua mau datang, jadi jangan khawatir, ada niatan baik, tidak akan ada kekerasan. Siapa pun tolong letakkan pada pondasi yang sama. Teman-teman mau ngukur, sehingga nantinya soft-lah semuanya," ujar dia. (pkp/ha)

 

Baca selengkapnya di: detiknews

Polda Jateng Jelaskan soal Viral Polisi Kepung Warga di Masjid Wadas

YLBHI Tuding Ganjar-Polisi Lakukan Kebohongan-Penyesatan di Insiden Wadas