1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Baru Jepang, Naoto Kan

4 Juni 2010

Hari Jumat (04/06) parlemen Jepang memilih Naoto Kan sebagai perdana menteri yang baru, menggantikan Yukio Hatoyama yang mengundurkan diri beberapa hari lalu, akibat skandal pangkalan marinir Amerika Serikat di Okinawa.

https://p.dw.com/p/Ni5d
PM Jepang Naoto KanFoto: AP

Naoto Kan yang terpilih sebagai perdana menteri Jepang baru akan berusaha meningkatkan kembali popularitas partainya, Partai Demokratik Jepang DPJ, yang akan bertarung dalam pemilihan umum bulan depan. Mantan menteri keuangan yang juga merupakan mantan aktivis sayap kiri tersebut, merupakan perdana menteri Jepang kelima dalam empat tahun terakhir. Ia mengantikan posisi Yukio Hatoyama, yang mengundurkan diri Rabu lalu, karena gagal menepati janji kampanyenya, yaitu menutup pangkalan marinir AS di Okinawa.

Japan Premierminister Hatoyama Rücktritt
Yukio Hatoyama yang mengundurkan diriFoto: AP

Kabinet Baru Diumumkan Pekan Depan

Naoto Kan akan mengumumkan susunan kabinet barunya awal pekan depan. Ia memilih Yushito Senguko sebagai sekretaris kabinet, sementara Yukio Edano mendapat posisi di partai DPJ sebagai sekretaris jendral yang baru. Kalangan pengamat menilai Naoto Kan memilih kedua nama itu, untuk menjaga jarak dari mantan sekjen partai DPJ Ichiro Ozawa alias Shogun Bayangan, yang sangat berpengaruh selama ini.

Revitalisasi Ekonomi

Naoto Kan yang terpilih sebagai perdana menteri baru Jepang berjanji untuk merevitalisasi perekonomian negara yang perekonomiannya terkuat di Asia tersebut. Ia menuturkan, dalam 20 tahun terakhir perekonomian Jepang tak bergerak, generasi muda sulit memperoleh pekerjaan. Ini semua menurutnya bukan fenomena biasa, melainkan kesalahan dalam penetapan garis kebijakan. Untuk itu ´perdana menteri ke-94 Jepang ini mengharapkan dukungan masyarakat dalam kepemimpinannya.

Hanya satu bulan waktu tersisa bagi perdana menteri baru Jepang ini untuk kembali memenangkan hati pendukungnya, setelah popularitas DPJ merosot akhir-akhir ini. DPJ sebelumnya menoreh sejarah baru bagi Jepang, ketika memenangkan pemilu dengan suara mayoritas dalam pemilu Agustus lalu dan mengakhiri kedigjayaan partai konservatif Demokratik Liberal LDP, yang telah berkuasa hampir setengah abad di negeri sakura itu.

Ira Kan yang Pandai Bersilat Lidah

Naoto Kan, selama ini terkenal berlidah tajam dalam berdebat, mudah meledak-ledak emosinya, dan sulit seiring jalan dengan birokrat negara. Namun lelaki dengan julukan Ira-Kan atau Irritable Kan itu memiliki bakat populis dan merupakan pemain kunci dalam partai yang didirikannya bersama mantan PM Jepang Yukio Hatoyama. Pada tahun 1970 an, sebagai anak didik feminis, ia menjadi aktivis yang mendorong isu lingkungan dan perdamaian.

Bukan Berasal dari Dinasti Politik

Naoto Kan Flash-Galerie
PM Jepang Naoto KanFoto: AP

Tak seperti Hatoyama atau kebanyakan politisi Jepang lainnya, Ira-Kan tidak terlahir dari dinasti politik, melainkan memperjuangkan kursinya di parlemen dulu dengan bersungguh-sungguh lewat kampanye yang keras. Setelah berusaha empat kali barulah ia memperoleh kursi di parlemen pada tahun 1980-an. Pria kelahiran Yamaguchi ini merupakan putra seorang manajer pabrik. Lulus di bidang teknologi terapan dari universitas bergengsi Institut Teknologi Tokyo, Kan menciptakan penemuan mesin penghitung skor untuk permainan mah-jong dan temuan lainnya. Ia berseloroh terjun ke dunia politik karena tak seorang pun menanamkan modal pada hasil penemuannya. Namun karir politiknya pun tidak mulus begitu saja. Tahun 2004, ia mengundurkan sendiri sebagai pimpinan DPJ, setelah mengakui tak bayar dana pensiun negara. Padahal sebelumnya ia mengritik politisi lain untuk hal serupa. Kan juga menghadapi tudingan terkait skandal perselingkuhan dengan seorang presenter televisi. Tetapi pria berusia 63 tahun ini berhasil menyelamatkan karir politik dan perkawinannya. Istrinya Nobuko, yang memberikan dua anak, juga terkenal sebagai jago debat dalam mimbar diskusi.

Ayu Purwaningsih/dpa//rtr/cna

Editor: Edith Koesoemawiria