Plastik Mulai Masuki Rantai Makanan
Partikel berbahaya yang terdapat di sampah plastik sisa impor ditemui di sejumlah sampel telur ayam kampung di Jawa Timur. Di Desa Bangun dan Tropodo, lingkungan tercemar, kesehatan warga pun terancam.
Bertetangga dengan sampah
Rumah seorang warga di sebuah desa di Jawa Timur. Lihat sebelahnya, ia bertetangga dengan gunung sampah plastik. Pemandangan seperti ini banyak dijumpai di Desa Bangun, Jawa Timur, di mana warga juga terpaksa membakar sampah-sampah plastik tersebut agar tidak memenuhi dan menyumbat jalan-jalan di lingkungan mereka.
Plastik termakan ayam peliharaan warga
Seperti umumnya di desa-desa, banyak warga di sana juga memelihara ayam. Hewan peliharaaan ini dilepaskan untuk berkeliaran mencari makan sendiri. Sayangnya, ayam-ayam ini pun tidak bisa menghindari sampah plastik dan mencari makan di antara tumpukan sampah. Akibatnya, telur ayam kampung yang mereka hasilkan tercemar bahan kimia berbahaya.
Telur ayam tercemar
Peneliti mengetes sampel telur ayam kampung dari Desa Bangun pada Maret-April 2019. Telur ayam yang dikumpulkan dari masyarakat di sana mengandung bahan kimia terlarang seperti dioksin, dan PFOS yang sulit diuraikan. Ada juga bifenil poliklorinasi (PCB), eter difenil polibrominasi (PBDEs), parafin terklorinasi rantai pendek (SCCP) dan perfluorooctane sulfonate (PFOS) dalam tingkat yang tinggi.
Dampak terhadap kesehatan warga
"Kami merekomendasikan masyarakat untuk tidak mengkonsumsi telur dan ayam sampai adanya penyelidikan lebih lanjut dan pengumuman oleh pemerintah pusat," ujar Yuyun Ismawati, pendiri dan penasihat senior LSM Nexus3 kepada DW Indonesia. Beberapa keluarga yang memiliki anak dan memiliki masalah kesehatan juga sudah disarankan pindah ke daerah lain.
Dibakar untuk produksi tahu
Sementara di desa Tropodo, plastik-plastik sampah sisa impor ini dibakar untuk dijadikan bahan bakar di pabrik tahu. "Ada 50 pabrik tahu di desa Tropodo. Semuanya memakai sisa sampah plastik seperti film plastik dan kemasan fleksibel guna menghasilkan panas dan uap untuk pemrosesan tahu," ujar Yuyun dari LSM Nexus3.
Kandungan tahu belum diteliti
Sejumlah sampel tahu dari salah satu pabrik juga telah dikumpulkan. Namun tes belum selesai dilakukan sehingga belum diketahui hasilnya apakah tahu ini juga mengandung sisa partikel plastik atau tidak. Yuyun mengatakan mereka akan tahu hasilnya pada Februari 2020. Sejauh ini para peneliti juga belum mengetes sampel makanan lain dari desa ini.
Lingkungan tercemar, kesehatan dirugikan
Inilah harga yang dibayar warga. Sejumlah penelitian mengatakan bahan kimia sisa plastik dalam telur-telur ini berdampak serius pada manusia, seperti penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan endometriosis. Bahan kimia tahan api, SCCP dan PBDEs mengganggu fungsi endokrin dan juga pengaruhi kesehatan reproduksi. PFOS sebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh. (ae/ag)