1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pihak Oposisi Iran Kembali Demonstrasi

10 Juli 2009

Ribuan demonstran kembali memenuhi jalan-jalan di Teheran walaupun pemerintah mengancam akan bertindak keras. Masyarakat internasional lancarkan tekanan terhadap Iran.

https://p.dw.com/p/Ikzh
Warga Iran kembali berdemonstrasi. Moussavi: "Adalah tugas kita untuk melanjutkan protes untuk membela hak rakyat Iran“Foto: AP

Gejolak protes dari pendukung kandidat presiden Iran dari pihak oposisi Mir Houssein Moussavi tetap belum bisa diredam, empat minggu setelah pemilihan presiden 12 Juni lalu yang dituduh dicurangi. Ini merupakan krisis terbesar di Iran setelah revolusi Islam tahun 1979. Pemerintah Iran mengerahkan ribuan aparat keamanannya di segala penjuru ibukota Teheran untuk menekan gelombang protes.

Setelah ada jeda selama satu minggu, pengikut pihak oposisi kembali turun ke jalan. Kamis (09/07) kemarin ribuan demonstran berkumpul di depan Universitas Teheran. Sebenarnya demonstrasi ini ditujukan untuk mengenang kerusuhan mahasiswa tahun 1999 yang menewaskan seorang mahasiswa pro reformasi. Namun begitu dalam demonstrasi kemarin ini banyak yang menggumamkan slogan-slogan untuk mendukung Moussavi, salah satunya “kematian untuk sang diktator“ dan “dimanakah suara kami?“. Bersama-sama mereka melakukan konvoi ke pusat kota dan dilaporkan Moussavi bergabung dengan para demonstran di Lapangan Imam Khomeni. Dalam demonstrasi kali ini pendukung Moussavi kebanyakan mengenakan pakaian berwarna hitam, tidak hijau seperti biasanya. Banyak juga yang membawa lilin dan bunga, tanda berduka cita bagi korban protes dalam bentrokan selama empat minggu ini.

Menanggapi aksi protes ini aparat polisi melemparkan gas air mata dan memukul banyak demonstran dengan pentungan. Beberapa orang juga ditahan. Namun begitu gelombang unjuk rasa tidak dapat dihentikan. Dilaporkan beberpa demonstran membakar beberapa tempat sampah di trotoar jalan dan memecahkan kaca jendela sebuah bank pemerintah. Moussavi mengatakan, „mayoritas masyarakat Iran tidak akan mengakui legitimasi pemerintahan ini“. „Adalah tugas kita untuk melanjutkan protes untuk membela hak rakyat Iran“, demikian lanjut Moussavi.

Sebelumnya pemerintah sudah memperingatkan akan reaksi keras jika ada aksi protes besar-besaran untuk mengenang kejadian 10 tahun lalu. Ini merupakan jawaban atas “kekhawatiran serius“ yang diungkapkan pemimpin negara-negara G8 dalam pertemuan puncak di Itali minggu ini. Gubernur Teheran Morteza Tamadon mengatakan kepada Kantor Berita Nasional Iran IRNA, bahwa semua gerakan yang tidak sesuai dengan inisiatif aparat keamanan akan „diinjak oleh orang-orang kami yang waspada.“

Sementara itu masyarakat internasional melancarkan tekanan kepada Iran. Kanada mengatakan Kamis kemarin, bahwa pemerintahnya memulangkan diplomat Iran di Ottawa untuk menuntut dibebaskannya wartawan Kanada turunan Iran, Maziar Bahari. Wartawan majalah Newsweek ini merupakan satu dari sekitar 20 wartawan yang ditahan pemerintah Iran semenjak munculnya aksi protes beberapa minggu lalu. Mereka dituduh bertindak melawan keamanan negara. Pemerintah Kanada khawatir dengan perlakuan pemerintah Iran yang terus mengabaikan hak asasi manusia, termasuk kebebasan berekspresi, demikian dikatakan Menteri Luar Negeri Kanada Lawrence Cannon. Iran tidak mengakui kewarganegaraan ganda, oleh karena itu usaha Kanada terbatas untuk ikut campur dalam hal ini. Namun begitu Menlu Cannon berkata, Kanada akan tetap menekan Iran untuk penyelesaian masalah ini.

Benita Ferrero-Waldner, utusan Komisi Uni Eropa untuk hubungan luar juga mengatakan Kamis kemarin, sanksi dari pihak Uni Eropa harus dijatuhkan kepada Iran, jika pemerintahannya tetap menolak dialog untuk menyelesaikan perselisihan mengenai hasil pemilihan presiden bulan lalu.

Sampai sekarang pemerintah Iran tetap melarang media asing untuk meliput semua peristiwa tanpa ijin khusus sejak dimulainya gelombang unjuk rasa empat minggu lalu.Situs-situ seperti Twitter, Facebook dan Youtube juga diblok oleh pemerintah. Banyak rakyat Iran yang menggunakan situs-situs tersebut untuk menyebarkan berita tentang aksi-aksi demonstrasi melawan otoritas rezim Islam Iran. Video yang memperlihatkan tewasnya seorang aktivis perempuan, Neda, yang ditembak aparat pemerintah beredar di seluruh dunia dan menjadi simbol aksi protes di Iran ini.


Anggatira Rinaldi
Editor: Luky Setyarini