1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pidato Presiden Palestina di PBB

24 September 2011

Presiden Palestina Mahmoud Abbas serukan PBB untuk berikan rakyat Palestina keanggotaan penuh dan pengakuan sebagai negara. Segera setelahnya Israel ajak berunding.

https://p.dw.com/p/12ffD
Palestinian President Mahmoud Abbas addresses the 66th session of the United Nations General Assembly, Friday, Sept. 23, 2011 at UN Headquarters. (Foto:Mary Altaffer/AP/dapd)
Presiden Palestina Mahmoud Abbas di depan sidang umum PBBFoto: dapd

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan PBB untuk memberikan rakyat Palestina keanggotaan penuh dan pengakuan sebagai negara. Abbas mendapat sambutan hangat di Sidang Umum PBB ketika ia menyatakan akan melibatkan Israel dalam perundingan. Ia meminta pemerintah Israel dan rakyatnya untuk kembali ke meja perundingan agar konflik antar kedua negara dapat diakhiri.

Palestina Sudah Dilahirkan Kembali

epa02749738 Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu delivers an address to a joint meeting of the U.S. Congress in Washington, DC, USA on 24 May, 2011. Netanyahu used the speech to lay out his vision of Israeli-Palestinian peace before sympathetic lawmakers. The U.S. Congress offers bi-partisan backing to Israel. EPA/SHAWN THEW
PM Israel Benyamin NetanyahuFoto: picture alliance/dpa

Abbas menyatakan, ia datang dengan membawa pesan dari rakyat Palestina yang berani dan bangga. Ia menandaskan, Palestina sudah dilahirkan kembali. Presiden Palestina itu meminta Dewan Keamanan PBB dan Sidang Umum PBB untuk mengakui Palestina sebagai negara, dan meminta keanggotaan penuh dalam PBB. Perkataan Abbas disambut tepuk tangan meriah.

Ia juga menyatakan harapan, agar rakyat Palestina tidak harus menunggu terlalu lama. Di samping itu Abbas menekankan, pemerintah otonomi Palestina tidak berniat mengisolasi Israel dengan permintaan tersebut.

"Atas nama pemerintah Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina, PLO, saya ingin mengulurkan tangan ke rakyat Israel dan pemerintahnya untuk mulai berdamai dan membangun jembatan antar bangsa, bagi generasi depan." Tetapi Abbas memperingatkan, negosiasi tidak akan berhasil, jika Israel terus membangun permukiman dan menekan hak-hak Palestina.

Palestinian President Mahmoud Abbas, left, gives a letter requesting recognition of Palestine as a state to Secretary-General Ban Ki-moon during the 66th session of the General Assembly at United Nations headquarters Friday, Sept. 23, 2011. (Foto:Seth Wenig/AP/dapd)
Mahmoud Abbas dan Sekjen PBB, Ban Ki MoonFoto: dapd

Permintaan dari Rakyat

Sebelum pidatonya, Abbas menyerahkan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, permintaan agar Palestina diakui sebagai negara berdaulat. Televisi PBB menunjukkan Abbas menyerahkan sebuah amplop putih dengan emblem Palestina berwarna emas kepada Ban Ki Moon, sebelum keduanya berjabat tangan kemudian duduk untuk diskusi singkat.

Sekretaris Jenderal PBB itu akan menyerahkan permintaan tersebut kepada Dewan Keamanan PBB, setelah meyakini, bahwa semua perincian teknis sesuai dengan persyaratan untuk menjadi anggota PBB.

Upaya Palestina untuk mendirikan negara lewat PBB ditentang Israel dan AS, juga Jerman. Sampai detik terakhir masih ada upaya untuk menggerakkan Abbas agar tidak menyerahkan permintaan dan kembali ke meja perundingan dengan Israel.

Ajakan Berunding

President Barack Obama attends a luncheon hosted by UN Secretary General Ban Ki-Moon, not shown, at the UN Building, Wednesday, Sept., 21, 2011. (AP Photo/Pablo Martinez Monsivais)
Presiden AS Barack ObamaFoto: dapd

Setelah pidato presiden Palestina itu selesai, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mengajak Abbas untuk mengadakan pertemuan pada hari yang sama, untuk membicarakan upaya perdamaian. Ajakan itu disampaikan Netanyahu ketika berbicara di depan Sidang Umum PBB. Ia menandaskan, perdamaian tidak dapat tercapai lewat resolusi PBB, melainkan hanya lewat negosiasi langsung. Presiden AS, Barack Obama juga mendukung pendapat Netanyahu.

Pada kesempatan itu, Netanyahu menyampaikan tuntutan, agar Palestina mengakui Israel sebagai negara Yahudi. Hal itu selama ini ditolak Palestina, karena langkah itu dianggap akan membatasi hak-hak pengungsi Palestina.

Sami Abu Suhri, Sprecher der Hamas, am 31.5.2005 in Gaza Stadt.
Juru bicara Hamas Sami Abu ZuhriFoto: AP

Jerman mendesak kedua pihak yang bertikai untuk berunding, agar eskalasi ketegangan dapat dicegah. Juru bicara pemerintah Jerman, Georg Streiter mengatakan di Berlin, titik berat langkah selanjutnya harus berupa penyelenggaraan perundingan perdamaian lewat deklarasi yang dikeluarkan Kuartet Timur Tengah, yang terdiri dari AS, Uni Eropa, PBB dan Rusia.

Tanggapan Hamas

Sementara itu, Jumat kemarin (23/09), gerakan radikal Hamas yang menguasai Jalur Gaza menyebut upaya Presiden Mahmud Abbas untuk menjadikan Palestina anggota penuh PBB sebagai langkah kosong. Pidato Abbas di depan PBB adalah pidato emosional yang menampilkan kesengsaraan rakyat Palestina. Tetapi Abbas tidak berhasil mengajukan cara mengkonfrontasi pendudukan Israel, ketika mengaitkan permintaannya kepada PBB dengan negosiasi bersama Israel. “Jadi itu langkah tidak berguna.” Demikian dikatakan jurubicara Hamas Sami Abu Zuhri kepada kantor berita AFP.

ap/afp/rtr/dpa/Marjory Linardy

Editor: Carissa Paramita