1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pianis Turki Dituntut Akibat Komentar di Twitter

10 Juni 2012

Fazil Say termasuk seniman Turki yang terkenal secara internasional. Karena menyebarkan komentar kritis terhadap agama lewat Twitter, pianis itu terancam penjara 18 bulan. Ia juga disebut penghianat negara.

https://p.dw.com/p/15BcE
Turkish born pianist Fazil Say performs during a concert at the Lucerne Festival Piano in Lucerne, Switzerland, Friday, November 25, 2005. EPA/URS FLUEELER +++(c) dpa - Report+++,
Fazil SayFoto: picture-alliance/dpa

"Apakah surga sebuah rumah bordil?" Demikian komentar Fazil Say lewat Twitter, tanpa berpikir jauh. Sedangkan yang dikomentarinya adalah dua kalimat, yang ditulis Omar Khayyam, pujangga Persia dari abad pertengahan. "Kamu berkata, anggur mengaliri sungai-sungai. Apakah surga sebuah bar? Kamu katakan, setiap orang percaya akan mendapat dua gadis. Apakah surga itu rumah bordil?"

Mungkin reaksi yang diakibatkan komentarnya itu tidak pernah terbayang oleh Fazil Say. Warga muslim Turki memaki Say, yang menyatakan dirinya ateis. Pianis dan komponis itu tetap tenang dan menjawab dengan humor kasar: "Muzin hanya mengumandangkan azan selama 22 detik. Mengapa begitu terburu-buru? Punya pacar? Mau minum Raki (minuman beralkohol khas Turki - red)?"

Dituntut Karena Menghasut

Dengan perkataannya, Say menarik perhatian pemerintah, bahkan kejaksaan Istanbul. Dalam tuntutan dikatakan, Say menimbulkan perasaan benci dan menghina nilai-nilai agama. Jaksa bahkan menilai, komentar Say yang disampaikan lewat Twitter bisa menyebabkan "ambruknya keteraturan umum".

In this photo taken Wednesday, April 18, 2012, Turkish Prime Minister Recep Tayyip Erdogan walks outside his office in Ankara, Turkey. Turkey's Islamic-rooted government has scored two victories in its quest to end the military's decades-long influence over politics.This week, it sent one of the country's most powerful generals to jail for leading efforts to force the resignation of Erdogan the country's first Islamist prime minister. Earlier in the month, it put two leaders of a 1980 military coup on trial.(Foto:Burhan Ozbilici/AP/dapd)
PM Turki Recep Tayyip ErdoganFoto: dapd

Say bukan orang yang tidak dikenal pemerintah Turki. Tahun-tahun lalu ia beberapa kali jadi bahan pembicaraan karena kritik tajamnya terhadap pemerintah. Karena politik yang dijalankan pemerintah berhaluan Islam di bawah PM Recep Tayyip Erdogan, ia beberapa kali secara terbuka mengemukakan rencana untuk meninggalkan Turki. Dalam wawancara dengan harian "Hürriyet" tanggal 23 April 2012, Say mengatakan akan pindah ke Jepang. Pria berusia 42 tahun itu mengeluhkan semakin tidak tolerannya Turki. "Ketika saya berkata, bahwa saya ateis, semua orang menghina saya," tutur Say. Dalam wawancara itu Say juga mengatakan, ia merasa disingkirkan oleh masyarakat Turki. Kritik yang dihujankan kepadanya juga menunjukkan semakin kurangnya toleransi di Turki. Salah seorang pengkritik Say adalah anggota parlemen dari Partai AKP yang memerintah. Ia menyebut Say "anak pelacur".

Turkish writer Orhan Pamuk pauses during a reading of his novel "Snow" at a bookstore in New York, Sept. 22, 2004. (AP Photo/Jennifer Szymaszek)
Pengarang Turki dan pemenang Hadiah Nobel Orhan PamukFoto: AP

Hanya Ingin Mengenyahkan Kritikus?

Jika komentar Fazil Say lewat Twitter benar-benar membahayakan "keteraturan umum", sebuah pertanyaan timbul, mengapa hanya ia yang dituntut. Ia cuma satu dari 166 penulis Twitter, yang menyebarluaskan kutipan Omar Khayyam di internet. Kehakiman rupanya secara khusus menjadikan Say sasarannya. Ketika musisi itu menyatakan pertimbangan untuk pindah dari Turki tahun 2007, dengan alasan "kaum Islamis menang", ia sudah menyebabkan kemarahan besar. Ia dimaki sebagai penghianat negara.

Reaksi atas komentarnya di Twitter memberikan banyak petunjuk tentang Turki. Sebuah negara, yang sejak didirikan Atatürk bangga, bisa memisahkan agama dari politik. Tetapi Partai AKP yang berkuasa sekarang memiliki akar Islam kuat. Jadi tidak heran, bahwa belakangan ini hukuman sering dijatuhkan oleh pemerintah Turki kepada seniman. Contohnya, tahun 2006 pengarang dan pemenang Hadiah Nobel, Orhan Pamuk dihukum denda, setelah ia menyatakan kritik atas pembantaian warga Armenia. Di tahun yang sama, pengarang perempuan Elif Shafak dituntut di pengadilan, karena ia juga mengangkat tema pembantaian itu, dalam bukunya "Bastar dari Istanbul". Seperti Fazil Say, pengarang Nedim Gürsel terpaksa berurusan dengan undang-undang karena dituduh memberikan komentar anti Islam tahun 2009 lalu. Pengarang roman berjudul "Anak Perempuan Allah" itu di tanah airnya dituduh menghina agama.

Seniman Bertaraf Internasional

Say adalah pianis berkaliber internasional. Di masa lalu ia sudah pernah bekerjasama dengan orkes simfoni Berlin, New York, Tokyo dan Israel. Ia juga sudah beberapa kali tampil bersama orkestra nasional Perancis. Tahun 1994 ia memenangkan hadiah pertama dalam perlombaan bagi musisi muda, Young Concert Artists International Auditions. Itu memungkinkannya menerobos panggung dunia musik internasional.

ARCHIV - Der Istanbuler Komponist und Pianist Fazil Say, fotografiert am Mittwoch (03.02.2010) in Essen. Im Dortmunder Konzerthaus wird der türkische Komponist Fazil Say am kommenden Samstag im Rahmen der Kulturhauptstadt Ruhr.2010 das WDR Sinfonieorchester Köln unter der Leitung von Howard Griffiths die «Istanbul-Sinfonie» des 40-Jährigen zur Uraufführung bringen. Foto: Bernd Thissen dpa/lnw +++(c) dpa - Bildfunk+++ pixel
Komponis dan Pianis Fazil SayFoto: picture-alliance/dpa

Menurut keterangan pengacara Say, Meltem Akyol, penghinaan nilai-nilai agama bisa diganjar dengan hukuman penjara di Turki. Pengacara itu menampik tuduhan terhadap Fazil Say. Kantor Berita Turki, Dogan melaporkan tanggal 4 Juni 2012, musisi itu menyatakan, ia tidak berniat menghina siapapun. Kebebasan berpendapat adalah hak semua orang, demikian ditambahkan Fazil Say.

Proses terhadap Say akan dimulai 18 Oktober mendatang. Jika dinyatakan bersalah, ia bisa dijatuhi hukuman penjara sampai 18 bulan. Sekarang para penggemar dan teman-temannya mengorganisir kampanye untuk mendukung Fazil Say. Hingga 8 Juni lalu, lebih dari 5.000 orang menyatakan dukungan. Say mengatakan, jika ia dipenjara, karirnya akan berakhir.

Arne Lichtenberg / Marjory Linardy