1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Philae Kembali Bertugas Usai Hibernasi

Fabian Schmidt31 Maret 2014

Setelah dua tahun lebih hibernasi, roket penyelidik Philae memulai fase baru dalam sebuah misi ambisius untuk mendarat di sebuah komet dan berusaha melihat miliaran tahun ke belakang.

https://p.dw.com/p/1BYo3
Foto: ESA–J. Huart, 2013

Tanggal 2 Maret 2004 roket penyelidik Philae dan pesawat Rosetta diluncurkan ke luar angkasa oleh roket Ariane 5 untuk mempelajari komet 67P/Churyumov–Gerasimenko, misi paling ambisius yang pernah diambil Badan Antariksa Eropa ESA.

Jumat (28/03/14) beker berbunyi menandakan fase berikutnya dalam misi: mendekati komet. DLR menyatakan bahwa Philae telah berhasil dibangunkan dan sudah mentransmisi data kembali ke bumi dari jarak sekitar 655 juta kilometer.

Sebelum kontak dengan komet dapat dilakukan, roket penyelidik Philae harus melalui proses reaktivasi secara bertahap. Dalam 30 bulan terakhir Philae dan Rosetta ‘tidur' untuk menghemat energi. Apabila semuanya berjalan lancar, mulai November mendatang Philae akan menghabiskan 4-6 bulan di permukaan komet untuk mempelajari komposisi materinya. Rosetta telah berhasil dibangunkan bulan Januari lalu.

Pencarian asal usul kehidupan

Komet berperan seperti kapsul waktu sistem tata surya – mereka dapat menjaga materi organik selama miliaran tahun dengan menyimpannya dalam keadaan beku. Substansi yang para peneliti berharap ditemukan pada komet, seperti asam amino, dapat menyediakan petunjuk mengenai asal usul kehidupan di bumi sekitar 4,6 miliar tahun lalu.

November 2014, Philae akan mendekati permukaan
November 2014, Philae akan mendekati permukaanFoto: ESA/AOES Medialab

“Komet adalah komponen sangat tua dari tata surya. Dengan mempelajari mereka, kami mencoba untuk memahami pembentukan tata surya,” kata Johann-Dietrich Wörner, ketua dewan eksekutif Pusat Penerbangan dan Antariksa Jerman DLR.

Selama Philae berada di komet, periset berharap dapat mencari tahu apakah air di bumi datang dari komet. “Ini benar-benar perjalanan menuju wilayah yang tidak diketahui,” ujar Wörner. Rosetta, yang akan mengelilingi komet sebelum mengirim Philae ke permukaan komet, dilengkapi kamera yang mampu memetakan komet hingga tingkat akurasi desimeter.

Membuat kontak tanpa gravitasi

Minimnya sejarah pendaratan luar angkasa membuat misi Philae menuju permukaan komet patut dicermati, namun menyebut pertemuan Philae dengan komet sebagai sebuah ‘pendaratan' sebenarnya kurang akurat. Mengingat diameter komet hanya 5 kilometer pada titik terlebarnya, komet tidak cukup besar untuk menciptakan gaya gravitasi yang memadai untuk membantu pendaratan. Deskripsi yang lebih akurat adalah docking.

Proses docking bukan urusan gampang. Rosetta akan membawa roket penyelidik Philae hingga berjarak 3 kilometer dari komet, yang memiliki kecepatan hingga 135.000 kilometer per jam. Philae kemudian menembakkan tombak ke lapisan es terluar komet sebelum mengumpar diri.

“Misi yang sulit,” jelas Wörner. "Namun saya mempercayai para teknisi dan ilmuwan. Mereka telah berhasil menombak berbagai materi.”

Menombak akan menjadi manuver rumit pertama. Apabila tombak bertahan dan Philae dapat mengumpar diri menuju permukaan komet, sekrup-sekrup akan tertambat dari kaki-kaki Philae ke dalam permukaan es. Instrumen pengukuran pada Philae kemudian akan menganalisa materi komet.

“Kami hanya punya sedikit pengetahuan mengenai kepadatan komet berdasarkan ukuran dan lintasannya,” ungkap Wörner, sembari menambahkan bahwa sebuah spektrometer akan mengidentifikasi penemuan Philae. “Kami belum tahu komet ini terbuat dari apa. Itu yang ingin kami cari tahu.”