1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Petugas Keamanan Iran Terus Lakukan Penangkapan

24 Juni 2009

Pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi meminta kaum pro-reformasi, agar hari Rabu ini (24/06) tidak melakukan demonstrasi. Sementara demonstasi besar direncanakan berlangsung Kamis besok (25/06).

https://p.dw.com/p/IaN7
Seorang demonstran dengan potret MousaviFoto: AP

Jalanan-jalanan Teheran dan berbagai kota lain di Iran, relatif tenang hari Rabu ini (24/06). Hanya kumpulan-kumpulan kecil pengunjuk rasa muncul di beberapa bagian kota. Namun yang tak biasa adalah, banyaknya kendaraan yang menyalakan lampu, kendati di siang hari. Pemimpin oposisi Mir Hossein Mousavi memang meminta kaum pro-reformasi, agar hari Rabu ini (24/06)tidak mengungkapkan aspirasi dengan demonstrasi, melainkan dengan menyalakan lampu kendaraan. Sementara demonstasi besar direncanakan berlangsung Kamis besok (25/06), sebagai hari berkabung bagi terbunuhnya para pengunjuk rasa. Khususnya Neda Agha-Soltan, perempuan 26 tahun yang tewas tertembak.

Kebetulan, proses terbunuhnya Neda Agha-Soltan terekam kamera video amatir. Rekaman yang beredar di internet itu ditonton jutaan orang, termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang menyatakan terguncang sebagaimana jutaan orang lain. Perempuan itu pun menjadi simbol baru perjuangan kaum reformis Iran.

Sebaliknya, para petugas keamanan, tentara dan polisi, serta milisi Basij, dilaporkan memenuhi jalanan. Dan penangkapan berjalan terus. Sekitar 20 wartawan Kalemeh Sabz yang pro Mousavi ditangkap. Dan korannya ditutup. Kepada kantor berita Prancis AFP, seorang redaktur koran itu mengatakan bahwa para petugas itu tak memperlihatkan surat penangkapan.

Peristiwa itu terjadi kurang dari sehari setelah Presien Amerika Serikat Barack Obama menyatakan kecaman kerasnya atas kekerasan yang dilancarkan aparat pemerintah Iran terhadap para demonstran.

Di Teheran, Menteri Dalam Negeri Iran Sadeq Mahsouli menuduh, para demonstran didanai Dinas Rahasia AS CIA dan kelompok oposisi Iran di pengasingan, Mujahidin. Padahal sebelumnya Presiden AS Obama menegaskan lagi, bahwa Amerika, khususnya CIA , tidak ada sangkut pautnya dengan gelombang unjuk rasa Iran. Tudingan itu. kata Obama, adalah cara kuno yang gampangan untuk mencari kambing hitam di pihak luar.

Zahra Rahnavard, isteri pemimpin tokoh opisisi utama Mir Hossein Moussavi, menyebut, pemerintah Ahmadinejad memberlakukan semacam keadaan darurat di jalan-jalan. Tokoh oposisi Iran lain, Mehdi Karroubi mengecam media Iran yang ditudingnya memutar balikkan fakta. Menurut bekas Ketua Parlemen ini, kekerasan pemukulan, dan pembunuhan terhadap orang tak bersalah dilakukan oleh pasukan keamanan berpakaian sipil. Namun diputar-balikkan oleh media Iran. Menurutnya, para pendukung Ahmadinejad merupakan promotor dari suatu keislaman fanatik model Taliban.

Tokoh Iran penerima Nobel Perdamaian Dunia, Shirin Ebadi, juga mengecam sikap pemerintah Iran. "Sangat disesalkan bahwa perintah menindaki aksi protes dan demonstrasi yang berjalan damai. Sebenarnya hal seperti itu tak boleh terjadi. Berdemonstrasi adalah hak asasi. Saya berharap pemerintah bisa kembali berpikiran tenang dan mulai mendengar suara rakyatnya."

Menurut Shirin Ebadi, tudingan-tudingan pemerintah terhadap campur tangan pihak luar, tidak pada tempatnya. Kata bekas hakim Iran ini, kekerasan dan pelanggaran HAM tak ada hubungannya dengan kedaulatan. "Hak asasi manusia memiliki karakter universal. Apa pun bentuk pelanggaran hak asasi yang terjadi di Iran, itu tak boleh diacuhkan begitu saja oleh negara lain. Dunia internasional harus bangkit dan menentangnya."

GG/SL/afp/dpa/rtr