1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pesantren Syi'ah Dibakar di Madura

29 Desember 2011

Massa yang mengaku Islam Sunni, hari Kamis (29/12), membakar Pesantren Misbahul Huda. Selain satu musala, tiga rumah warga juga ikut dibakar.

https://p.dw.com/p/13bJ0
Foto: ISNA

Aksi pembakaran berlangsung cepat.  Para pelaku  yang mengatasnamakan kelompok Sunni  dengan leluasa membakar mushola,  rumah dan  madrasah  yang telah ditinggalkan para  pemeluk Syi'ah  karena khawatir akan keselamatan mereka.

Seorang  pengurus madrasah  Iklil al-Milal menuturkan, “Tadi itu jam 10 kejadiannya.  Sekitar 500 an massa, langsung bakar bawa bensin. Itu cepat sekali tau-tau api sudah menghanguskan semuanya. Ini pondok, tempat belajar, surau, rumah ruko. Kelompok itu kalau disini mengusung kelompok Sunni. Pernyataan mereka Syi'ah ini tidak boleh ada di Madura di (kabupaten) Sampang khususnya”

Sesalkan Kurangnya Upaya Pencegahan

Pembakaran pesantren  Misbahul Huda terjadi setelah ancaman yang sebelumnya dikirimkan  antara lain  dengan merusak jalan ke lokasi. Dalam insiden tersebut tidak jatuh korban. Namun, pengurus pesantren Iklil al-Milal, menyesalkan tidak adanya upaya polisi mencegah penyerangan itu. 

“Polisi sudah tau ada rencana penyerangan, sudah tau.  Bahkan kami tadi sudah telpon, tapi polisi beralasan kurang personel. Kan gimana ini. Saya kan kemarin dipanggil polisi diberitahu kalau rumah saya akan dibakar. Pak kyai hati - hati sampean, karena rumah sampean juga dapat ancaman mau dibakar”, begitu tambah pengurus tadi.

Kekerasan Ini adalah lanjutan setelah pembakaran rumah seorang pengikut Syiah di wilayah sama,  10 hari lalu.  Para pengurus madrasah  ini sudah mengalami intimidasi sejak 2006, dan telah melaporkannya ke polisi, namun kurang ditanggapi. 

Polisi Tidak Melakukan Pembiaran

Jurubicara Polisi Jawa Timur Rahmat Mulyana, mengakui potensi konflik di  wilayah tersebut. Namun ia menolak tudingan bahwa  polisi melakukan pembiaran.  Rahmat Mulyana juga menyatakan, polisi sejak lama membangun dialog dengan para pemimpin wilayah setempat untuk mengatasi masalah ini. 

Jelasnya,  “Tidak ada informasi tentang ancaman tersebut mas. Saya sudah kontak dengan Kapolres Sampang. Tidak ada orang yang melapor atau yang merasa terintimidasi oleh kelompok lain.  Itu memang gejalanya sudah lama. Perselisihan faham. Artinya berbeda aliran kan Sunni dengan Syi'ah itu. Yang jelas polisi pada saat datang kesana pun, masyarakat yang menolak keberadaan  Syi'ah itu berupaya menghalau kita. Mereka menghadang kepolisian untuk tidak memadamkan rumah itu, tujuanya agar rumah mereka itu hangus terbakar semua”  

Serangan Teorganisir

Sekjen  Ikatan Jamaah Ahlul Bait Pusat, Ahmad Hidayat  menuding penyerangan itu diorganisir oleh kelompok-kelompok islam garis keras dari luar Madura. Ia mencemaskan terulangnya kekerasan serupa terhadap para pengikut Syiah di wilayah lain, jika polisi tidak segera bertindak.

“Upaya nya adalah upaya sistematis terkait, antara satu dengan lainnya. Bahkan di beberapa masjid Jakarta terjadi provokasi dalam bentuk kajian, tentang penyesatan terhadap jamaah ahlul bait (syi'ah). Kadang sampai provokasi tindakan fisik. Itu juga yang terjadi disana tadi, orang-orang yang membakar tadi berteriak-teriak ayo bakar, ayo hancurkan dan seterusnya. Nah kalau kasus Omben ini tidak diselesaikan secara hukum, maka ini akan berkembang ke daerah yang lain” 

Di Indonesia terdapat  jutaan pengikut Syi'ah  diantara mayoritas pemeluk Sunni, namun sejauh  ini tidak ada  laporan kekerasan aliran yang berarti.   Serangan terhadap kelompok Syiah di Sampang Madura  ini adalah peristiwa kekerasan paling serius setelah teror di pesantren kelompok  Syi'ah  di bangil Pasuruan Jawa Timur beberapa waktu lalu. 

Zaki Amrullah

Editor: Edith Koesoemawiria