1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

111109 Pharmakonzerne Profiteure

12 November 2009

Selalu terdapat pihak yang dapat menarik keuntungan dari satu pandemi atau bencana. Saat ini, akibat kepanikan wabah flu babi, perusahaan farmasi telah meraup keuntungan besar dari vaksin yang mereka produksi.

https://p.dw.com/p/KU4n
Foto: picture-alliance/ dpa

Vaksin Influenza H1N1 atau flu babi diproduksi oleh sejumlah perusahaan farmasi besar, misalnya, oleh perusahaan Inggris Glaxo Smith Kline, Baxter asal Amerika Serikat dan perusahaan Swiss Norvartis. Ini bukan suatu kebetulan, kata Thomas Schießle, pakar farmasi dan direktur Equitis.

"Ini adalah Oligopol. Sudah jadi tradisi bahwa produsen yang bermain di kancah ini sangat sedikit. Di satu pihak, karena di masa lalu, bisnis ini terutama didorong oleh pemerintah, artinya, permintaan terutama datang dari pemerintah atau dinas kesehatan. Di pihak lain, produksi bisnis vaksin ini tidak mudah. Jadi ada beberapa tantangan yang harus diatasi, terlepas dari rumitnya produksi obat medis," jelas Schießle.

Sebenarnya, produksi vaksin dilakukan di sejumlah lokasi, antara lain di Dresden, di sebuah pabrik yang dulu memproduksi serum di Jerman Timur. Sekarang, pabrik ini dimiliki perusahaan Inggris Glaxo Smith Kline. Pabrik di Dresden menghasilkan preparat Pandemix yang diproduksi oleh 850 pegawai yang bekerja dalam tiga shift, enam hari seminggu. Untuk itu dibutuhkan 350.000 telur ayam per hari. Glaxo memproduksi 440 juta dosis, 50 juta di antaranya dipesan oleh pemerintah Jerman. Pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian Jerman juga memesan vaksin dari Baxter dan Novartis. Permintaan yang tinggi tentu mempengaruhi perhitungan untung rugi perusahaan besar.

Benarkah bisnis ini membawa keuntungan besar? Peter Lugauer dari lembaga keuangan Commerzbank menagatakn, "Saya kira, tidak ada yang memproduksi di bawah biaya dasar. Tapi bisnis besar karena keuntungan yang besar pula, saya rasa tidak. Rata-rata keuntungan yang ada mencapai dua persen per saham."

Tahun-tahun belakangan, harga vaksin memang turun.Tapi sampai sekarang belum ada produsen vaksin generika, dan kalaupun ada, mereka harus mendapat izin produksi dari perusahaan farmasi besar. Keseluruhan ada 25 perusahaan farmasi yang memproduksi vaksin H1N1. Bisnis vaksin di masa depan akan menjadi penting, kata Peter Lugauer.

Sebagian besar produksi vaksin H1N1 sudah dipesan negara-negara kaya. Dan ini dikritik oleh sejumlah pihak, antara lain Organisasi Kesehatan Pan Amerika. Selasa (10/11) lalu, perusahaan Inggris Glaxo Smith Kline menyumbangkan 50 juta dosis vaksin kepada Organisasi Kesehatan Dunia. Sumbangan ini diperuntukkan bagi negara berkembang dan miskin yang tidak mampu memesan vaksin dalam jumlah besar. WHO memiliki daftar 95 negara yang membutuhkan bantuan, dan Organisasi Kesehatan Dunia akan berupaya memasok vaksin bagi sedikitnya 10 persen penduduk di negara-negara itu.

Michael Braun/Ziphora Robina
Editor: Hendra Pasuhuk